Wednesday, December 15, 2010

Raja Ampat, Keindahan atau Kerusakan Dunia?

Raja Ampat, Keindahan atau Kerusakan Dunia?

Jakarta Kamis, 21 Oktober 2010, perjalanan Nadine Chandarawinta sebagai petualang ACI Detikcom sudah sampai di Raja Ampat sebagai sasaran utama.
Nadine pun bercerita soal pengalaman menyelamnya di jantung segitiga karang dunia itu. Simak yuks cerita Nadine yang juga ditulis di blognya!

Lewat program Aku Cinta Indonesia (ACI), aku melihat keindahan sekaligus kerusakan dunia. Dominasi spesies ikan dan terumbu karang di perairan Raja Ampat cukup bervariasi di tiap lokasi. Kondisi geologi lingkungan pun dapat memberikan informasi mengenai pengembangan dan kerusakan yang terjadi di jantung pusat segitiga karang dunia.

Tahukah Anda fungsi dari terumbu karang? Untuk apa terumbu karang ada di perairan kita? Sebenarnya sangat jelas bahwa selain menjadi rumah bagi ikan, terumbu karang berguna juga sebagai pelindung pantai dari gelombang laut. Bayangkan, hidup tanpa terumbu karang itu seperti manusia kehilangan rumah yang dilanda banjir, lenyap! Sedih…

Kegiatan wisata di Waigeo Selatan cukup baik, karena sudah banyak pengusaha hotel yang mempromosikan Raja Ampat sebagai tujuan wisata, khususnya wisata selam. Tingginya potensi keanekaragaman hayati ternyata menyebabkan pula tingginya kegiatan eksplorasi ekstraktif yang kurang bijaksana. Seperti perdagangan satwa liar dan penangkapan ikan dengan sianida (potasium) atau penangkapan ikan berlebihan.

Baik LSM international maupun nasional berjuang keras mengkampanyekan peduli lingkungan. Kegiatan pelestarian laut seperti Marine RAP, REA TNC, CI, WWF, dan lain-lain adalah langkah awal bagi pejuang laut. Bukan hanya mereka, tapi kita semua wajib berbuat bagi alam. Secara fakta, pemulihan terumbu karang yang terkena bom memerlukan waktu ratusan tahun. Hal ini sangat ironis dengan proses pemboman yang hanya berlangsung kurang dari 5 menit.

Di Waigeo, penangkapan ikan menggunakan akar bore (sejenis tumbuhan yang dipakai masyarakat untuk meracuni ikan, efeknya kurang lebih sama dengan potasium) masih juga dilakukan oleh baik nelayan lokal maupun luar. Selain itu, sangat tinggi pemanfaatan daging penyu secara berlebihan selama pesta adat dan perkawinan. Juga isu berkurangnya ikan hiu juga disebabkan perdagangan sirip hiu yang telah terjadi di seluruh Indonesia.

Memang kejam, saat kerakusan manusia sedang tinggi. Apa yang bisa diambil, dijuallah tanpa memikirkan apa yang harus kita beri untuk alam.

Tetapi, berjalannya waktu masyarakat mulai sadar. Kita bisa belajar dari Pulau Arborek, yang telah menunjukkan keberhasilannya akan budidaya rumput laut, dengan menggunakan metode lepas landas (Off Bottom) masa tanam 3 minggu.

Semua kerusakan berawal juga dari penambangan pasir dan pembangunan jalan melewati kawasan konservasi. Otomatis, sistem ekologi berubah dan memutuskan rantai kehidupan. Setelah melihat situasi ini, semua balik kependidikan. Bukan hanya tanggung jawab pemerintah sebagai penyelenggara pendidikan tetapi komponen bangsa. Persoalan Papua Barat akan pendidikan selain kurangnya pengajar, juga keterbatasan fasilitas penunjang seperti buku pelajar dan perpustakaan. Itu membuat motivasi anak semakin rendah.

Permasalahan Indonesia adalah permasalahan dunia. Mari bersatu anak muda demi generasi penerus bangsa

No comments:

Post a Comment