Friday, November 20, 2009

Menyoal Kinerja Polri Jangan Dikira Dengan Seragammu Bisa Berbuat Apa Saja



E Mei Amelia R - detikNews

Jakarta - Jangan dikira dengan seragammu bisa berbuat apa saja! 'Peringatan' itu akan menyapa siapa pun yang berkunjung ke gedung Humas Polda Metro Jaya, Jl Sudirman, Jakarta.

Semboyan berbingkai peninggalan Kombes Chryshnanda mencoba mengingatkan agar polisi bertindak humanis dan tidak sewenang-wenang dengan berlindung di balik seragam. Namun peringatan indah itu kini dipertanyakan publik.

"Ya, slogan itu sepertinya sudah menjadi kebalikannya," kata Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW), Netta S Pane, Jum'at (20/11/2009).

Netta mencontohkan, beberapa kasus yang ditangani Polri justru menimbulkan rasa antipati dari masyarakat. Kasus pencurian 3 buah kakao yang dilakukan oleh nenek Minah (55) di Banyumas, Jateng, misaln ya.

Menurut Netta, kasus remeh seperti itu bisa diselesaikan Polri dengan cara musyawarah. Bukan malah membuat nenek itu teraniaya lahir dan batin.

"Jika fungsi Polri sebagai pengayom, kenapa tidak diselesaikan secara musyawarah saja. Antara si nenek dan perusahaan yang melaporkan berunding," tegas Netta.

Hal ini, sambung Netta, jelas menimbulkan rasa kebencian masyarakat terhadap Polri. Polri, kata Netta, sudah tidak berhati nurani lagi.

"Penyelesaian kasus dilakukan dengan arogan, seolah tidak punya hati nurani," ujarnya.

Dikatakan Netta, kearoganan Polri juga terlihat dari penyelesaian kasus perjudian oleh sopir angkutan Subagyo (33) di Depok. Hanya karena tertangkap berjudi recehan, polisi menembak mati Subagyo.

"Malah senjata yang bicara. Ini menunjukkan polisi sudah bersikap arogan," bebernya.

Netta juga menganggap Polri tidak memahami fungsi dan peranan pers dengan memintai keterangan mereka. "Dipanggilnya dua media itu (Kompas dan Sindo-red) menunjukkan Polri tidak paham akan fungsi dan peranan media," tandasnya.

(mei/nrl)

No comments:

Post a Comment