Monday, November 15, 2010

Jika Mobil Presiden Rusak


Proklamasi belum lama dikumandangkan. Ibaratnya, Republik baru seumur jagung. Fase itulah yang selalu disebut Bung Karno sebagai fase perjuangan yang sesungguhnya. Bangsa Indonesia, harus berjuang mempertahankan kemerdekaan. Semboyan yang terkenal adalah “Hidup atau Mati”.

Tak lama setelah Sekutu mendarat di Republik Indonesia, dimulailah perburaan terhadap Bung Karno, Bung Hatta, dan para pejuang kemerdekaan kita. Mereka bertekad menangkap Bung Karno, hidup atau mati. Karena itu pula Bung Karno tidak pernah tidur di rumah. Ia menginap dari satu rumah penduduk ke rumah yang lain.

Begitu terus sampai seluruh rekan seperjuangan benar-benar kuwalahan mengamankan Bung Karno. Mereka merekomendasikan agar Bung Karno segera meninggalkan ibukota Jakarta. Itulah yang kemudian dilakukan sang proklamator. Sebuah lokomotif seri C buatan Henschel (Jerman) tahun 1921, dijadikan loko penarik kereta kepresidenan. Loko itu yang mengantar perjalanan Presiden Sukarno dari Jakarta ke Yogyakarta pada 3 Januari 1946.

Loko C2849 waktu itu, menarik dua gerbong kayu IL7 dan IL8. Kedua gerbong itu kini mengisi koleksi Museum Transportasi Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta. Itulah sepenggal sejarah hijrahnya Bung Karno ke Yogyakarta sekaligus menandai sejarah perpindahan ibukota negara dari Jakarta ke Yogyakarta.

Nah, di Yogya Bung Karno sering mengalami problem dengan mobil Buick-nya. Yogya bukan Jakarta. Kerusakan mobil di Jakarta, relatif lebih mudah memperbaikinya. Beruntung, Bung Karno memilik montir-montir otodidak yang piawai. Dalam kesempatan itu, mereka bekerja lebih giat, karena tidak jarang Bung Karno ikut melihat dan menemani para montir bekerja. (roso daras)

No comments:

Post a Comment