Pasar Muaro Tembesi Pusat Sejarah yang Terlupakan
ASWD :DESAK BWSS VI JAMBI SEGERA MEMPERBAIKI BANTARAN SUNGAI BATANG HARI AKIBAT EROSI
MUARA BULIAN – Kelurahan Pasar Muara Tembesi, Kecamatan Muara Tembesi, merupakan daerah tertua di Provinsi jambi. Disinilah pusat Pemerintahan Kolonial Belanda dulu berkedudukan dan dipimpin oleh seorang Conteler (bupati). Setelah Belanda kalah dengan Jepang, maka pemerintahan Jepang berdiri disini dengan adanya Guancho. Barulah pada tahun 1949, setelah Belanda menyerahkan kedaulatan kepada Indonesia yang diterima oleh Dr.Mohammad Hatta (Wakil Presiden RI I) berpusat di Pasar Tembesi ini. Itu meru[akan awal pemerintahan Provinsi Jambi. Barulah setelah UU No 5 tahun 1975 tentang desa dan kelurahan, Pasar Tembesi dirubah menjadi kelurahan.
Luas kota sejarah ini sekarang hanya tersisa 316 hektar, pemukiman penduduk 30 hektar dan tanah milik TNI 8 hektar, sisanya adalah rawa-rawa. Jumlah penduduknya makin lama makin menipis, 1.267 jiwa terdiri dari 312 kepala keluarga. Sekarang Pasar Tembesi sudah banyak ditinggal pergi warga yang notabenenya adalah pedagang dan pindah ke pal 5 Kelurahan Kampung Baru. Penyebabnya tidak lain tidak bukan adalah makin lama lahan ini ditelan sungai Batang Hari.
Salah satu contoh adalah kondisi Bangunan pengendali banjir sepanjang 200 meter yang dibangun pemerintah Provinsi Jambi pada 1998 di pinggiran Sungai Batanghari sudah roboh. Bahkan tanah dipinggiran sudah banyak yang longsor ke sungai.
Lurah Pasar Tembesi, Junaidi, mengatakan bahwa faktor penyebab semua ini adalah setiap tahun tebing sungai Batanghari mengalami longsor. Dikhawatirkan pemukiman penduduk akan habis.
“Umur turap itu hanya bertahan selama 3 bulan setelah pembanguan, setelah itu turap hancur. Sekarang longsor semakin bertambah. Sudah beberapa toko yang amblas kedalam sungai ndak berbekas,” jelas Junaidi , senin (23/11).
Junaidi meminta kepedulian Gubernur Jambi, Hasan Basri Agus (HBA), yang pernah menjabat Camat Muara Tembesi, yang tahu persis keadaan Pasar Tembesi agar dapat memperhatikan dan meninjau keadaan Pasar Tembesi secara langsung.
Warga juga berharap agar pemerintah mau membangun kembali turap penahan longsor dibangun kembali. Selain itu, warga juga meminta pemerintah melanjutkan kembali pembangunan jalan tembus sepanjang 2,4 kilometer dari tepian Sungai menuju ke desa lain seperti Suka Ramai.
Disisi lain Ketua Koordinator DPP ASWD BUNG ROY ANDRE mendesak Balai Wilayah Sungai Sumatera VI segera melakukan perbaikan bantaran sungai batang hari di pasar muaro tembesi Kabupaten batang Hari,ini bukti kurangnya pengawasan tentang daerah aliran sungai (das) yang di lakukan pihak balai wilayah sungai sumatera VI Jambi,bung Roy Juga menambah kan Adanya permasalahan air yang sedang dialami dunia ini telah mendorong dan meningkatkan kesadaran dan kepedulian perlunya upaya bersama dari seluruh komponen bangsa dan bahkan dunia untuk dengan kebersamaan memanfaatkan dan melestarikan sumber daya air (SDA) secara berkelanjutan.
Peringatan hari air sedunia ke XVIII tanggal 22 maret 2010 sebagai wahana untuk memperbarui tekad kita untuk melaksanakan Agenda 21 yang dicetuskan pada tahun 1992 dalam United Nations Conference on Environment and Development (UNCED) yang diselenggarakan di Rio de Janeiro, Brazil atau populernya disebut sebagai Earth Summit
Resolusi PBB 147/193 menghimbau semua Negara untuk memperhatikan hari air sedunia setiap tanggal 22 maret,di Indonesia di deklarasikan dan ditanda tangani oleh 11 mentri diantaranya Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, yakni: Menko Kesra Ad Interim, Menteri Dalam Negeri, Menteri Pertanian, Menteri Pendidikan Nasional, Menteri Kesehatan, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah, Menteri Kehutanan, Menteri Sosial, Menteri Negara Riset dan Teknologi, Menteri Negara PPN/Kepala Bappenas, dan Menteri Negara Linglkungan Hidup
yang isinya antara lain : meningkatkan upaya pengelolaan dan perlindungan sumber daya air untuk menanggulangi bencana, melakukan pencegahan perusakan lingkungan melalui konservasi, rehabilitasi hutan dan lahan pada daerah aliran sungai ( DAS ) kritis. Pengelolaan kwantitas air serta pencemaran air, mengkatkan kordinasi di bidang IPTEK, serta mengingkatkan partisipasi seluruh pemangku kepentingan masyarakat luas. Dalam menanggulangi bencana, pertukaran data dan informasi di bidang sumber daya air dan penaggulangan banjir.
Panitia nasional yang berfungsi menggalakkan HAS di daerah – daerah se-indonesia termasuk Propinsi jambi pada tahun 2004 hari air sedunia berjudul“ Water and Disaster “ ( air dan bencana ) tujuannya agar masyarakat diingatkan pentingnya concern terhadap air ( peringatan dini ) jika terjadi kekeringan dan banjir agar siap menghadapi banjir / bencana.
Dengan demikian masyarakat bisa mengantisipasi atau memanilisasi jumlah korban.propinsi jambi pada tanngal 12-12 tahun 2003 pernah mengalami kebanjiran karena sungai batang hari dan anak-anak sungainya meluap dan terjadi banjir besar kita mencatat akibat banjir tersebut 5.752 rumah terendam air dan rusak,321 sekolah juga mengalami yang sama,70 puskesmas,45 mesjid serta 7 buah jembatan dan belum lagi korban jiwa tegas bung roy
No comments:
Post a Comment