Wednesday, December 22, 2010

Nelayan di Jepara Masih Perlu Perhatian

Desa Panggung dan Surodadi kecamatan Kedung Kabupaten Jepara merupakan dua desa nelayan di kabupaten Jepara yang warga desanya mengandalkan hidupnya dari laut. Oleh karena itu bila kita singgah sejenak di desa yang terletak di Pantai Utara Jawa ini kita akan menjumpai ratusan perahu yang berjajar di sepanjang sungai yang membelah desa dan juga di tambatkan di sepanjang pantai yang berpasir putih. Bila kondisi laut tidak ombak dan laut sedang ramai tangkapan maka dapat dipastikan semua perahu akan terjun kelaut mencari ikan , adapun perahu yang ada biasanya dalam perbaikan atau rusak sama sekali. Namun jika kondisi ombak besar atau laut sepi tangkapan maka para nelayanpun tidak turun kelaut, jika dipaksakan melaut maka hasilnya akan merugi apalagi jika ombak besar perahu bisa karam karenanya.



“ Ini laut baru sepi Mas, semua nelayan disini tidak turun kelaut ya daripada menganggur waktunya saya pergunakan untuk memperbaiki perahu dan mesin”, tutur Basori ( 45 ) salah seorang nelayan dari desa Panggung.

Basori yang mengaku semenjak lulus SD terjun menjadi nelayan mengatakan , Jika musim penghujan Nelayan banyak nganggurnya, oleh karena itu waktunya dapat dipergunakan untuk memperbaiki peralatan nelayan. Misalnya memperbaiki perahu dengan menambal pada tempat yang bocor kemudian mengecatnya agar lebih awet, mesin yang kurang sehat juga diperbaiki , alat tangkap yang bolong-bolong juga diperbaiki agar rapat. Biaya untuk perbaikan semuanya itu bila ada tabungan menggunakan uang simpanan atau menjual apa saja yang ada , bila tidak biasanya ngutang tetangga nanti jika laut kembali ramai hutang itu dibayarnya. Biaya untuk perbaikan tersebut tidak kurang dari 1 juta rupiah dan dalam satu tahun minimal dilakukan 2 kali , hal ini dilakukan agar perahu dan alat tangkapnya awet dipergunakan.

“ Kalau ingin awet ya harus telaten semacam ini , perahu , mesin dan alat tangkap harus dirawat dengan baik kalau tidak ya gampang rusak dan harus diganti yang baru “ , tuturnya kembali.

Ketika ditanya berapa modal yang diperlukan untuk terjun menjadi nelayan, beberapa nelayan yang ditemui mengatakan , jika semuanya baru biaya yang dikeluarkan hampir 40 Juta rupiah yaitu untuk membeli perahu , Mesin dan alat tangkapnya . Satu perahu ini biasanya dijalankan oleh 5 – 6 nelayan dengan menggunakan alat tangkap dogol dan ikan yang didapatkan yaitu teri. Jika setengah baru nelayan membutuhkan modal setidaknya 15 – 20 juta rupiah dengan kondisi banyak membutuhkan peralatan. Karena besarnya biaya yang dikeluarkan tersebut , rata-rata kondisi rumah nelayan banyak yang sederhana sekali karena penghasilan mereka tersedot untuk operasional melaut. Jika kondisi laut ramai semua biaya operasional itu bisa tercukupi , jika kondisi laut sepi atau tidak melaut sama sekali maka kebutuhan sehari-hari biasanya ngutang pada warung dan bayarnya nanti jika melaut kembali.



“ Karena operasional yang tinggi itulah maka kami kesulitan mengatur keuangan keluarga , untuk makan sehari-hari saja seadanya apalagi untuk memperbaiki rumah , tidak terpikirkan itu pak “, ungkap salah satu Nelayan.

Selain masalah tingginya biaya operasional melaut, masalah lain yang muncul adalah tidak berfungsinya TPI ( Tempat pelelangan Ikan ) yang ada , sehingga jika nelayan menjual hasil tangkapan hanya pada pengepul-pengepul yang ada. Celakanya pengepul yang ada modalnya sangat kecil sehingga setelah transaksi uang tidak dibayar secara langsung namun baru dibayarkan sehari atau dua hari setelah dagangan si pengepul itu laku. Harganyapun kadang-kadang merugikan para nelayan , yaitu dibeli dengan harga murah padahal jika dijual diluar desa harganya akan jadi berlipat , jika nelayan mencoba untuk menjual keluar maka para pengepul itupun memblokirnya. Oleh karena itu mereka mengharapkan campur tangan pemerintah untuk mengatasi hal tersebut diatas , misalnya dengan menghidupkan kembali Tempat Pelelangan Ikan yang ada agar harga ikan kembali bersaing dengan baik. Selain itu ada upaya pembinaan Pemerintah pada para pengepul dengan cara pemberian pinjaman modal lunak agar dipergunakan untuk pembelian ikan nelayan dengan kontan.

“ Dengan pembinaan dari pemerintah kami yakin, kehidupan nelayan sini akan lebih baik dan sejahtera, misalnya dengan menghidupkan kembali TPI yang ada , pinjaman lunak untuk para pengepul ikan , pinjaman modal untuk nelayan “, ujar salah seorang Nelayan .

Desa Panggung dan Surodadi ini merupakan cermin dari jutaan nelayan yang ada di Indonesia , oleh karenanya mereka itu masih sangat membutuhkan bantuan dan perhatian dari Pemerintah khususnya bidang Kelautan. Apalagi negara kita lautnya sangat luas jika hal ini dapat diberdayakan dengan baik maka laut akan memberikan kontribusi yang banyak terhadap kemajuan Negara ini . Salah satunya adalah Nelayan yang saat ini masih terpinggirkan , saat ini yang masih diperhatikan adalah sector keuangan dan industry yang nyatanya tidak tahan akan badai krisis selama ini

No comments:

Post a Comment