SELAMATKAN AIR DEMI ANAK CUCU KITA.ANAK CUCU KITA JANGAN KITA BERIKAN AIR MATA TAPI BERI MEREKA MATA AIR : Hutan Lindung Resapan Air yang merupakan Tulang Pungung Ketersedian Air : Merusak hutan ,Merusak Air Berarti Merusak Masa Depan Kita : Air Sumber Kehidupan Tanpa Air Kehidupan Akan Berakhir Lestarikan Air Tanggung Jawab Kita Bersama
Saturday, November 14, 2009
Ribuan Warga Langkat Mengungsi, 12 Hilang
Ribuan Warga Langkat Mengungsi, 12 Hilang
Laporan Wartawan Kompas Andy Riza Hidayat
LANGKAT, KOMPAS- Ribuan warga Kabupaten Langkat, Sumatera Utara mengungsi ke tiga posko darurat di Kecamatan Besitang, menyusul banjir besar yang melanda wilayah itu akibat derasnya curah hujan yang mengguyur sejak pukul 03.00, Jumat (22/12) dinihari. Setidaknya 12 orang hilang terbawa arus dalam musibah ini. Dari 12 warga yang hilang itu, 8 orang berasal dari Desa Bukit Mas, dua orang dari Desa Kampung Lama, dua orang dari Desa Bukit Kubu, yang semua berada di Kecamatan Besitan.
Dari 20 kecamatan yang ada di Langkat, ada lima kecamatan yang parah terkena banjir akibat luapan sungai. Lima kecamatan adalah Kecamatan Selesai, Wampu, Stabat, Besitang, Pangkalan Susu, dan Secanggang.
Sebelumnya, Kepala bagian Hubungan Masyarakat Pemerintah Daerah Kabupaten Langkat Zainal Arifin menyebutkan bahwa terdapat empat korban tewas dalam musibah ini. Namun, berdasarkan penjelasan terbaru, Zaenal meralat penjelasannya. Ia mengatakan empat orang tersebut hilang dan belum tentu tewas. Saat didesak apakah keempat korban itu kemungkinan besar meninggal? Zaenal mengatakan, "Tidak tahu, karena mereka hilang."
Hingga malam ini, ribuan pengungsi itu ditampung di tiga posko yang berlokasi di SMP Negeri Besitang, Mesjid Raya Besitang dan di Pesantren Yusriah, Pangkalan Susu. Berdasarkan data pengungsi di posko SMPN Besitang saja, hingga pukul 16.30 wib tercatat sebanyak 260 keluarga dan 1182 jiwa mengungsi dari Desa Kampung Lama, dan 53 keluarga serta 292 jiwa dari Desa Bukit Kubu. Sementara data dari dua posko lainnya belum berhasil diperoleh karena keterbatasan akses transportasi maupun komunikasi.
Jumlah ini pun belum ditambah warga Desa Sekoci yang terletak sekitar 15 kilometer dari jalan lintas Sumatera, yang belum terevakuasi. “Kami masih kehilangan kontak dengan Desa Sekoci tepatnya di dusun Aras Kapal dan Dusun Alur Jambu. Letak desa tersebut sekitar 15 kilometer dari jalan umum,” kata Zainal.
Salah satu anggota tim penyelamat dari Kepolisian Resor Langkat Brigadir Dua Didit mengatakan masih banyak warga yang belum mau meninggalkan rumah di Desa Sekoci. Menurut dia, kendati air sudah sampai di atap rumah, mereka menyelamatkan diri di atas rumah mereka. “Saat kami tanya, mereka berharap air segera susut. Tetapi semakin lama air semakin besar,” kata dia.
Jisten Sitanggang (35) pengungsi dari Desa Sekoci mengatakan air tiba-tiba masuk ke rumah dia saat masih tidur. Saat meninggalkan rumah, air sudah masuk setinggi dua meter. Jisten beserta dua anak dan istri selamat setelah tim SAR datang menyelamatkan dia dengan perahu karet.
Sementara, proses evakuasi warga yang belum terjangkau, maupun ke 12 orang yang dilaporkan hilang kelihatannya akan menghadapi kesulitan, karena sampai pukul 16.30 WIB saja, proses pencarian dan evakuasi hanya menggunakan empat perahu karet dan sejumlah perahu dompeng (perahu kayu) milik warga sekitar.
Menurut Zainal, banjir tersebut terjadi setelah 40 tahun sebelumnya terjadi banjir di Langkat. Hampir setiap musim hujan, Kabupaten Langkat menjadi langganan banjir. Namun banjir tahunan itu tidak sampai membuat warga mengungsi. Air banjir mulai masuk ke pemukiman warga sekitar pukul 03.00 dini hari. Sejumlah warga di sekitar DAS meninggalkan tempat tinggal mereka sekitar pukul 06.00 pagi tadi.
Banjir yang menimbulkan arus deras bak sungai di jalur lintas Sumatera sepanjang 3 kilometer yang mengakibatkan jalur transportasi Sumut-Aceh terputus ini, disebabkan luapan sejumlah sungai yang ada di sekitar wilayah itu, yakni Sungai Seuwampu, Sungai Batang Sarangan, dan yang terparah adalah luapan air dari Sungai Besitang.
Meski tidak separah DAS Besitang, air di DAS Batang Sarangan dan Sungai Wampu juga menggenangi pemukiman warga serta lahan pertanian dan jalan utama. Arus air setinggi dua hingga tiga meter tersebut hingga saat ini belum surut, sementara cuaca pun belum stabil dengan guyuran hujan silih berganti.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment