Saturday, November 27, 2010

80 PEMBURU BABI DIKERAHKAN KE LOKASI TRANSMIGRASI JAMBI


80 PEMBURU BABI DIKERAHKAN KE LOKASI TRANSMIGRASI JAMBI

Jakarta, 26/11/2010

Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kemnakertrans) bekerja sama dengan Persatuan Menembak Indonesia (Perbakin) DKI Jaya akan melakukan pengendalian hama babi hutan melalui ajang berburu di Provinsi Jambi.

Kerjasama tersebut diungkapkan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Muhaimin Iskandar saat melepas secara resmi keberangkatan Tim Safari Berburu Hama Babi Hutan di kantor Kemnakertrans, Kalibata, Jakarta, Jumat (26/11).

“Kegiatan ini diharapkan dapat menekan kerusakan dan penurunan produksi pertanian di kawasan pemukiman transmigrasi sekaligus menyalurkan hobi dan meningkatkan prestasi olahraga di bidang menembak,” kata Muhaimin.

Kegiatan ini dilakukan juga sebagai upaya nyata dalam membantu petani di kawasan transmigrasi dari serangan hama babi yang menyerang ladang pertanian para transmigran dan diharapkan dapat mengurangi hama yang mengganggu para petani.

Muhaimin menjelaskan bahwa lokasi pemukiman dan ladang pertanian di daerah transmigrasi kerap diganggu dan dirusak oleh sekawanan babi hutan.

Oleh karena itu, tambahnya, Kemnakertrans perlu segera melakukan migitasi hama babi hutan. Ada beberapa cara yang dilakukan, seperti melakukan sanitasi, pemagaran, pengusiran, pemasangan jerat, pemasangan umpan dan perburuan,” ujarnya.

Sebanyak 80 pemburu babi yang didukung oleh 160 kru pendukung akan segera berangkat ke beberapa lokasi transmigrasi di Provinsi Jambi. Para pemburu akan menggunakan 75 mobil offroad yang telah dimodifikasi untuk keperluan berburu babi. Kegiatan berburu babi ini dilakukan sebagai salah satu rangkaian memperingati Hari Bhakti Transmigrasi ke-60 tahun 2010.

Perburuan menjadi alternatif utama yang dapat dilakukan karena merupakan salah satu cara yang paling aman, mudah dan cepat sekaligus sebagai wadah rekreasi bagi para peserta untuk menyalurkan hobi berburu,” jelasnya.

Kemnakertrans sendiri telah membentuk suatu perkumpulan berburu yang bernama Nakertrans Shooting Club (NTSC) dan telah terdaftar di Pengda Perbakin DKI Jaya.

Perkumpulan ini menurutnya, pada awalnya bertujuan untuk membantu transmigran dalam memberantas hama babi hutan di lokasi transmigrasi saja.

Namun demikian, dalam perkembangannya perkumpulan ini dijadikan sebagai wadah untuk membina para atlit tembak yang ingin maju di bidang olah raga menembak.

Pada kesempatan pemberangkatan, Muhaimin berpesan kepada seluruh peserta tim safari berburu hama babi hutan dan keluarga besar Perbakin DKI Jaya, agar meningkatkan dan mengembangkan kemampuan berburunya guna dapat meningkatkan kepekaan naluri berburu, dan kemajuan prestasi berburu.

Kegiatan berburu ini diharapkan dapat membantu dan bermanfaat bagi masyarakat luas khususnya masyarakat transmigrasi yang lahan pertaniannya diganggu oleh hama babi hutan, katanya. (Az/rm)

Satu Jaksa Kejari Dipecat


Satu Jaksa Kejari Dipecat

JAMBI - Seorang jaksa Kejaksaan Negeri (Kejari) di jajaran Kejaksaan Tinggi (Kejati) Jambi, terbukti melakukan perbuatan tercela. Akibatnya, jaksa yang identitasnya masih dirahasiakan itu, diberhentikan secara tidak hormat dari korps Adhiyaksa. Ini dikatakan Kajati Jambi BD Nainggolan, kemarin (24/11).

Hukuman yang dijatuhkan itu karena hasil penyelidikan dari laporan masyarakat, terbukti membuat buruk citra kejaksaan. “SK pemberhentiannya juga sudah turun," ungkap Kajati di ruang kerjanya.

Katanya, selama 2010 Kejati Jambi telah menerima 37 laporan pengaduan masyarakat, mengenai tingkah laku jaksa maupun pegawai kejaksaan yang dianggap meresahkan. Jumlah tersebut ditambah lagi dengan sisa laporan 2009 yang berjumlah 10. Maka total bagian pengawasan Kejati Jambi memeriksa 47 laporan.

Untuk proses klarifikasi, dilakukan terhadap 34 laporan. Dari 34 laporan tersebut, 28 di antaranya tidak terbukti, sedangkan enam lainnya masih dalam tahap pemeriksaan. Sementara dalam proses pemeriksaan awal, ada sebanyak 13 laporan. Ini terdiri dari enam laporan sisa 2009 dan tujuh laporan yang masuk tahun ini.

Hasilnya, delapan di antaranya terbukti. "Yang terbukti sudah ditindaklanjuti ke Kejagung," katanya. Menurutnya, jaksa dan staf kejaksaan yang terbukti berkelakukan tidak baik itu, akan dijatuhi hukuman. Mulai dari hukuman disiplin, sampai pemberhentian dengan tidak hormat.

Kajati minta agar masyarakat ikut melakukan pengawasan. Dia akan menindaklanjuti setiap laporan tingkah laku bawahannya. “Laporan tersebut harus disertai bukti-bukti yang jelas. Jangan sampai memfitnah,” tandasnya.(ira)

Pungutan Picu Siswa Miskin Putus Sekolah

Pungutan Picu Siswa Miskin Putus Sekolah

- Masih adanya sejumlah pungutan dana kepada orang tua siswa SD dan SMP di Lampung yang tetap diberlakukan bagi siswa dari keluarga kurang mampu, kendati telah ada dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS), ditengarai dapat memicu adanya anak usia pendidikan dasar itu yang terancam putus studi
Hasil pantauan wartawan Bandarlampung hingga Jumat, menunjukkan sejumlah permasalahan akibat pungutan tambahan berbagai dana kepada orang tua siswa bagi pelajar SD dan SMP itu, di sekolah-sekolah di Bandarlampung maupun kabupaten/kota lain di Provinsi Lampung sampai mencuat ke permukaan dan memancing reaksi dari banyak pihak.

Di Bandarlampung, beberapa SD negeri bahkan sampai dilaporkan kepada aparat terkait, dengan tudingan adanya penyalahgunaan penggunaan dana BOS dan diadukan orangtua siswa karena masih memungut dana tambahan kendati telah ada dana BOS.

Sejumlah orangtua siswa juga mengeluhkan adanya tambahan biaya anak-anaknya di sekolah SD dan SMP itu, padahal semestinya tidak lagi dibebankan biaya karena Sumbangan Pembiayaan Pendidikan (SPP) telah digratiskan.

Beberapa orangtua siswa mempertanyakan sekolah anaknya yang masih memungut uang belajar tambahan (les/bimbingan belajar) di sekolah oleh guru sekolah itu. Padahal semestinya dapat ditopang dari dana BOS.

Orangtua siswa yang kurang mampu juga mengeluhkan, pungutan dana tambahan itu tetap diberlakukan kepada mereka. Padahal mereka berharap dengan adanya dana BOS itu, anaknya tetap dapat bersekolah tanpa membebani orangtuanya yang tergolong tidak mampu (miskin).

Menanggapi keluhan tersebut, Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Lampung, Hery Suliyanto, mengingatkan para orangtua untuk tetap ikut bertanggungjawab dalam menopang pembiayaan anak-anaknya di sekolah meskipun telah ada dana BOS.

Menurut Hery, alokasi dana BOS diakui tidak akan mencukupi dalam menopang seluruh pembiayaan yang diperlukan pihak sekolah itu, sehingga pihak sekolah masih memungkinkan memungut dana tambahan yang diperlukan.

Namun dia mengingatkan, hendaknya pihak sekolah menjalankan prosedur pemungutan dana tambahan itu dengan melibatkan Komite Sekolah dan atas persetujuan orangtua siswa.

"Jangan pernah mengutip dana tambahan walaupun dibutuhkan kalau tidak disetujui orangtua siswa dan tanpa melalui Komite Sekolah," kata Hery pula.

Dia juga mengingatkan sekolah untuk selalu bersikap transparan, taat prosedur serta mempertanggungjawabkan penggunaan dana BOS serta kutipan dana tambahan itu sesuai ketentuan.

Hery minta sekolah tetap tidak memungut dana tambahan kepada siswa yang orangtuanya tergolong kurang mampu, karena dapat membuat siswa tersebut terancam putus sekolah (DO).

"Sekolah masih bisa memungut dana tambahan yang diperlukan asalkan disetujui orangtua siswa dan melalui Komite Sekolah. Tapi siswa yang tidak mampu harus dibebaskan dari beban biaya tambahan itu. Jangan pernah pungut dana tambahan dari siswa miskin, nanti mereka malah tidak bisa sekolah," kata dia pula.

Bahkan bagi siswa tidak mampu itu, Pemda Provinsi Lampung menyediakan beasiswa sebesar Rp200.000 per bulan untuk sebanyak 100.000 pelajar di Lampung, guna mendukung target penuntasan Wajib Belajar Sembilan Tahun pada 2009 mendatang.

Triwulan pertama tahun 2008 ini, Dinas Pendidikan Lampung telah menyalurkan pencairan dana BOS mencapai sekitar Rp87 miliar.
(*)

Jalan Rusak, Ratusan Truk Antre di Lintas Sumatra


Jalan Rusak, Ratusan Truk Antre di Lintas Sumatra

BAKAUHENI--: Ratusan truk bermuatan barang industri dan hasil bumi masih antre di jalur alternatif dari jalan lintas Sumatra ruas Kabupaten Lampung Selatan, sehubungan rusaknya jalan tersebut.

Berdasarkan pemantauan, Kamis (18/11), antrean kendaraan melintas padat merayap di jalur alternatif simpang Gayam-Simpang Ketapang sepanjang 11,7 kilometer tersebut secara bergantian dari arah Pelabuhan Bakauheni maupun Bandarlampung .

Panjang antrean sudah berkurang dari hari sebelumnya yang sempat macet hingga puluhan kilometer akibat kerusakan jalan alternatif yang masih dipaksakan untuk dilalui kendaraan berat tersebut.

