Friday, December 24, 2010

PLTMH : SEBUAH SOLUSI MASALAH KELISTRIKAN BERBASIS LINGKUNGAN BAGI MASYARAKAT PEDESAAN







Contoh gambar PLTMH sederhana skala rumahan.


Listrik, sebuah kata yang hampir tidak bisa dihilangkan dalam kehidupan masyarakat saat ini. Hampir semua aktivitas manusia zaman sekarang membutuhkan listrik. Hal ini terbukti dengan banyaknya komplain kepada pihak PLN jika terjadinya pemadaman listrik. Namun hal ini terlihat ironis dengan kenyataan bahwa ternyata di “ jaman listrik “ saat ini masih banyak masyarakat yang belum menikmati listrik, terutama mereka yang bertempat tinggal di daerah pedesaan. Kalaupun bisa memperoleh listrik mereka harus membayar dengan harga yang mahal. Kenyataan yang ada saat ini masyarakat pedesaan lebih memilih menggunakan genset ( generator set ) untuk memenuhi kebutuhan mereka akan listrik. Padahal sebenarnya disekitar mereka ada sumber daya alam yang potensial untuk dijadikan sebagai sumber pembangkit listrik yaitu AIR.

Sumber-sumber air yang melimpah di daerah pedesaan dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi listrik. Penggunaan air sebagai sumber energi listrik lebih menguntungkan daripada menggunakan genset. Bayangkan saja, jika setiap malam genset menghabiskan 2 liter bensin ( Rp. 9.000;) maka dalam sebulan mereka harus merogoh kocek sekurang-kurangnya Rp. 270.000; itupun listrik yang diperoleh hanya untuk beberapa jama saja. Belum lagi biaya modal untuk membeli genset dan biaya perawatannya. Nah dengan menggunakan PLTMH, kita hanya memerlukan modal untuk investasi awal saja, selanjutnya kita akan mendapatkan listrik secara gratis selama 24 jam non-stop. Selain itu penggunaan PLTMH di wilayah pedesaan secara tidak langsung juga akan membuat masyarakat aktif untuk menjaga hutan, karena jika hutan tidak terjaga maka sumber air akan mengering sehingga mereka tidak bisa memperoleh listrik.

Nah mungkin para pembaca bertanya-tanya apakah PLTMH itu ? PLTMH adalah singkatan dari Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro, yaitu pembangkit listrik skala kecil ( kurang dari 200 kW ), yang memanfaatkan tenaga ( aliran ) air sebagai sumber penghasil energi.PLTMH termasuk sumber energi terbarukan dan layak disebut clean energy karena ramah lingkungan. Dari segi teknologi PLTMH dipilih karena konstruksinya sederhana, mudah dioperasikan, serta mudah dalam perawatan dan penyediaan suku cadang. Secara ekonomi biaya operasi dan dan perawatannya relative murah, sedangkan biaya investasinya cukup bersaing dengan pembangkit listrik lainnya. Secara sosial, PLTMH mudah diterima masyarakat luas ( bandingkan dengan PLT Nuklir ). PLTMH biasanya dibuat dalam skala desa di daerah-daerah terpencil yang belum mendapatkan listrik dari PLN. Tenaga air yang digunakan dapat berupa aliran air pada sistem irigasi, sungai yang dibendung atau air terjun.(Damastuti, Wacana: 1997 ).


Contoh gambar PLTMH sederhana skala rumahan.

PLTMH pada prinsipnya memanfaatkan beda ketinggian dan jumlah air yang jatuh ( debit ) perdetik yang ada pada saluran air/air terjun. Energi ini selanjutnya menggerakkan turbin, kemudian turbin kita hubungkan dengan generator untuk menghasilkan listrik. Hubungan antara turbin dengan generator dapat menggunakan jenis sambungan sabuk (belt ) ataupun sistem gear box. Jenis sabuk yang biasa digunakan untuk PLTMH skala besar adalah jenis flat belt sedangkan V-belt digunakan untuk skala di bawah 20 kW. Selanjutnya listrik yang dihasilkan oleh generator ini dialirkan ke rumah-rumah dengan memasang pengaman ( sekring ). Yang perlu diperhatikan dalam merancang sebuah PLTMH adalah menyesuaikan antara debit air yang tersedia dengan besarnya generator yang digunakan. Jangan sampai generator yang dipakai terlalu besar atau terlalu kecil dari debit air yang ada. Potensi daya mikrohidro dapat dihitung dengan persamaan :

Daya ( P ) = 9,8 x Q x Hn x h ; dimana Q = debit aliran ( m3/s ), Hn = Head net/ tinggi jatuh air ( m ); 9,8= konstanta gravitasi bumi, h = efisiensi keseluruhan. Misalnya diketahui data di suatu lokasi adalah sebagai berikut : Q = 100 m3/s, Hn = 2 m dan h = 0,5. Maka besarnya potensi daya ( P ) adalah :

P = 9,8 x Q x Hn x h

P = 9,8 x 100 x 2 x 0,5 = 980 watt

Nah bagaimana para pembaca, khususnya yang tinggal di pedesaan yang belum kedatangan PLN. Apakah mau membeli genset ataukah membuat PLTMH ? Selamat memilih…

2 comments:

  1. salam hangat
    pak saya mau bertanya tetang PLTMH skla rumahan.mungkin tidak fokus pada artikel yang disajikan. Ada subuah permasalahan yang akan saya tanyakan.pada umumnya PLTMH memanfaatkan sumber tenaga aliran air terjun.Tapi yg saya amati pada prinsipnya semua itu memanfaatkan beda tinggi serta debit air. Nah disini yang menarik yang ingin saya tanyakan.Apakah Bisa? jika dibuat sebuah PLTMH skala rumahan yang tidak memanfaatkan air terjun tetapi membuat model yg mirip dengan air terjun kemudian air nya di angkat kembali dengan mesin air.jadi air nya bolak balik.
    Mohon Pencerahannya.karena jika sistem ini bisa dan Optimal dari segi ekonomis akan sangat baik untuk sedikit mengataasi krisis energi.
    Terim Kasih.

    ReplyDelete
  2. Was gagasan yg cemerlang, namun kalau desanya ga ada sumber daya yg cukup tetep ga daopet listrik, untuk itu di www.h2ofuel.blog.com bisa di liat FFGE yg menghasilkan listrik tanpa BBM, Surya, win, water, nuklir, panas bumi, memakai looping grafity engine yg dikembangkan di indonesia.

    ReplyDelete