Wednesday, December 1, 2010

Lima Rumah Hancur, 32 Rusak Tanah Perumahan Permata Kenali Amblas














Setelah diguyur hujan deras sejak kamis dini hari, beberapa kawasan di kota Jambi mengalami kebanjiran yang cukup parah.


JAMBI - Curah hujan yang cukup tinggi yang terjadi di Kota Jambi beberapa hari terakhir menyebabkan bencana. Sedikitnya lima rumah di Komplek Perumahan Permata Kenali, RT 17/01, Kelurahan Kenali Besar, Kotabaru, Kota Jambi, dini hari kemarin (30/11), ambruk –tiga di antaranya hancur berantakan- akibat tanah yang menopang pondasi rumah amblas. Sebanyak 32 unit rumah lainnya mengalami retak. Kerugian ditaksir miliaran rupiah.

Musibah tersebut terjadi sekitar pukul 01.00, ketika warga sedang tidur pulas. Ketiga rumah yang ambruk itu berada di Blok H, yang dihuni keluarga Eli Sukma, Rizal, dan Misban. Rumah yang rusak berat, juga berada di blok yang sama, masing-masing rumah itu dihuni keluarga Amrizal dan Adri.

Dugaan sementara, malapetaka itu terjadi akibat timbunan tanah di perumahan yang tidak stabil. Sehingga rumah yang dibangun tahun 2001 itu tergerus ke dalam jurang dengan kedalaman sekitar lima meter. Untungnya, tidak ada korban jiwa.

Eli, salah seorang korban mengungkapkan, saat kejadian, dia dan suaminya baru saja beranjak tidur. Tiba-tiba saja mereka diusik oleh suara aneh dari luar rumah. “Waktu itu saya dengar suara berderak di dinding rumah. Makanya kami sekeluarga berusaha keluar lewat pintu belakang, tidak lama kemudian rumah kami terbawa longsor,” katanya.

Sebagian rumah yang ikut tergerus, menurut Eli, sedang tidak dihuni pemiliknya. Karenanya, semua harta benda tidak bisa diselamatkan. “Dua rumah yang hancur sedang tidak berpenghuni. Cuma kami yang ada di rumah,” ujar Eli yang keseharian dikenal sebagai tabib itu.

Senada dengan Eli, Misban (48) yang rumahnya hancur, mengaku stres dengan kejadian tersebut. Sebab, tak satupun barang berharga miliknya yang bisa diselamatkan. Dia pun hanya bisa pasrah dan tabah dengan tragedi ini.“Saya dan istri sedang di Tebo. Anak saya sedang piket di Rumah Sakit Jiwa. Jadi, pada saat kejadian, rumah memang kosong. Padahal, pada malam sebelumnya rumah selalu ada orang. Motor, kulkas, tv, mesin cuci, dan seluruh perabot rumah tangga lenyap dan hancur,” ujar Misban dengan nada getir.

Pria yang sehari-hari bekerja sebagai karyawan PT Wira Karya Sakti (WKS) itu mengaku mengalami kerugian sekitar Rp 400 juta. “Rumah ini sudah saya bayar lunas. Kalau harganya saja bisa mencapai Rp 300 juta. Belum lagi barang-barang yang ada dalam rumah,” beber Misban yang diamini istrinya.

Pascamusibah tersebut, warga sepuluh rumah di Blok H memilih mengungsi. Mereka khawatir peristiwa itu terulang. Apalagi, cuaca saat ini tak menentu dan tekstur tanah di Blok H kian miring.

Sebagian warga ada yang mengungsi di Masjid An-Nur, di komplek tersebut. Sebagian lagi mengungsi ke kediaman kerabat mereka. “Kami khawatir, kejadian ini terulang lagi. Makanya kami mengungsi untuk berjaga-jaga,” ujar Wati, warga Blok H yang mengungsi di Masjid An-Nur.

Diakuinya, peristiwa tersebut baru kali ini terjadi. “Tapi kalau rumah dan jalan yang retak sudah pernah,” tambahnya.

Developer: Itu Bukan Tanggung Jawab Saya

Terpisah, Noprizal, Direktur CV Permata Kenali selaku pengembang 125 unit Perumahan Permata Kenali, menegaskan kejadian itu bukan tanggung jawab dia lagi. Menurut dia, masa garansi rumah selama 100 hari yang dijanjikan kepada konsumen sudah lama berlalu.

Dia menjelaskan, pihaknya membangun perumahan tersebut pada 2001. Selama masa garansi, tidak ada kejadian. “Sekarang kan sudah beberapa tahun berlalu, jadi kami tidak bisa berbuat banyak atas musibah yang terjadi. Sebab, itu bukan lagi tanggung jawab developer,” kata Noprizal.

Dia menganggap, peristiwa yang menyebabkan tiga rumah roboh, dua rusak dan 32 lainnya retak ini adalah murni musibah. “Bukannya saya mengelak atau lepas tanggung jawab. Ibaratnya, ada pohon tumbang dan mengenai mobil, siapa yang mau disalahkan,” tambahnya.

Ia mengakui, saat membangun Perumahan Permata Kenali, pihaknya melakukan penimbunan setinggi 1 meter di Blok H. “Di Blok H itu, tekstur tanahnya lebih miring dibanding blok lain dan lebih dekat ke rawa. Makanya kita timbun. Saya tidak tahu kondisinya sekarang, apakah ada got yang mampet atau tidak,” terangnya.

Mendengar ini, warga Perumahan Permata Kenali kecewa. Menurut mereka, meski masa garansi sudah lewat, setidaknya ada semacam tanggung jawab moral terhadap konsumen. “Jangan cuma mau nyari untung saja. Kejadian ini menunjukkan developer sembarangan dalam membangun perumahan,” tandas pria yang enggan menyebutkan namanya itu.

Terpisah, Kabid Humas Polda Jambi AKBP Almansyah dikonfirmasi membenarkan peristiwa itu. “Tiga rumah hancur, dua rusak berat serta 32 lainnya retak,” ucapnya.

No comments:

Post a Comment