Kendaraan masih antre, namun hanya disepanjang jalur alternatif karena volumenya telah berkurang baik dari arah Pulau Jawa menuju Sumatra atau sebaliknya dan biasanya akan kembali macet total pada akhir pekan karena arus kendaraan meningkat.

Kemudian, kondisi badan jalan masih berlumpur dan berlubang serta puluhan titik ambles yang menghambat laju kendaraan dari kedua arah karena jalur tersebut tidak dapat dilalui dua arah bersamaan.

Sebagian kendaraan masih melintas melalui jalur lintas timur- Simpang Sribawono-jalan Ir Sutami menuju Bandarlampung karena enggan mengambil risiko terjebak amblas di jalur alternatif, sementara itu bobot muatan 25 ton lebih.

Lalu, di tanjakan Bukit Pancong sejumlah kendaraan truk muatan berat juga masih antre satu persatu melintas untuk menghindari tabrakan jika salah satu kendaraan tidak kuat menanjak dan menabrak truk di belakangnnya. Kemudian, untuk arus kendaraan roda dua dan roda empat cenderung lancar karena melintas melalui jalur darurat di jalan utama lintas Sumatera titik perbaikan kilometer 79 Desa Hatta Kecamatan Bakauheni.

Sementara itu, perbaikan jalan lintas Sumatra atau Jalinsum KM 79 Desa Hatta Kecamatan Bakauheni Lampung Selatan lebih lama akibat terkendala berbagai faktor alam dalam pengerjaan jalan nasional itu.

Pengawas perbaikan dari kontraktor, Fajar, di Bakauheni, mengatakan, selain terkendala cuaca, genangan air yang ada di bagian barat jalan dengan volumenya mencapai ribuan meter kubik menghambat pengerjaannya.

Rencananya pengeringan air tersebut membutuhkan waktu 15 hari, namun karena curah hujan tinggi diperkirakan akan molor hingga 30 hari bahkan lebih jika hujan terus berlangsung.

Saat ini, kata dia, gorong-gorong telah dipasang sebanyak 30 buah dari 50 buah total keseluruhan yang akan dipasang, sedangkan sisanya sebanyak 20 buah menunggu genangan air di bagian barat badan jalan terkuras habis.

Dinas Bina Marga Provinsi Lampung menargetkan pengerjaan jalan nasional yang ambrol sejak tahun 2009 dan telah menelan dana sekitar Rp11 miliar tersebut akan rampung sebelum pergantian tahun.)

Badak Bengkulu Menyingkir ke Jambi


Badak Bengkulu Menyingkir ke Jambi

Jambi- Badak Sumatra yang hidup di Provinsi Bengkulu diperkirakan lari atau migrasi ke hutan Taman Nasional Kerinci Seblat, Provinsi Jambi, sejak 2005 untuk mencari pelindungan yang lebih aman.

"Selama ini hewan langka itu selalu menjadi sasaran pemburu liar sehingga posisinya di kawasan hutan Taman Nasional Krinci Seblat (TNKS) Bengkulu kurang aman sehingga mereka hijrah ke wilayah Krinci, Jambi, kata Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bengkulu Andi Basrul, Jumat (19/11).

Sekitar 2005 diperkirakan ada tiga ekor badak di kawasan TNKS namun berdasarkan pemantauan petugas Rhino Patroli Unit (RPU) yang memonitor dan menjaga populasi badak di TNKS wilayah Bengkulu sudah tidak ada lagi. Petugas Rhino Patroli Unit itu bertugas di wilayah Provinsi Bengkulu selama satu tahun sampai akhir tahun 2005, tidak menemukan lagi jejak ketiga ekor badak tersebut.

RPU saat itu dinilai gagal total dan dibubarkan hingga badak di wilayah itu terancam punah, untuk penggantinya sudah dibentuk "Rescue Project" dengan tugas menyelamatkan satwa badak yang tersisa. Bentuk kegagalan tersebut terlihat dari populasi badak yang semula diperkirakan sebanyak 40-60 ekor tahun 1992, menjadi hanya 2-3 ekor pada tahun 2004 akibat perburuan liar.

Bagi pemburu, kata dia, berhasil mendapatkan badak di tengah hutan belantara ibarat seorang pecandu sabu yang terus ketagihan sehingga selalu berupaya mendapatkan satwa tersebut secara rutin. "Seekor badak dewasa memiliki cula 82 gram dengan harga per gram mencapai puluhan juta rupiah, membuat pecandu itu makin ketagihan," ujarnya.

Petugas proyek penyelamatan badak beberapa tahun lalu pernah menemukan jejak kaki dan kotoran badak namun tidak ditemukan badak tersebut. Atas dasar tersebut, kuat dugaan bahwa badak di wilayah Bengkulu sudah berpindah TNKS Wilayah Jambi, katanya.

Sedangkan satwa dilindungi lainnya seperti gajah, harimau, beruang dan rusa di wilayah Bengkulu juga makin terjepit akibat makin berkurangnya kawasan habitat binatang tersebut, tambah Andi. ()|

Wednesday, November 24, 2010

Miliar aset Pt Pertamiana Ep terlantarkan







Areal Perkantoran PT Pertamina EP Bajubang Kabupaten Batang Hari Jambi Tinggal kenangan.Aset triliunan Terlantar







Sejarah PT Pertamina EP Bajubang tidak bisa dilepaskan dari perjalanan panjang perburuan minyak di Bumi Nusantara ini yang dimulai sejak awal Abad 19. Antara 1871 hingga 1885 merupakan masa-masa awal pencarian hingga penemuan minyak di Indonesia, yang waktu itu masih dalam pendudukan Belanda. Menyusul pengeboran pertama pada 1883 di Telaga Tiga, Pangkalan Brandan, Sumatera Utara maka pada 1885 berdirilah Royal Dutch Company di Pangkalan Brandan. Sejak itulah ekspolitasi minyak dari perut Bumi Nusantara dimulai.
Ketika pecah Perang Asia Timur Raya, produksi minyak mengalami gangguan. Pada masa pendudukan Jepang, usaha yang dilakukan hanyalah merehabilitasi lapangan dan sumur yang rusak akibat bumi hangus atau pengeboman.
Pada masa perang kemerdekaan, produksi minyak terhenti. Namun ketika perang usai dan bangsa ini mulai menjalankan pemerintahan yang teratur, ternyata penguasaan atas usaha minyak di Indonesia menjadi tidak jelas. Banyak perusahaan-perusahaan kecil bermunculan untuk memanfaatkan rezeki minyak ini sehingga memicu terjadinya sengketa di sana-sini. Akhirnya, untuk meredam semua itu, penguasaan atas tambang-tambang minyak tersebut diserahkan kepada Angkatan Darat.
Untuk menanganinya, pemerintah mendirikan sebuah maskapai minyak nasional pada 10 Desember 1957 dengan nama PT Perusahaan Minyak Nasional, disingkat PERMINA. Perusahaan itu lalu bergabung dengan PERTAMIN menjadi PERTAMINA pada 1968. Untuk memperkokoh perusahaan yang masih muda ini, Pemerintah menerbitkan UU no. 8 pada 1971, yang menempatkan PERTAMINA sebagai perusahaan minyak dan gas bumi milik negara. Berdasarkan UU ini, semua perusahaan minyak yang hendak menjalankan usaha di Indonesia wajib bekerja sama dengan PERTAMINA. Karena itu, PERTAMINA bertindak sebagai regulator bagi mitra yang menjalin kerja sama melalui mekanisme Kontrak Kerja Sama (KKS) di wilayah kerja (WK) PERTAMINA. Di sisi lain PERTAMINA juga bertindak sebagai operator karena juga menggarap sendiri sebagian wilayah kerjanya.
Sejalan dengan dinamika industri migas dunia, Pemerintah menerbitkan Undang-Undang Minyak dan Gas Bumi (milik negara) No. 22 tahun 2001. Sebagai konsekuensi penerapan UU tersebut, Pertamina beralih bentuk menjadi PT Pertamina (Persero), dan hanya bertindak sebagai operator yang menjalin Kontrak Kerja Sama (KKS) dengan pemerintah yang diwakili oleh BPMIGAS. Sekaligus UU itu juga mewajibkan PT Pertamina (Persero) untuk mendirikan anak perusahaan guna mengelola usaha eksplorasi,eksploitasi dan produksi minyak dan gas, sebagai konsekuensi pemisahan usaha hulu dengan hilir.
Atas dasar itulah PT Pertamina EP didirikan pada 13 September 2005. Sejalan dengan pembentukan Pertamina EP maka pada tanggal 17 September 2005, PT Pertamina (Persero) telah melaksanakan penandatanganan Kontrak Kerja Sama (KKS) dengan BPMIGAS -- yang berlaku surut sejak 17 September 2003 -- atas seluruh Wilayah Kuasa Pertambangan Migas yang dilimpahkan melalui perundangan yang berlaku. Sebagian besar wilayah PT Pertamina (Persero) tersebut dipisahkan menjadi Wilayah Kerja (WK) Pertamina EP. Pada saat bersamaan, Pertamina EP juga melaksanakan penandatanganan KKS dengan BPMIGAS yang berlaku sejak 17 September 2005.
Dengan demikian WK Pertamina EP adalah WK yang dahulu dikelola oleh PT Pertamina (Persero) sendiri, dan WK yang dikelola PT Pertamina (Persero) melalui TAC (Technical Assistance)
Akibatnya Areal perkantoran pertamina ep bajubang yang terletak di kelurahan bajubng kecamatan Bajubang Kabupaten Batang Hari Propinsi Jambi,Yang di lengkapi Lapangan Golf,kolam renang,Mess,perumahan Staf-Staf / BOS,Karyawan,gedung pertemuan,lapangan bola kaki,voli,tennis,Rumah sakit dan objek wisata pemancingan sudah dua tahun tidak berpenghuni karena pertamina sudah pindah di kenali asam kota jambi ,sementara kantor di kenali asam pasilitas tidak selengkap dibajubang ,saat ini warga di bajubang perumahan pertaminah menjadi sarang hantu,

rumah pt Pertamina Ep Bajubang Rusak Tak berpenghuni dan menjadi sarang hatun












ini potrek buruk pt pertamina ep jambi dipercaya rakyat untuk menggelola aset.ternyata aset perumahan terlantar akibatnya rusak dimakan waktu,pemerintah dan penegak hukum seolah-olah tutup mata.tentang aset trilinan terlantar .menurut camat bajubang pajak bumi dan bangunan belum bayar.



