Tiga terminal angkutan pedesaan (angdes) tersebut yakni terminal Simpang Sungai Duren, Kecamatan Jaluko, terminal angdes di Unit I, Kecamatan Sungai Bahar, dan terminal angdes di Desa Tanjung, Kecamatan Kumpeh Ilir.
"Bahkan bangunan terminal hampir tidak bisa terlihat karena ditumbuhi rerumputan setinggi satu meter," ujar Iwan salah seorang warga Kecamatan Kumpeh Ilir ketika dihubungi di Jambi, Selasa (21/9).
Menurutnya, sejak pembangunan dimulai 2,5 tahun yang lalu para sopir angdes enggan memanfaatkan terminal tersebut. Akibatnya, kondisi terminal terbengkalai dan sama sekali tidak ada aktifitas.
Dihubungi secara terpisah, Kepala Bidan Sarana Angkutan di Dinas Perhubungan (Dishub) Kabupaten Muarojambi, M. Rambe mengakui jika kondisi tiga terminal angdes tersebut kondisinya saat ini tidak berfungsi.
"Meski berkali‑kali diingatkan, para sopir enggan memasuki terminal. Ini merupakan penyebab utama matinya terminal angdes di Muarojambi saat ini," ujarnya.
Untuk mengingatkan para sopir, katanya, Dishub Muarojambi berulangkali mengadakan sosialisasi bahkan penertiban puluhan angdes.
"Meski berulangkali ditertibkan, sopir tetap saja menolak. Mereka beralasan lokasi terminal cukup jauh dan tidak strategis," katanya.
Meski begitu, Rambe mengatakan, Dishub Muarojambi tetap melakukan penarikan retribusi dari seluruh angdes yang ada. Sehingga, meski angdes tidak masuk ke terminal retribusi angkutan tetap diberlakukan.
No comments:
Post a Comment