Tuesday, April 20, 2010

Laut Aral Kini Menjadi Gurun Gersang









Laut Aral Kini Menjadi Gurun Gersang
06 Apr 2010


LAUT ARAL, Uzbekistan (Suara Karya) Danau Aral, dulunya dikenal sangat indah dan menjadi daerah tujuan wisata dunia. Namun kini, danau keempat terbesar di dunia yang biasa disebut Laut Aral itu, dalam kondisi mengenaskan dan terancam menjadi gurun gersang karena jumlah airnya kian minim. Danau yang dulu nan indah itu, kini mengering dan hanya memiliki 10 persen air.

Pemandangan yang memprihatinkan itu disaksikan langsung oleh Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Ban Ki-moon, Minggu (4/4) saat dia mengunjungi Uzbekistan. Ban menilai bahwa kekeringan yang terjadi di Laut Aral, yang terletak di Asia Tengah, merupakan salah satu bencana lingkungan terburuk di bumi.

Maka, mantan menteri luar negeri Korea Selatan itu juga mendesak agar para pemimpin negara di Asia Tengah melakukan upaya untuk mengatasi persoalan di Laut Aral, yang terletak antara utara Kazakhstan dan selatan Uzbekistan itu.

Pernah dinobatkan sebagai danau terbesar keempat di duqia dan salah satu danau ter-indah di dunia, kapasitas air di wilayah yang umum disebut Laut Aral itu telah menyusut hingga 90 persen. Penyebabnya, banyak sungai yang mengalir ke Laut Aral kini sebagian besar dialihkan ke sebuah proyek Uni Soviet di masa Perang Dingin untuk mendongkrak produksi kapas di daerah gersang tersebut.

Danau yang makin menyusut ini menyebabkan ekonomi yang bergantung pada perikanan bangkrut dan membuat kapal-kapal penangkap ikan terdampar di tanah kosong berpasir yang merupakan dasar danau sebelumnya. Penguapan air menimbulkan lapisan-lapisan pasir bergaram yang bisa dibawa terbang oleh angin hingga mencapai Skandinavia dan Jepang, serta menimbulkan masalah kesehatan pada warga setempat.

Dalam kunjungannya ke lima negara pecahan Uni Sovyet di kawasan Asia Tengah itu, Ban menggunakan helikopter untuk mencapai lokasi Laut Aral. Ban menyatakan keheranannya saat debu tebal menyembur ke udara saat heli yang membawanya memualai pendaratan tepat di pinggir danau yang berubah menjadi padang pasir itu.

Ban juga berkunjung ke Muynak, Uzbekistan, sebuah kota di tepi pantai di mana sebuah dermaga membentang di antara gurun, dan sejumlah unta berjalan perlahan di dekat rongsokan badan kapal yang terdampar. "Di dermaga itu, saya tidak bisa melihat apapun kecuali kuburan kapal," kata Ban kepada para wartawan setelah tiba di Nukus, kota terdekat dan ibukota wilayah otonomi Karakalpak di Uzbekistan. Senin.

"Jelas ini merupakan salah satu bencana terburuk, bencana lingkungan di dunia. Saya sangat terkejut," lanjut Ban. Bencana kekeringan Laut AraJ merupakan salah satu persoalan utama yang diperhatikan Ban dalam kunjungan enam hari ke wilayah Asia Tengah tersebut. Dia meminta semua pemimpin negara menyingkirkan permusuhan dan persaingan, dan bekerja sama memperbaiki kerusakan lingkungan ini.

No comments:

Post a Comment