PPh Pasal 21 ditanggung Pemerintah atas Penghasilan Pekerja Tertentu seperti Explorasi migas











PPh Pasal 21 ditanggung Pemerintah atas Penghasilan Pekerja Tertentu seperti Explorasi migas,




Para toko pejuang mencari minyak
Jambi:MSI
Dalam rangka mengurangi dampak krisis global yang berakibat pada penurunan kegiatan perekonomian nasional dan untuk mendorong peningkatan daya beli masyarakat pekerja, Pemerintah telah berupaya mengatasi dampak krisis global melalui program stimulus fiskal. Pemberian stimulus fiskal tersebut berupa Pajak Penghasilan Pasal 21 ditanggung oleh Pemerintah.
Untuk mengatur pemberian stimulus fiskal tersebut Menteri Keuangan telah mengeluarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 43/PMK.03/2009 tentang Pajak Penghasilan Pasal 21 ditanggung Pemerintah atas Penghasilan Pekerja pada Usaha Tertentu, tanggal 3 Maret 2009 dan Peraturan Direktur Jenderal Pajak nomor PER-22/PJ/2009 Tentang Pelaksanaan Pemberian Pajak Penghasilan Pasal 21 Ditanggung Pemerintah Atas Penghasilan Pekerja Pada Pemberi Kerja Yang Berusaha Pada Kategori Usaha Tertentu

Jumlah Maksimal PPh Pasal 21 yang Ditanggung Pemerintah
Pajak Penghasilan Pasal 21 yang ditanggung Pemerintah ditetapkan paling banyak sebesar pagu anggaran Pajak Penghasilan Pasal 21 berdasarkan Undang-Undang Nornor 41 Tahun 2008 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2009 dan perubahannya.

Besar PPh Pasal 21 Karyawan yang Ditanggung Pemerintah
Pajak Penghasilan Pasal 21 ditanggung Pernerintah diberikan kepada pekerja yang bekerja pada pemberi kerja yang berusaha pada kategori usaha tertentu, dengan jumlah penghasilan bruto di atas Penghasilan Tidak Kena Pajak dan tidak lebih dari Rp 5.000.000,00 (lima juta rupiah) dalam satu bulan.

Kategori usaha tertentu yang PPh Pasal 21 Karyawannya Ditanggung Pemerintah
Kategori usaha tertentu sebagaimana dimaksud di atas adalah :
kategori usaha pertanian termasuk perkebunan dan peternakan, perburuhan, dan kehutanan;
kategori usaha perikanan; dan
kategori usaha industri pengolahan,
yang rinciannya sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Menteri Keuangan Nomor 43/PMK.03/2009.

Cara Pembayaran PPh Pasal 21 kepada Karyawan
Pajak Penghasilan Pasal 21 ditanggung Pemerintah wajib dibayarkan secara tunai pada saat pembayaran penghasilan oleh pemberi kerja kepada pekerja sebesar Pajak Penghasilan Pasal 21 yang terutang atas penghasilan pekerja.
Palam hal pelaksanaan kewajiban pernotongan Pajak Penghasilan Pasal 2 1 atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan pemberi kerja:
memberikan tunjangan Pajak Penghasilan Pasal 21 kepada pekerja; atau
menanggung Pajak Penghasilan Pasal 21 yang terutang atas penghasilan pekerja,
Pajak Penghasilan Pasal 21 yang ditunjang atau ditanggung tersebut tetap harus dlberikan kepada pekerja yang mendapat Pajak Penghasilan Pasal 21 Ditanggung Pernerintah.

Bukti Pemotongan
Pemberi kerja wajib memberikan bukti pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 Ditanggung Pemerintah sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
Pajak Penghasilan Pasal 21 Ditanggung Pemerintah dapat dikreditkan dengan Pajak Penghasilan yang terutang atas seluruh penghasilan yang dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi Tahun Pajak 2009.

Dalam hal ditemukan ketidakbenaran atas Pajak Penghasilan Pasal 21 Ditanggung Pemerintah yang dilaporkan dalam Surat Pernberitahuan Masa Pajak Penghasilan Pasal 21, atas Pajak Penghasilan Pasal 21 Ditanggung Pernerintah tersebut ditagih kembali kepada pemberi kerja sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

Saat Mulai Berlaku
Pajak Penghasilan Pasal 21 Ditanggung Pemerintah berlaku untuk Pajak Penghasilan Pasal 21 yang terutang untuk Masa Pajak Februari 2009 sampai dengan Masa Pajak November 2009 dan dilaporkan paling lama tanggal 20 Desember 2009.

Tuesday, November 16, 2010

Kapolda Dan Kejati Jambi Segera Periksa Proyek Balai Sungai Sumatera VI APBN Tahun 2009

Kapolda Dan Kejati Jambi Segera Periksa Proyek Balai Sungai Sumatera VI APBN Tahun 2009. proyek Pintu Pengendali Banjir Sungai Bulian Kabupaten Batang

Hari dan Pengendali Banjir Sungai Batanghari, di Sengeti, Kabupaten Muara Jambi




proyek Pintu Pengendali Banjir Sungai Bulian Kabupaten Batang Hari dan Pengendali Banjir Sungai Batanghari, di Sengeti, Kabupaten Muara Jambi


Jambi : GENEPDARA Pelaksanaan proyek Pintu Pengendali Banjir Sungai Bulian Di Kecamatan Muara Bulian Kabupaten Batang Hari terkesan asal jadi. Pasalnya proyek bersumber dari dana APBN Tahun Anggaran 2009 berjumlah sekitar berjumlah sekitar Rp. 5.302.800.000 Miliar yang dikerjakan PT Sinar Cerah Sempurna dengan nomor kontrak : Nomor kontrak KU.08.08/PPSDA-JBI/B1/01/2009 tidak sesuai Standat Nasional Indonesia (SNI) yang mana proyek tersebut pintu pengendali banjir tuidak bias di pungsikan alias rusak .jika terjadi hujan masarakat di muara bulian sering kebanjiran masarakat menilai proyek tersebut diduga di korupsi alias mar,up

Menanggapi hal itu, Sekjen DPP LSM Pengamat Pejabat Pemerintah Indonesia yang Korupsi (Corruption Indonesia Functionary Observation Reign) CIFOR Ismail Alex ketika dihubungi GENRPDARA melalui telepon seluler kamis (28/10) di Rantau Perapat mengharapkan peran aktif Kajati jambi dan kapolda jambi “Dari tahun-tahun sebelumnya, kita sudah sering mendengar mutu pekerjaan proyek Balai Sungai Wilayah Sumatera VI yang tdak pernah di periksa oleh pihak kejaksaan atau pu pihak kepolisian . Wajar Kajatisu menurunkan tim keseluruh proyek Balai Sungai Wilayah Sumatera VI, jika ditemukan pekerjaan yang berbau KKN segera saja panggil dan periksa semua pihak terkait, dan jika terbukti didapati kerugian Negara tangkap dan penjarakan . Pembangunan Prasarana Pengendali Banjir Sungai Batanghari, di Sengeti, Kabupaten Muara Jambi" juga bermasalah alias bangunannya rubuh . CIFOR juga akan segera menurunkan tim investigasi untuk membantu Kajati”, harap ismail yang siap membantu tim Kajati dan kapolda jambi


Hal senada juga dikatakan ketua koordinator DPP Asosiasi Swara Wartawan Demokrasi (ASWD) Roy Andre, “Resolusi PBB 147/193 menghimbau semua Negara untuk memperhatikan hari air sedunia setiap tanggal 22 maret, di Indonesia dideklarasikan dan ditanda tangani oleh 11 mentri diantaranya Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, yakni: Menko Kesra Ad Interim, Menteri Dalam Negeri, Menteri Pertanian, Menteri Pendidikan Nasional, Menteri Kesehatan, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah, Menteri Kehutanan, Menteri Sosial, Menteri Negara Riset dan Teknologi, Menteri Negara PPN/Kepala Bappenas, dan Menteri Negara Linglkungan Hidup yang isinya antara lain : meningkatkan upaya pengelolaan dan perlindungan sumber daya air untuk menanggulangi bencana, melakukan pencegahan perusakan lingkungan melalui konservasi, rehabilitasi hutan dan lahan pada daerah aliran sungai ( DAS ) kritis. Pengelolaan kwantitas air serta pencemaran air, meningkatkan kordinasi di bidang IPTEK, serta mengingkatkan partisipasi seluruh pemangku kepentingan masyarakat luas. Dalam menanggulangi bencana, pertukaran data dan informasi di bidang sumber daya air dan penaggulangan banjir.
Has tahun 2004 berjudul“ Water and Disaster “ ( air dan bencana ) tujuannya agar masyarakat diingatkan pentingnya concern terhadap air ( peringatan dini ) jika terjadi kekeringan dan banjir agar siap menghadapi banjir / bencana.
pelaksaannya dilakukan pemerintah sejalan dengan UU NO 7 Tahun 2004 tentang sumber daya air. Jadi pelaksanaan proyek Pintu Pengendali Banjir Sungai Bulian Di Kecamatan Muara Bulian Kabupaten Batang Hari Dan Pengendali Banjir Sungai Batanghari, di Sengeti, Kabupaten Muara Jambi yang disinyalir asal jadi itu dinilai telah mengangkangi harapan 11 mentri.
Masih dikatakan Roy, puluhan wartawan mencoba mengkonfirmasikan hal pemeliharaan sungai Wampu sesuai acuan Peraturan Mentri Pekerjaan Umum nomor 323/PRT/M/2005 tentang tata cara penanganan masukan dari masyarakat di lingkungan Pekerjaan Umum, namun kepala Balai Sungai Wilayah Sumatera VI terus saja menghindar dengan alasan sibuk melebihi dari presiden SBY. Untuk itu kita minta Mentri PU Joko Kirmanto segera mengganti kepala Balai Sungai Wilayah sumatera VI H.IVAN WIRATA ST.MM.MT, SNVT PELAKSANA PENGELOLAAN SDA SUMATERA VI PROVINSI JAMBI H. BAMBANG HIDAYAT MT.Dan Kejati Jambi dan Kapolda jambi Segera Periksa Proyek Balai sungai Sumatera VI. tegas Roy.

