Wednesday, December 22, 2010

Cuma Bisa Makan tak Bisa Sekolahkan Anak


Belakangan ini cuaca buruk melanda perairan Sumatera. Akibatnya, nelayan di perairan Belawan banyak yang tak melaut.
,
Cuma Bisa Makan tak Bisa Sekolahkan Anak
PERBAIKI JARING: Nelayan tradisional memperbaiki jaring di atas sampannya.

Nasib Nelayan Tradisional di Belawan Salamuddin (49), seorang nelayan tradisional yang tinggal di Kampung Nelayan mengaku sejak cuaca buruk dan tinggiya ombak di laut dia tidak berani melaut. Akibatnya, setiap hari dia tidak membawa uang ke rumah. Hal itu diperparah lagi banyaknya kapal-kapal besar yang menggunakan pukat yang lalu lalang mengakibatkan jaring-jaring yang sudah mereka pasang satu harian terbawa oleh kapal besar tersebut.

“Berat kali sekarang, banyak pukat lalu lalang akibatnya jaring kami terbawa mereka. Ya terkadang mereka ada yang mau ganti dan ada juga yang tidak dan malah membentak-bentak dengan menganggarkan bekingnya,” ucapnya.

Kalau lagi cuaca baik, biasanya dia bisa mendapatkan penghasilan Rp50.000 hingga Rp100.000. Itupun hanya cukup untuk menghidupi delapan anak dan istrinya. Akibatnya, anaknya terpaksa ada yang berhenti sekolahn
karena tak ada biaya.

“Saat ini hanya dua saja anak saya yang sekolah kelas II dan III SD, sedangkan yang paling besar harus berhenti sekolah karena tidak mempunyai biaya,” ujarnya.

Menurutnya, biaya sekolah sangat mahal sehingga anaknya yang duduk di bangku SMA tersebut sering malu di sekolah karena banyak kewajiban yang dituntut sekolah yang tidak dibayar karena tidak ada uang.

Sebenanrnya dirinya sendiri ingin menyekolahkan anak-anaknya hingga tamat SMA saja, namun perekonomiannnya sebagai nelayan membuatnya mengubur impian anaknya tersebut. Tidak hanya Yudi yang putus sekolah, Nasri anak ketiganya yang kelas lima SD harus juga berhenti sekolah karena perekonomian yang sulit. Nasri saat ini hanya ingin membantu perekonomian keluarganya dengan ikut melaut.

Saat ini Udin hanya bermimpi ingin mengganti kapalnya dengan yang baru, sebab sampannya saat ini sudah tua dan mesinnya sering mengulah dan membuatnya tidak bisa melaut mencari nafkah.

“Saya berharap suatu saat sampannya yang sekarang ini dapat diganti dengan yang baru untuk kebutuhan hidup anak dan istrinya,” harapnya.

No comments:

Post a Comment