Ketika hal tersebut dikompirmasika ke Bambang Hidayat Satker SDA Sumatera VI tidak berada di tempat,


CAMAT BAJUBANG:PORBBI BISA JADI SOLUSI ATASI HAMA BABI BAGI PETANI



Muara bulian-Media swara indonesia –
Camat Bajubang Adnan So,s mengatakan kepada Lidah Rakyat usai melihat
Persatuan Olah raga Berburu Babi Indonesia (PORBBI) di desa penerokan
tepatnya didepan kantor camat Km 48 .olah raga buru babi merupakan

olah raga yang bisa membantu masyarakat mengatasi hama babi yang
sering dikeluhkan warga .coba kita lihat kalau udah musim penghujan di
kecamatan bajubang dipingir jalan pasti sering kita temui bekas jejak
babi di sana-sini. dengan adanya kegiatan PORBBI yang merupakan solusi
bagi petani ucapnya.
Adnan juga menambahkan Dalam upaya membantu masyarakat petani yang ada
Provinsi Jambi untuk mengembangkan sektor pertanian dan perkebunan,
saya harapkan Porbbi tempino ,bajubang dan muara bulian agar
meningkatkan perannya, agar bisa membantu masyarakat mengatasi hama
babi ," ujar adnan.
Jika Porbbi berhasil mengurangi hama babi, lanjut Andan, maka
pertumbuhan sektor pertanian dan perkebunan akan meningkat. Ini akan
menjadi target dalam waktu dua hingga tiga tahun ke depan.
Disisi lain Sektaris PORBBI BAJUBANG Drs WiZARDI Kepala sekolah
SMA NEGRI 5 Bajubang Di damping unsure pengurus porbbi diantara
Yulius,Bujang Rambo,bahar porbbi Pal 32 kabupaten muaro jambi
mengatakan , upaya membantu masyarakat petani untuk mengembangkan
sektor pertanian dan perkebunan, disamping itu badan kita kan sehat .
PORBBI di Jambi sudah berupayan meningkatkan perannya, agar bisa
membantu masyarakat.ucapnya
Hal senadah juga di katakana Yulius pengurus poorbbi bajubang kalu
biasanya babi hutan menjadi mangsa dari harimau, tetapi saat ini
harimau di Jambi sudah semakin langka. Sementatra hama babi yang dalam
perkembangannya sangat pesat, dimana setiap kali melahirkan bisa
mencapai 10-12 ekor, sehingga sangat meresahkan masyarakat, khususnya
masyarakat petani.
Yulius juga menambahkan kita memintah peran aktip pemerintah kabupaten
dan propinsi jambi agar dinas peternakan dapat membantu porbbi
berupa anjing,kalau biasanya dinas peternakan bantu sapi,kambing
sekali-kali bantu kita beliin anjing ucapnya
Sementara pantau lidah rakyat di lokasi perburuan semakin lama
semangking ramau ratusan anjing berhasil membunuh dalam satu jam lima
ekor babi hutan.(ROY)

Monday, November 15, 2010

Hukum-Hukum Revolusi Menurut Bung Karno.


Gambar Atas : Bung Karno ditengah-tengah rakyat Indonesia

Bung Karno menjelaskan pada rakyat tentang Hukum-Hukum Revolusi. Inilah pemimpin otentik, bukan jenis pemimpin yang nggak mutu dan senang curhat.

Apa hukum-hukum Revolusi itu? Hukum-hukum Revolusi itu, kecuali garis-besar romantika, dinamika, dialektika yang sudah kupaparkan tadi, pada pokoknya adalah :

Pertama, Revolusi mesti punya kawan dan punya lawan, dan kekuatan-kekuatan Revolusi harus tahu siapa lawan dan siapa kawan; maka harus ditarik garis pemisah yang terang dan harus diambil sikap yang tepat terhadap kawan dan terhadap lawan Revolusi;

Kedua, Revolusi yang benar-benar Revolusi bukanlah “revolusi istana” atau “revolusi pemimpin”, melainkan Revolusi Rakyat; oleh sebab itu, maka Revolusi tidak boleh “main atas” saja, tetapi harus dijalankan dari atas dan dari bawah;

Ketiga, Revolusi adalah simfoninya destruksi dan konstruksi, simfoninya penjebolan dan pembangunan, karena destruksi atau penjebolan saja tanpa konstruksi atau pembangunan adalah sama dengan anarki, dan sebaliknya; konstruksi atau pembangunan saja tanpa destruksi atau penjebolan berarti kompromi, reformisme;

Keempat, Revolusi selalu punya tahap-tahapnya; dalam hal Revolusi kita : tahap nasional-demokratis dan tahap Sosialis, tahap yang pertama meretas jalan buat yang kedua, tahap yang pertama harus dirampungkan dulu, tetapi sesudah rampung harus ditingkatkan kepada tahap yang kedua; - inilah dialektik Revolusi;

Kelima, Revolusi harus punya Program yang jelas dan tepat, seperti dalam Manipol kita merumuskan dengan jelas dan tepat : (A) Dasar/Tujuan dan Kewajiban-kewajiban Revolusi Indonesia; (B) Kekuatan-kekuatan Revolusi Indonesia; (C) Sifat Revolusi Indonesia; (D) Hari-depan Revolusi Indonesia dan (E) Musuh-musuh Revolusi Indonesia. Dan seluruh kebijaksanaan Revolusi harus setia kepada Program itu;

Keenam, Revolusi harus punya soko-guru yang tepat dan punya pimpinan yang tepat, yang berpandangan jauh kemuka, yang konsekwen, yang sanggup melaksanakan tugas-tugas Revolusi sampai pada akhirnya, dan Revolusi juga harus punya kader-kadernya yang tepat pengertiannya dan tinggi semangatnya.

PIDATO BUNG KARNO (TAHUN “VIVERE PERICOLOSO”–17 Agustus 1964)

Imajinasi dalam Alam Pikiran Bung Karno




Pidato Bung Karno : Imajinasi

"Saudara-saudara, Djuga saja pernah tjeritakan dinegara-negara Barat itu hal artinja manusia, hal artinja massa, massa.

Bahwa dunia ini dihidupi oleh manusia. Bahwa manusia didunia ini, Saudara-saudara, "basically" - pada dasar dan hakekatnja - adalah sama; tidak beda satu sama lain. Dan oleh karena itu manusia inilah jang harus diperhatikan. Bahwa massa inilah achirnja penentu sedjarah, "The Makers of History". Bahwa massa inilah jang tak boleh diabaikan ~ dan bukan sadja massa jang hidup di Amerika, atau Canada, atau Italia, atau Djerman, atau Swiss, tetapi massa diseluruh dunia.

Sebagai tadi saja katakan: Bahwa "World Prosperity", "World Emancipation", "World Peace", jaitu kekajaan, kesedjahteraan haruslah kekajaan dunia : bahwa emansipasi adalah harus emansipasi dunia; bahwa persaudaraan haruslah persaudaraan dunia ; bahwa perdamaian haruslah perdamaian dunia ; bahwa damai adalah harus perdamaian dunia, berdasarkan atas kekuatan massa ini.

Itu saja gambarkan, saja gambarkan dengan seterang-terangnja. Saja datang di Amerika,- terutama sekali di Amerika - Djerman dan lain-lain dengan membawa rombongan. Rombongan inipun selalu saja katakan : Lihat, lihat , lihat, lihat!! Aku jang diberi kewadjiban dan tugas untuk begini : Lihat, lihat, lihat!! - Aku membuat pidato-pidato, aku membuat press-interview, aku memberi penerangan-penerangan; aku jang berbuat, "Ini lho, ini lho Indonesia, ini lho Asia, ini lho Afrika!!"

Saudara-saudara dan rombongan : Buka mata, Buka mata! Buka otak! Buka telinga!

Perhatikan, perhatikan keadaan! Perhatikan keadaan dan sedapat mungkin tjarilah peladjaran dari pada hal hal ini semuanja, agar supaja saudara saudara dapat mempergunakan itu dalam pekerdjaan raksasa kita membangun Negara dan Tanah Air.

Apa jang mereka perhatikan, Saudara-saudara? Jang mereka harus perhatikan, bahwa di negara-negara itu - terutama sekali di Amerika Serikat - apa jang saja katakan tempoh hari disini " Hollandsdenken " tidak ada.

"Hollands denken" itu apa? Saja bertanja kepada seorang Amerika. Apa "Hollands denken" artinja, berpikir secara Belanda itu apa? Djawabnja tepat Saudara-saudara "That is thinking penny-wise, proud, and foolish", katanja.

"Thinking penny-wise, proud and foolish". Amerika, orang Amerika berkata ini, "Thinking penny-wise" artinja Hitung……..satu sen……..satu sen……..lha ini nanti bisa djadi dua senapa `ndak?........ satu sen……..satu sen……… "Thinking penny-wise"………"Proud" : congkak, congkak, "Foolish" : bodoh.

Oleh karena akhirnja merugikan dia punja diri sendirilah, kita itu, Saudara-saudara, 350 tahun dicekoki dengan "Hollands denken" itu. Saudara-saudara, kita 350 tahun ikut-ikut, lantas mendjadi orang jang berpikir "penny-wise, proud and foolish".

Jang tidak mempunjai "imagination", tidak mempunjai konsepsi-konsepsi besar, tidak mempunjai keberanian - Padahal jang kita lihat di negara-negara lain itu, Saudara-saudara, bangsa bangsa jang mempunjai "imagination", mempunjai fantasi-fantasi besar: mempunjai keberanian ; mempunjai kesediaan menghadapi risiko ; mempunjai dinamika.

George Washington Monument misalnja,
tugu nasional Washington di Washington, Saudara-saudara : Masja Allah!!! Itu bukan bikinan tahun ini ; dibikin sudah abad jang lalu, Saudara-saudara. Tingginja! Besarnja! Saja kagum arsiteknja jang mempunjai "imagination" itu, Saudara-saudara.

Bangsa jang tidak mempunjai : imagination" tidak bisa membikin Washington Monument. Bangsa jang tidak mempunjai "imagination"………ja, bikin tugu, ja "rongdepo", Saudara-saudara. Tugu "rong depo" katanja sudah tinggi, sudah hebat.

"Pennj-wise" tidak ada, Saudara-saudara. Mereka mengerti bahwa kita - atau mereka - djikalau ingin mendjadi satu bangsa jang besar, ingin mendjadi bangsa jang mempunjai kehendak untuk bekerdja, perlu pula mempunjai "imagination",: "imagination" hebat, Saudara-saudara.

Perlu djembatan? Ja, bikin djembatan……tetapi djangan djembatan jang selalu tiap tiap sepuluh meter dengan tjagak, Saudara-saudara, Ja , umpamanja kita di sungai Musi…….Tiga hari jang lalu saja ini ditempatnja itu lho Gubernur Sumatera Selatan - Pak Winarno di Palembang - Pak Winarno, hampir hampir saja kata dengan sombong, menundjukkan kepada saja "ini lho Pak! Djembatan ini sedang dibikin, djembatan jang melintasi Sungai Musi" - Saja diam sadja -"Sungai Ogan" - Saja diam sadja, sebab saja hitung-hitung tjagaknja itu. Lha wong bikin djembatan di Sungai Ogan sadja kok tjagak-tjagakan !!

Kalau bangsa dengan "imagination" zonder tjagak, Saudara-saudara !!

Tapi sini beton, tapi situ beton !! Satu djembatan, asal kapal besar bisa berlalu dibawah djembatan itu !! Dan saja melihat di San Fransisco misalnja, djembatan jang demikian itu ; djembatan jang pandjangnja empat kilometer, Saudara-saudara ; jang hanja beberapa tjagak sadja.

Satu djembatan jang tinggi dari permukaan air hingga limapuluhmeter; jang kapal jang terbesar bisa berlajar dibawah djembatan itu. Saja melihat di Annapolis, Saudara-saudara, satu djembatan jang lima kilometer lebih pandjangnja, "imagination", "imagination" "imagination"!!! Tjiptaan besar!!!


Kita jang dahulu bisa mentjiptakan tjandi-tjandi besar seperti Borobudur, dan Prambanan, terbuat dari batu jang sampai sekarang belum hancur ; kita telah mendjadi satu bangsa jang kecil djiwanja, Saudara-saudara!! Satu bangsa jang sedang ditjandra-tjengkalakan didalam tjandra-tjengkala djatuhnja Madjapahit, sirna ilang kertaning bumi!! Kertaning bumi hilang, sudah sirna sama sekali. Mendjadi satu bangsa jang kecil, satu bangsa tugu "rong depa".

Saja tidak berkata berkata bahwa Grand Canyon tidak tjantik. Tapi saja berkata : Tiga danau di Flores lebih tjantik daripada Grand Canyon. Kita ini, Saudara-saudara, bahan tjukup : bahan ketjantikan, bahan kekajaan. Bahan kekajaan sebagai tadi saja katakan : "We have only scratched the surface " - Kita baru `nggaruk diatasnja sadja.

Kekajaan alamnja, Masja Allah subhanallahu wa ta'ala, kekajaan alam. Saja ditanja : Ada besi ditanah-air Tuan? - Ada, sudah ketemu :belum digali. Ja, benar! Arang-batu ada, Nikel ada, Mangan ada, Uranium ada. Percajalah perkataan Pak Presiden. Kita mempunjai Uranium pula.

Kita kaja, kaja, kaja-raja, Saudara-saudara : Berdasarkan atas "imagination", djiwa besar, lepaskan kita ini dari hal itu, Saudara-saudara.

Gali ! Bekerdja! Gali! Bekerdja! Dan kita adalah satu tanah air jang paling cantik di dunia.

(Pidato Bung Karno, 1957).

bung karno saat menunaikan sholat berjamaah ketika berkunjung ke amerika tahun 1956)

konsepsi bung karno














(bung karno saat menunaikan sholat berjamaah ketika berkunjung ke amerika tahun 1956)

...konsepsi revolusioner bung karno yang mencitacitakan membangun tatanan dunia baru dengan menggagas poros nonblok tentu saja berimplikasi pada perjalanan hidup bangsa selanjutnya. hegemoni amerika dan sekutu baratnya, terancam. mulai saat itulah manuver-manuver politik adidaya mulai beroperasi demi memberangus, menelikung dan menohok bung karno melalui berbagai peristiwa ancaman pembunuhan, sampai akhirnya membendung pengaruh gagasan revolusioner bung karno melalui strategi pembentukan negara (boneka) federasi malaysia pada tahun 1963. tak berhenti si situ, infiltrasi intelejen c.i. a dalam tubuh militer (tni) mulai mengoyak ketahanan dan persatuan bangsa. puncak dari manuver anasir asing, bangsa ini pun memasuki babak tragedi kelam dengan meletusnya peristiwa g-30-s tahun 1965 yang berakibat mengoyak-ngoyak tubuh bangsa. bung karno lalu diisolasi dari rakyat yang amat dicintai dan dibelanya. kekuasaannya dipreteli. dan jalannya revolusi indonesia yang dulu menggelora dahsyat ”dipadamkan” untuk masa tiga dekade di bawah rezim otoritarian yang represif.

Bung Karno Dalam Pidatonya Kepada Indonesia


Bung Karno Dalam Pidatonya Kepada Indonesia

"Aku ingin Indonesia dikenal orang, aku ingin dunia tahu bagaimana rupa orang Indonesia dan melihat bahwa kami bukan 'bangsa yang tolol' seperti orang Belanda berulang-ulang menyebut kami, bukan lagi 'inlader goblok yang hanya pantas diludahi', bahwa kami bukanlah lagi penduduk kelas dua yang berjalan merunduk-runduk dengan memakai sarung dan ikat kepala, membungkuk-bungkukkan diri seperti yang diinginkan oleh majikan-majikan kolonial kami dulu",
Ir. Soekarno—The 1st President of IndonesianPidato Bung Karno

Keajaiban-keajaiban Pidato Bung Karno


Berkisah tentang kehebatan Bung Karno berpidato, seperti menguras sebuah sumur tua. Sumber airnya terus mengucur, sekalipun sudah dikuras. Semua kisah itulah kiranya, yang lantas menasbihkannya menjadi Singa Podium. Semua kisah itu yang menobatkannya menjadi orator ulung.

Terlebih sekeluarnya dari penjara Sukamiskin tahun 30-an, Sukarno menjadi lebih matang. Bung Karno menjadi rajin keliling berbagai daerah untuk membakar semangat rakyat. Dari sanalah lahir cerita-cerita menarik yang berhubungan dengan pidato-pidatonya.

Yang merepotkan adalah di saat musim hujan. Karena sulitnya medan, tidak jarang Bung Karno baru tiba di tempat rapat umum pukul 15.00, meski rapat itu dijadwalkan berlangsung pukul 09.00, dan akibatnya massa sudah bercerai-berai. Akan tetapi, ketika melihat Sukarno datang, dalam sekejap massa sudah menyemut di depan podium.




Meski hujan terus mengguyur, Bung Karno tetap berpidato. Massa berpayung daun pisang, juga tak beranjak dari tempatnya berdiri. Tidak lama kemudian, air pun menembus jas hujan Bung Karno, sehingga ia basah kuyup. Daun-daun pisang pun koyak, sehin gga massa pun kebasahan. Derasnya hujan, membuat mereka sesekali menyeka air dari wajah-wajah yang tetap menengadah menyimak pidato Bung Karno.

Kalau sudah begitu, Bung Karno akan berujar, "Nah, sekarang, untuk memanaskan badan kita, bagaimana kalau kita menyanyi bersama-sama?" Alhasil, di sela-sela petir yang menggemuruh, terdengarlah satu suara mengikuti Bung Karno menyanyi. Disusul, sepuluh orang menyanyi. Lalu, seratus orang ikut menyanyi. Tidak lama kemudian, menggemalah 20.000 suara menjadi satu paduan lagu gembira. Bung Karno sadar betul, tembang daerah bisa menyatukan rakyat sangat erat, lebih erat dari rantai besi sekalipun.

Hingga hujan reda, dan Bung Karno mengakhiri pidatonya, tak satu pun orang bergeser dari tempatnya berdiri. Salah seorang pengikut Bung Karno berkomentar, "Ini adalah suatu kejadian yang tidak dapat dilakukan oleh orang semata-mata. Bakat yang demikian itu terletak antara Bung dan alam".Kali berikutnya, Bung Karno berpidato di Solo, di mana putri-putri keraton yang cantik- cantik keluar dari pingitan hanya untuk mendengarkan pidatonya. Bahkan salah seorang yang sedang hamil tua menepuk-nepuk perutnya berkali-kali sambil menggumamkan kata, "Saya ingin seorang anak seperti Sukarno". Di tengah pidato, mendadak muncul ide dadakan Sukarno. Ia melepas pecinya, dan menyerahkan kepada salah satu putri keraton untuk berkeliling mengumpulkan uang untuk pergerakan.

Tidak berhenti sampai di situ. Kisah lain lebih bernuansa tragi-komedi .. ya tragis, ya komedis. Kisah terjadi di Gresik, Jawa Timur. Di tengah kerumuman massa, tampak seorang pejabat kolonial yang kebetulan keturunan pribumi. Ia harus memantau kegiatan pidato Sukarno, dan harus membuat laporan tertulis kepada pemerintah Hindia Belanda.

Freestyle Ontel

Pejabat kolonial keturunan pribumi yang disebut "patih" oleh Sukarno itu, tampak tekun dan khidmat mengikuti orasi Bung Karno. Ekspresinya sangat serius, seperti menyimak kata demi kata dengan hati. Dan, manakala meledak tempik-sorak massa, ia pun spontan bersorak dan bertepuk tangan penuh semangat, lupa akan baju seragam kolonial yang dipakainya.

Celaka duabelas .. tidak jauh dari kerumunan massa, hadir juga Van der Plas, Direktur Urusan Bumiputera. Lebih apes lagi, Van der Plas melihat dengan mata kepala sendiri, anak buahnya ikut bersorak-sorak dan bertepuk tangan mendengarkan pidato Bung Karno. Kisah selanjutnya bisa Anda tebak, ia langsung dipecat.

Prosesi Pemakaman

Selamat Hari Kemerdekaan Republik Indonesia!

Bersepeda di Uttar Pradesh Alkisah tahun 1950, Bung Karno diundang mengunjungi India, dalam rangka perayaan kemerdekaan negara itu dari kolonialis In


Alkisah tahun 1950, Bung Karno diundang mengunjungi India, dalam rangka perayaan kemerdekaan negara itu dari kolonialis Inggris. Turut serta dalam rombongan itu Ibu Negara, Fatmawati. Rombongan ini bertolak dari tanah air 23 Januari 1950. Setiba di “Negeri Nandi”, rombongan disambut Presiden Rajendra Prasad yang ketika itu berusia 70 tahun.

Setelah beberapa hari tinggal dan dijamu di istana kepresidenan, Bung Karno dan rombongan diundang Perdana Menteri Jawaharlal Nehru, dan diminta bermalam di rumahnya yang begitu besar dan indah. Fatma sangat mengagumi rumah Nehru dengan konsep swadesi-nya. Semua perabot dan perlatan rumah itu, adalah asli buatan bangsa India sendiri.

Dalam waktu singkat, Fatma sudah sangat akrab dengan Nehru. Ketika itu, usia Fatma baru 28 tahun. Nehru menyayangi Fatma bagaikan anaknya sendiri. Setiap jalan beriringan, Nehru selalu menggandeng tangan Fatma.

Nah, tibalah acara rekreasi. Salah satu objek yang tidak boleh tidak dikunjungi jika kita ke India tentunya adalah Taj Mahal. Sebuah musoleum yang begitu megah dan indah, dan terletak di Agra, Uttar Pradesh. Bangunan berarsitektur Islam India itu dibangun Raja Mongol Shah Jehan, 1627 – 1666, sebagai persembahan kepada permaisurinya yang rupawan, dan meninggal dunia pada 1631.

Iring-iringan mobil pun beranjak menuju Agra. Sial tak dapat ditolak… ppsssssttt… ban mobil yang dinaiki Bung Karno – Fatma kempes. Apa boleh buah. Mobil pun harus berhenti. Bung Karno pun mengajak Fatma keluar dari mobil.

Selagi sopir, pengawal, ajudan sibuk mengganti roda ban… Bung Karno menghampiri seorang warga India yang bersama masyarakat lain menyaksikannya di pinggir jalan. Entah apa yang disampaikan Bung Karno, yang pasti sejurus kemudian warga India itu menyerahkan stang sepeda kepada Bung Karno.

“Ayo Fat!” ajak Bung Karno.

Fatma kaget diajak suaminya naik sepeda. Sambil melangkah ragu mendekat… bersimpang-siur pikiran dalam benaknya? “Melanjutkan perjalanan dengan bersepeda?”… “Masih berapa jauh sampai di Taj Mahal?”… “Apa reaksi para petugas protokol kenegaraan India nantinya?”… “Tamu negara boncengan sepeda?”…..

Belum semua pertanyaan itu berjawab, ketika Fatma menempelkan pantatnya di boncengan sepeda. “Sudah? Nah, ayo kita bersepedaaa….” Bung Karno pun mulai mengayuh sepeda, memboncengkan Fatmawati, menyusuri jalan menuju Taj Mahal di Uttar Pradesh….

Penasaran apa yang terjadi selanjutnya??? Ahhh… tentu saja selesai petugas mengganti roda, segera menyusul Bung Karno, dan memohon agar naik mobil kenegaraan kembali. Sepedanya? Tentu langsung dikembalikan ke tangan pemiliknya dengan satu catatan sejarah, “pernah dinaiki Presiden Republik Indonesia, Sukarno dan istrinya…..” (roso daras)

Kesaksian Sze Tu Mei Sen


Sze Tu Mei Sen adalah penerjemah Presiden Sukarno untuk bahasa Cina. Dia pernah memberi kesaksian penting terkait keterlibatan RRC dalam pemberontakan PKI atau yang kita kenal dengan Gestok (Gerakan Satu Oktober), yang berujung pada runtuhnya kekuasaan Bung Karno. Sze Tu Mei Sen membantah keras informasi yang menyebutkan keterlibatan RRC itu.

Bantahan keterlibatan Cina (Mao Zedong) dalam tragedi berdarah tersebut disampaikan Sze Tu Mei Sen, seorang mantan penerjemah Bung Karno saat melakukan pembicaraan dengan pemimpin Tiongkok perihal kebijaksaan politik Cina dan Indonesia. Kesaksian yang disampaikan lewat faks itu dikirim Sze Tu Mei Sen kepada Kolonel (Pur) Maulwi Saelan, Wakil Komandan Tjakrabirawa pada 7 Desember 2005. Oleh Saelan, faks tersebut disampaikan dalam forum diskusi buku “Kudeta 1 Oktober 1965—Sebuah Studi Tentang Konspirasi. Berikut ini isinya:

Sejak tahun 1950, sesudah penyerahan kedaulatan, saya masih bekerja sebagai wartawan dari harian “Sin Po” edisi Tionghoa, saya sudah sering dipanggil oleh Presiden Soekarno supaya ikut dalam aktivitas yang bertalian masalah hubungan Indonesia dan Tiongkok. Membantu beliau berkomunikasi dengan Tiongkok, misalnya, Upa-cara Penyerahan Surat Kepercayaan dari Duta Besar Pertama Tiongkok untuk Indonesia dan juga kunjungan Delegasi Kese-nian Tiongkok, Madam Sun Yat Sen dan sebagainya.

Pada akhir tahun 1956, Presiden melakukan kunjungan ne-gara pertama ke Tiongkok, saya diperintahkan ikut sebagai Sekretaris pribadi Presiden dan anggota advance team yang berangkat terlebih dahulu. Itu pertama kalinya saya menginjak Bumi Tiongkok.

Sejak kunjungan inilah saya bertindak sebagai Penerjemah Utama dalam bahasa Tionghoa. Tugas saya menerjemahkan pidato Presiden selama kunjungan dan penerjemah untuk pembicaraan dengan pemimpin pemimpin Tiongkok seperti Mao Tze Tung, Chow En Lay, Chu Te, Liu Sao Chi, dan Madam Sun Yat Sen.

Pada akhir tahun 1959-60, sesudah RI kembali ke UUD 1945, hubungan Indonesia dan Tiongkok semakin erat, saya dipanggil Presiden ditetapkan sebagai pembantu pribadi Presiden merangkap sebagai penerjemah utama khusus bahasa Tionghoa.

Tahun 1960-1965, hubungan dengan Tiongkok semakin erat dan kunjngan kenegaraan semakin sering. Di samping para pejabat dari Deplu yang berkepentingan saya selalu mendampingi Presiden dalam hampir seluruh pertemuan, perundingan dan pembicaraan dengan pemimpin dari Tiongkok terutama dengan Chow En Lai (Prime Minister) dan Chen Yi (Wakil Prime Minister merangkap Menlu), kecuali apabila saya sedang sakit atau sedang tidak di Jakarta.

Dalam seluruh pertemuan, perundingan dan pembicaraan, perundingan dan pertemuan, pemimpin Tiongkok sangat mengagumi keberanian Indonesia dalam perjuangan anti dan melawan Neokolin (New Colonialism) menghormati yang dijunjung oleh Indonesia. Sama sekali tidak ada pembi-caraan yang mengharapkan Indonesia condong ke kiri, apalagi masuk kubu Negara komunis di Asia.

Pembicaraan-pembicaraan penting antara Presiden dengan para pemimpin Tiongkok yaitu dengan Ketua Liu Sao Chi tahun 1963 di Bali, PM Chow En Lai (1964 di Shanghai dan 1965 di Jakarta), Wakil PM merangkap Menlu Chen Yi (Mei 1965 di Jakarta yang berlangsung 4 jam).

Intisari dari pembicaraan tersebut adalah Indonesia terus menerus membangkitkan semangat NEFOS dan memberanikan diri memimpin negara dunia ketiga dan non aliansi countries. Tiongkok sebagai negara yang menjalin hubungan dengan Uni Soviet tidak dapat memimpin negara dunia ketiga, sedangkan situasi nasional dan Asia khususnya untuk mengimbangi kekuatan dan pengaruh Amerika dan sekutunya, termasuk hampir seluruh Negara Asia Tenggara tergabung dalam SEATO (South East Asia Treaty Organization), kepentingan nasional Tiongkok pada waktu itu adalah mengarapkan Nefos dan negara dunia ketiga dapat mengimbangi situasi yang sangat suram bagi mereka.

Pemimpin Tiongkok dalam pembicaraannya sama sekali tidak berharap Indonesia menjadi negara komunis karena hanya akan memperuncing situasi yang membahayakan mereka sendiri. Politik Tiongkok adalah Indonesia terus membimbing NEFOS (New Emerging Forces) dan negara dunia ketiga sesuai dengan kepentingan Tiongkok saat itu, mengimbangi kekuatan Amerika.

Informasi ini saya kutip dari tabloid CITA CITA yang pernah saya pimpin. ***

Cindy Adams, Pilihan Bung Karno


Waktu terus bergulir, sejak Dubes AS untuk Indonesia, Howard Jones mengajukan usul kepada Bung Karno untuk menuliskan biografinya. Tahunnya masih tahun 60-an. Pada pertemuan yang kesekian, Dubes Howard belum berputus-asa membujuk Bung Karno. Masih dengan alasan-alasan yang ia kemukakan dengan begitu serius dan sungguh-sungguh.

Tibalah saatnya Bung Karno menanggapinya dengan menyeringai, “Dengan satu syarat, saya mengerjakannya dengan Cindy Adams!” Howard kaget. Senang bercampur entahlah.

Rupanya, selang beberapa saat setelah pertemuan dengan Howard di Istana Bogor, Bung Karno bertemu dengan wartawan Amerika Serikat bernama Cindy Adams. Dia adalah istri dari pelawak Joey Adams, yang tengah memimpin misi kesenian Presiden Kennedy ke Asia Tenggara.

Selain cantik, Cindy adalah seorang penulis yang ceria, gemar berkelakar, dan… selalu berdandan rapi. Berbicara dengan Cindy, sangat menyenangkan Bung Karno. Dalam salah satu kesaksiannya ia mengatakan bahwa, “Orang Jawa selalu bekerja dengan insting. Seperti ketika saya mencari seorang press officer, kemudian bertemu dengan Rochmuljati, saya segera tahu, dialah yang saya cari, dan segera saya pekerjakan dia. Demikian pula dengan Cindy.”

Laksana menerima durian runtuh, Cindy menerima tugas itu dengan suka cita. Terlebih setelah tahu, bahwa sudah banyak penulis, baik dari dalam maupun luar negeri yang memohon-mohon menjadi penulis biografi Bung Karno, tetapi semua ditolak.

Sekalipun berkebangsaan Amerika Serikat, Bung Karno menilai Cindy dapat memahami dan merasakan denyut nadi bangsa Indonesia. Tulisan Cindy juga dinilai jujur dan dapat dipercaya. Pendek kata, Bung Karno begitu menyukai Cindy. Katanya, “Cindy adalah penulis yang paling menarik yang pernah kujumpai!”

Wawancara dilakukan dalam bahasa Inggris. Bung Karno mengaku, sesekali membuat kesalahan dalam tata-bahawa, dan sering pula berhenti pada satu kalimat karena ia merasakan adanya kekakuan dalam kalimat yang ia utarakan. Begitulah wawancara terus mengalir dengan lancar hingga tersusunlah buku Bung Karno, Penyambung Lidah Rakyat Indonesia.

Kepada pembaca buku biografinya, Bung Karno juga memiliki pesan tersendiri. Begini ia bertutur, “Kuminta kepadamu, pembaca, untuk mengingat bahwa, lebih daripada bahasa kata-kata yang tertulis adalah bahasa yang keluar dari lubuk-hati. Buku ini ditulis tidak untuk mendapatkan simpati atau meminta supaya setiap orang suka kepadaku. Harapan hanyalah, agar dapat menambah pengertian yang lebih baik tentang Sukarno dan dengan itu menambah pengertian yang lebih baik terhadap Indonesia tercinta.” (roso daras)

Patung Dirgantara dan Duka di Baliknya


Manusia besar dengan gagasan besar. Itu sebuah julukan lain buat Bung Karno. Ciri-ciri manusia besar, terletak pada peninggalannya yang kekal. Dalam beberapa hal, Bung Karno memenuhi kriteria itu. Ajarannya tentang Marhaenisme, penemuan ideologi Pancasila, serta semangat kebangsaan, setidaknya masih bisa kita rasakan hingga detik ini. Sekalipun ia “dikubur” tiga dasawarsa lamanya, jejak-jejak peninggalan dan karya besar Bung Karno bergeming dari gerusan zaman.

Selain ide dan gagasan berupa isme, ajaran, spirit, dan nilai-nilai sosial dan politik, Bung Karno juga mewariskan monumen-monumen. Ia menggagas pembangunan masjid Istiqlal yang ia targetkan melebihi kekokohan candi borobudur. Ia merancang tugu selamat datang di Bundaran HI yang menjadi icon ibukota. Ia mendirikan tugu pembebasan Irian Barat di Lapangan Banteng. Ia juga mengobarkan semangat bangsa melalui Patung Dirgantara di Pancoran.

Nah, yang disebut terakhir, adalah fokus tulisan ini. Boleh dibilang, itulah peninggalan terakhir Bung Karno. Digagas tahun 1965, saat matahari kekuasaannya sudah condong ke barat. Adalah pematung Edhi Sunarso yang mendapat kehormatan, mengerjakan pembuatan patung itu. Edhi adalah pematung kesayangan Bung Karno. Ia pula yang ditunjuk membuat patung “Selamat Datang” di Bundaran HI.

Edhi ingat persis, ketika instruksi Bung Karno diterimanya. Hatinya sempat mandeg-mangu, ragu-ragu, bimbang, dan galau. Sebagai seniman patung, ia belum pernah sama sekali membuat patung dengan bahan perunggu. Sementara perintah Bung Karno jelas, ia menghendaki patung dengan bahan perunggu.

Saat raut wajahnya sulit menyembunyikan perasaan hatinya, Bung Karno segera paham. Maka, berkatalah Bung Karno kepada Edhi, “”Hey Ed, kamu punya rasa bangga berbangsa dan bernegara tidak? Apa perlu saya menyuruh seniman luar untuk mengerjakan monumen dalam negeri sendiri? Saya tidak mau kau coba-coba, kau harus sanggup.”

Waktu satu minggu yang diberikan Bung Karno, dijawab tuntas oleh Edhi dengan mengumpulkan teman-teman pematung di Yogya, dan mewujudkan harapan Bung Karno dalam replika yang terbuat dari gypsum. Gaya melambaikan tangan laiknya orang menyambut kedatangan sahabat, diperagakan langsung oleh Bung Karno. Gaya itu pula yang kemudian menjadi model pada patung Tugu Selamat Datang di bundaran HI.

Nah, lain lagi kisah Patung Dirgantara, Pancoran. Proyek itu sempat mangkrak, alias terhenti. Peristiwa 30 September 1965, adalah pemicu terancam gagalnya pembuatan patung itu. Bung Karno menghadapi hantaman dari dalam negeri. Ia didemo nyaris tiap hari. Klimaksnya adalah penolakan MPRS atas pertanggungjawaban Bung Karno, terhadap peristiwa pemberontakan PKI tadi. Buntutnya sama-sama kita ketahui, Bung Karno dilengserkan, dan Soeharto diorbitkan.

Nasib patung Dirgantara yang digagas Bung Karno sebagai simbol semangat bangsa, terombang-ambing. Meski begitu, Bung Karno bukan manusia yang meninggalkan sejarah ke-plin-plan-an. Bung Karno tidak pernah mengajarkan sikap yang kurang bertanggung jawab. Alhasil, sekalipun nasibnya sendiri di ujung tanduk. Posisinya sebagai presiden terancam. Tekanan dalam dan luar negeri menghimpit dirinya, Bung Karno tetap komit.

Ia menyempatkan diri untuk memantau perkembangan proyek patung dirgantara tadi. Kepada Bung Karno, dengan nada prihatin, Edhi melaporkan kemandegan proyek tadi. Sekalipun pedestial atau tiang penyangga patung sudah selesai, tapi pekerjaan terancam mandeg, karena pemerintahan transisi tidak menggubrisnya. Di sisi lain, dalam status tahanan politik, dalam kondisi badan yang makin ringkih digerogoti sakit ginjalnya, Bung Karno keukeuh menuntaskan proyek terakhirnya.

Edhi sendiri tak sanggup meneruskan pekerjaan itu, mengingat dirinya pun sudah dililit utang untuk pekerjaan itu. Maklumlah, semua proyek pembuatan monumen yang ia kerjakan atas perintah Bung Karno, tidak menggunakan semacam dokumen perintah resmi negara. Murni soal kepercayaan.

Atas kondisi tersebut, Bung Karno lantas memanggil Edhi dan memberinya uang Rp 1,7 juta. Belakangan Edhi baru tahu, uang itu hasil penjualan mobil pribadi Bung Karno. Dengan uang itu, sekalipun belum cukup menutup semua biaya, Edhi langsung menuntaskan pengerjaan patung Dirgantara.

Alkisah… di pagi yang cerah, di hari Minggu tanggal 21 Juni 1970, Edhie sedang berada di puncak Tugu Dirgantara. Tiba-tiba, melintas iring-iringan mobil jenazah. Salah seorang pekerja di bawah sontak memberi tahu Edhi, bahwa yang barusan lewat adalah iring-iringan mobil jenazah… jenazah Bung Karno, sang penggagas Tugu Dirgantara.

Lemas lunglai Edhi demi mendengar berita itu. Ia pun langsung turun dari puncak Tugu Dirgantara, dan menyusul ke Blitar, memberi penghormatan terakhir kepada Putra Sang Fajar.

Belum usai duka berlalu, Edhi bersemangat menuntaskan amanat terakhir Bung Karno. Sekalipun pekerjaan itu meninggalkan utang negara. Sekalipun patung itu tidak pernah diresmikan oleh pemerintahan Soeharto. Tugu Dirgantara tegar berdiri, menggelorakan semangat, mengekspresikan wajah Gatotkaca. Wajah perkasa yang menyimpan duka di balik pembuatannya. (roso daras)

Jika Mobil Presiden Rusak


Proklamasi belum lama dikumandangkan. Ibaratnya, Republik baru seumur jagung. Fase itulah yang selalu disebut Bung Karno sebagai fase perjuangan yang sesungguhnya. Bangsa Indonesia, harus berjuang mempertahankan kemerdekaan. Semboyan yang terkenal adalah “Hidup atau Mati”.

Tak lama setelah Sekutu mendarat di Republik Indonesia, dimulailah perburaan terhadap Bung Karno, Bung Hatta, dan para pejuang kemerdekaan kita. Mereka bertekad menangkap Bung Karno, hidup atau mati. Karena itu pula Bung Karno tidak pernah tidur di rumah. Ia menginap dari satu rumah penduduk ke rumah yang lain.

Begitu terus sampai seluruh rekan seperjuangan benar-benar kuwalahan mengamankan Bung Karno. Mereka merekomendasikan agar Bung Karno segera meninggalkan ibukota Jakarta. Itulah yang kemudian dilakukan sang proklamator. Sebuah lokomotif seri C buatan Henschel (Jerman) tahun 1921, dijadikan loko penarik kereta kepresidenan. Loko itu yang mengantar perjalanan Presiden Sukarno dari Jakarta ke Yogyakarta pada 3 Januari 1946.

Loko C2849 waktu itu, menarik dua gerbong kayu IL7 dan IL8. Kedua gerbong itu kini mengisi koleksi Museum Transportasi Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta. Itulah sepenggal sejarah hijrahnya Bung Karno ke Yogyakarta sekaligus menandai sejarah perpindahan ibukota negara dari Jakarta ke Yogyakarta.

Nah, di Yogya Bung Karno sering mengalami problem dengan mobil Buick-nya. Yogya bukan Jakarta. Kerusakan mobil di Jakarta, relatif lebih mudah memperbaikinya. Beruntung, Bung Karno memilik montir-montir otodidak yang piawai. Dalam kesempatan itu, mereka bekerja lebih giat, karena tidak jarang Bung Karno ikut melihat dan menemani para montir bekerja. (roso daras)

Bung Karno dan Kaum Homo


Iseng buka-buka folder foto Bung Karno, saya menemukan satu foto menarik yang direkam di Amerika Serikat tahun 1956. Dalam salah satu kegiatannya, Bung Karno berkesempatan menjumpai komunitas kaum homoseksual di sana. Sayangnya, penjelasan mengenai peristiwa itu begitu langka.

Satu-satunya catatan tentang Bung Karno dan lelaki homoseksual hanya ada di buku autobiografinya, dan itu pun sudah pernah saya posting di sini dengan judul “Bung Karno Diajak Bercinta Lelaki Homo”. Kisahnya tentang “pertemanannya” dengan seorang narapidana berkebangsaan Belanda di penjara Sukamiskin tahun 30-an.

Pria bule berambut keriting jagung dan berdada bidang itu, bolak-balik masuk penjara dengan kasus yang sama: Mencabuli laki-laki. Terakhir, dia divonis empat tahun penjara akibat perbuatannya itu. Ironisnya, ketika tertangkap polisi, ia dalam status baru dua minggu keluar penjara. Lagi-lagi dengan kasus yang sama, memperkosa laki-laki.

“Orang sakit”, begitu Bung Karno menjuluki laki-laki ini.

Satu hal yang pasti, Bung Karno adalah seorang humanis. Kenangan dengan narapidana Belanda yang mengajaknya bercinta dulu, ia rekam sebagai sebuah fenomena kehidupan di penjara. Ketika itu, dan konon hingga hari ini, praktik percintaan sesama pria masih marak di sel-sel hotel prodeo.

Sekalipun begitu, terhadap komunitas kaum gay, Bung Karno tetap menaruh respek. “Homo juga manusia…” begitu barangkali yang ada di benak Bung Karno. (roso daras)

Cita-cita Pahlawan Proklamator RI Bung Karno




Pesan Bung Karno, “Kita tuangken satu masyarakat tanpa explotation de l’homme par l’homme, satu masyarakat yang tiap-tiap manusia Indonesia merasa bahagia, satu masyarakat yang tiada seorang ibu menangis oleh karena tidak bisa memberi susu kepada anaknya, satu masyarakat yang tiap-tiap orang menjadi cerdas, satu masyarakat yang benar-benar membuat bangsa Indonesia ini satu bangsa yang terdiri dari pada ratusan juta Insan Al-Kamil yang hidup dengan bahagia di bawah kolong langit buatan Allah Subhanahu Wata a’la.

Bung Karno Penyambung Lidah Amanat Penderitaan Rakyat



Bung Karno bekata : “Ibu Pratiwi mempunya konde yang harus kita hias dengan bunga-bunga kataku”, engkau harus menyumbang bunga kepada konde dari pada ibu pratiwi ini

engkau bisa menyumbang apa? bisa menyumbang melati,
berilah melati kataku

engkau bisa menyumbang apa? bisa menyumbang mawar,
berilah mawar kepada ibu pratiwi

engkau bisa menyumbang apa? bisa menyumbang melur kepada ibu pratiwi,
berilah melur kepada ibu pratiwi


engkau bisa menyumbang apa? engkau bisa menyumbang bunga cempaka kepada ibu pratiwi,
berilah cempaka kepada ibu pratiwi


engkau bisa menyumbang apa? bisa menyumbang bunga kamboja kepada ibu pratiwi, sumbanglah bunga kamboja kepada ibu pratiwi.

Seni Bung Karno di Zaman Jepang


Suara Pembaruan

BK dan lukisan S Sudjojono. Foto Suara Pembaruan

Sebagian besar masyarakat Indonesia mengenang Sukarno atau Bung Karno (1901-1970) dari sisi politik, sebagai pejuang kemerdekaan dan proklamator. Namun masyarakat seni rupa Indonesia justru mengingatnya dari sisi estetik: sebagai patron seni rupa nomor satu.

Memang dari dorongan Sukarno, perupa Indonesia mendapatkan kedudukan terhormat di dalam masyarakat. Dari apresiasi Sukarno, karya-karya perupa Indonesia memperoleh penghormatan dan keluhuran. Dari stimulusnya pula, para pencinta seni rupa di Indonesia tumbuh menjadi peminat serius, bahkan menjadi kolektor, connoisseur.

Bung Karno senantiasa mengatakan kesukaan dan penghormatannya kepada seni rupa bermula sejak ia berusia dini. Namun ia juga menyebut keberadaannya di tengah dunia seni rupa Indonesia secara terangan-terangan baru dimulai sejak Indonesia memasuki zaman Jepang. Sementara pergumulan Sukarno dengan seni rupa yang berujung di sejumlah kitab besar, juga bertaut-taut dengan Jepang.

Keimin Bunka Sidhoso

Pada 1942 eksistensi Bung Karno mulai mencuat di tengah gelora seni rupa Tanah Air. Pada tahun itu, bulan Maret, pemerintah kolonial Belanda mundur dari Indonesia, lantaran Jepang menaklukkan seluruh wilayah Hindia Belanda. Dan Jepang masuk ke Indonesia dengan gerak yang simpatik, ketika pemerintah pendudukan ini menawarkan konsep pembangunan kesenian dan kebudayaan Indonesia, setelah selama beberapa abad seni budaya Indonesia dianggap tidak diperhatikan oleh pemerintahan penjajahan Belanda.

Semboyan politik Jepang yang didengungkan kala itu adalah Bersatoelah Bangsa Asia. Sementara semboyan yang lebih spesifik, yang di antaranya berkait dengan kebudayaan adalah Ajia-no Ajia atau Asia untuk Asia. Bung Karno merasa bahwa inilah saatnya kesenian Indonesia, sebagai bagian dari kebudayaan Indonesia, bangkit. Untuk itu diperlukan kerja sama antara pemerintah pendudukan Jepang dengan bangsa Indonesia.

Melihat hasrat Bung Karno (dan teman-teman seperjuangannya) ini Letnan Jenderal Imamura lantas menginstruksikan agar seniman-seniman Jepang yang ada di Indonesia berkumpul, dan kemudian berkolaborasi dengan para seniman Indonesia. Pada April 1942 (atau 2602 menurut tahun Jepang) persekutuan itu terwujud di Jakarta. Bulan September 1942 terjadilah pameran karya seniman Indonesia-Jepang pertama. Di sinilah Bung Karno memperjelas peranannya.

Usaha penumbuhan dan pengembangan kebudayaan Indonesia lewat kerjasama dengan pemerintahan pendudukan ini memperoleh bentuk formal ketika Jepang mendirikan Keimin Bunka Sidosho atau Pusat Kebudayaan pada 1 April 1943. Dengan pendirian lembaga ini, Bung Karno sebagai penggerak kemajuan (dan kemerdekaan) bangsa semakin memperoleh peluang untuk bangkit. Adapun pendirian lembaga itu tertulis demikian, sebagaimana dimuat dalam pemberitaan majalah Djawa Baroe, no.3, tahun 2603, Jakarta.

Sedjak 1 April 2603, di Djakarta, Poesat Keboedajaan atau Keimin Boenka Shidosho, didirikan sebagai satoe tjabang loear Goensei Kanboe Sendehoe, dikepalai oleh seorang Tjo; dan terbagi dalam 5 bahagian: Bhg. Loekisan dan Oekiran, dengan anggota badan pimpinannja: T.Kohno. Bhg.Kesoesastraan, dengan anggota badan pimpinannja: Takeda. Bhg.Moesik, dengan anggota badan pimpinannja: N.Lida. Bhg.Sandiwara dan tari menari, dengan anggota pimpinannja, K.Yasoeda. Bhg, Film, dengan anggota badan pimpinannja: Soichi Oja.

Belasan Ribu Penonton

Bung Karno tentu sangat bergembira atas gagasan pemerintahan pendudukan Jepang ini. Pendapatnya: perjuangan bangsa menjadi utuh apabila tidak hanya bertumpu kepada kekuatan politik, tentara dan ekonomi, tetapi juga kepada dunia budaya. Tetapi tidak berarti Bung Karno segera puas dengan upaya Jepang itu. Justru dari sana nasionalismenya semakin tumbuh, sehingga ia mengajukan permintaan. Yakni muncul dan aktifnya seniman-seniman Indonesia dalam kepengurusan Keimin Bunka Sidosho, khususnya dalam bidang seni rupa. Pemerintah Jepang menuruti, sehingga kemudian dibentuk pengurus baru.

Maka di dalam bagian seni rupa tersebut, seperti ditulis Keboedajaan Timoer, majalah Keimin Bunka Sidosho no.2, 26 Desember 2603, muncul nama RM Soebanto Soerjosoebandrio, Setioso, Emiria Soenasa, GA Soekirno, Mohamad Saleh, S Toetoer, Soerono, Abdul Salam dan Sastradiwirja. Para bumiputera ini diangkat sebagai asisten pemimpin Badan Pemeliharaan Seni Rupa Keimin Bunka Shidosho Jakarta. Para pemimpin yang dimaksud adalah Saseo Ono, T Kohno, Yasioka dan Yamamoto, yang semuanya keluaran akademi seni rupa Jepang.

Masuknya nama-nama nasionalis itu didasari prinsip asimilasi antar organisasi. Karena Bung Karno merasa bahwa beberapa saat sebelum hadirnya Keimin Bunka Sidosho, di Jakarta telah berdiri lebih dahulu Poetera atau Poesat Tenaga Rakjat. Poetera dibentuk oleh “Empat Serangkai” Mohamad Hatta, Ki Hadjar Dewantara, KH Mas Mansyur dan Bung Karno sendiri pada bulan Maret 1943.

Di dalam Poetera, ada seksi kebudayaan yang mengurusi seni rupa Indonesia, dengan Dullah, Sudjojono, Agus Djaya, Basoeki Abdullah sebagai tokoh dan pelatihnya. Persekutuan perupa Indonesia – Jepang ini mendatangkan kegairahan yang luar biasa bagi dunia seni rupa Indonesia. Lalu pameran-pameran pun banyak diadakan.

Sejak Jepang menduduki Indonesia sampai dengan April 1944, ada 14 acara pameran terselenggara. Bahkan di gedung Keimin Bunka Sidosho yang terletak di jalan Noordwijk (kini jalan Juanda) 39 Jakarta, terselenggara pergelaran Tenno Heika: Techo-setsu, atau pameran peringatan ulang tahun Kaisar Jepang. Di sana, karya 60 pelukis Indonesia dipajang, dan ditonton oleh 11.000 orang dalam 10 hari! Bahkan pemerintah Jepang membeli 9 lukisan untuk diikutkan dalam pameran keliling Asia Timur Raya. Bedakan kenyataan ini dengan situasi seni rupa Indonesia pada zaman kolonial Belanda. Pada era Hindia Belanda, Bung Karno tak ingin mendekati komunitas perupa Hindia Belanda yang memusat di gedung Bataviasche Kunstkring, di jalan Heutszboulevard no1 (kini jalan Teuku Umar), Jakarta.

Naoko Nemoto

Dalam persoalan kebudayaan Bung Karno dan Jepang sejak awal memang tampak bersekutu. Persekutuan itu diimbuhi dengan “persekutuan” lain yang lebih romantik, ketika ia mengawini Naoko Nemoto pada 3 Maret 1962. Naoko, kelahiran Tokyo 6 Februari 1940 adalah gadis cantik yang ingin jadi pelukis. Ia juga bercita-cita menjadi pengarang dan kritikus sastra. Ia pun suka menyanyi serta menari klasik Jepang. Bahkan bermain drama pada perkumpulan Sishere Hayakama Art Production di Tokyo.

Bung Karno pertama kali berjumpa dengan Naoko di Hotel Imperial Tokyo. Kecantikan Naoko memekarkan cintanya. Namun lebih dari segalanya, hasrat dan keleburan Naoko kepada senilah yang menjerat hati Sukarno. Pada hari-hari selanjutnya, Naoko Nemoto diberi nama baru oleh Bung Karno: Ratna Sari Dewi.

Bung Karno yang senang melukis, dan Ratna Sari Dewi yang sangat apresiatif kepada seni rupa, membawa mereka berjalan di koridor lain. Menurut Dullah dan Lim Wasim (para pelukis Istana Presiden), pada tahun 1964, Ratna Sari Dewi melakukan lobi-lobi di Jepang. Hasilnya, sebagian koleksi Bung Karno yang dibukukan dicetak oleh Percetakan Toppan,Tokyo. Buku monumental ini revisi dan wujud baru dari buku koleksi Bung Karno sebelumnya yang dicetak di Tiongkok.

sumber: Suara Pembaruan