Sunday, September 25, 2011

PU TERUS LAKUKAN UPAYA ATASI KEKURANGAN AIR

Kementerian Pekerjaan Umum (PU) melalui Direktorat Jenderal (Ditjen) Sumber Daya Air (SDA) saat ini terus melakukan upaya-upaya untuk mengatasi kekurangan air yang terjadi di beberapa daerah. Menurut data terbaru, kesiapsiagaan   Ditjen   SDA   dalam   menghadapi kekeringan dilakukan melalui beberapa kegiatan, yaitu  berupa  penyediaan  dan  peningkatan  keandalan  sumber daya   air, upaya   pengelolaan air, pemberdayaan petani, dan penanggulangan bencana kekeringan.
Kegiatan penyediaan prasarana dan peningkatan keandalan sumber daya air meliputi beberapa pekerjaan, yaitu pembangunan waduk/embung, peningkatan kapasitas penyediaan air dengan kegiatan rehabilitasi/peningkatan prasarana bangunan penampung air, pelaksanaan kegiatan operasi dan pemeliharaan bendungan/waduk/embung dan prasarana penampung air lainnya, serta pemeliharaan sumber air (danau/situ/sungai). Selain itu, dilakukan pula pembangunan   tampungan tampungan   air   hujan   (waduk   lapangan)   pada sebagian lahan pertanian, agar air hujan tidak terbuang  percuma.
Sementara itu, upaya pengelolaan air dilakukan melalui penyusunan  Rencana  Alokasi  Air  berdasarkan  neraca  air  masing-masing wilayah sungai, serta meningkatkan kapasitas resapan air pada daerah tangkapan air dan upaya konservasi  lainnya  guna meningkatkan  ketersediaan  air  tanah sekaligus mengurangi beban jaringan drainase. Pekerjaan lainnya adalah melakukan   pemantauan   intensif   terhadap   ketersediaan   air   di   waduk dengan monitoring elevasi muka air waduk. Untuk itu, diperlukan kepatuhan semua pihak terhadap Pola Operasi Waduk yang telah disepakati guna menjaga muka air waduk untuk dapat menghadapi musim kering. Dan, dilakukan pula efisiensi  penggunaan  air  khususnya  untuk  keperluan irigasi, sebab 80%  air dimanfaatkan  untuk  keperluan  irigasi).  
Ditjen SDA juga menerapkan  prinsip  penggunaan  air  secara  berulang  kali pada  daerah irigasi   yang   saluran   drainasenya   masih   terdapat   air   dapat   dilakukan pemompaan air ke lahan pertanian. Hal tersebut didukung dengan penerapan   teknologi   pemanenan   air   hujan   serta   pembuatan   jaringan penangkap   aliran   permukaan.   Metode   ini   diprioritaskan   pada   daerah- daerah  yang  seringkali  dilanda  krisis  air  bersih  karena  kondisi  alam  yang kering.
Kegiatan selanjutnya adalah pemberdayaan petani yang dilakukan melalui pembinaan terhadap petani (atau kelompok petani/P3A) tentang penggunaan air secara hemat, efisien, adil dan merata. Adapun materi yang diberikan pada saat pembinaan adalah penerapan pola tanam dan tata tanam sesuai pergiliran masa tanam dan jenis  tanaman  yang  telah  disepakati  dalam  Rencana  Tanam.  Kepatuhan petani  (P3A)  dalam penerapan  pola  tanam  sangat  diperlukan  guna menghindari   terjadinya   kegagalan   panen   serta   konflik   sosial   yang mungkin timbul akibat pemanfaatan air secara sepihak oleh petani.
Selain itu, dilakukan pula penyuluhan  pemanfaatan  air  secara  efisien  dan  efektif  melalui  Gerakan Hemat  Air  dan  peningkatan  kesadaran  terhadap  pentingnya  pelestarian lingkungan. Hal yang juga tidak kalah penting adalah diterapkannya metode SRI yang pada tahun 2009 diterapkan pada enam propinsi dengan total luas 69,50 Ha dan meningkat menjadi seluas 3.159,9 Ha pada tahun 2010.
Kegiatan keempat adalah penanggulangan bencana kekeringan, yang meliputi penyediaan  pompa  air yang pada  saat  ini  telah  tersedia  95  unit pompa  air (kapasitas  25  liter/detik)  dan  tersebar  pada  6  BBWS/BWS  di lingkungan Ditjen SDA, serta suplai air bersih melalui mobil tanki dan hidran umum pada daerah-daerah yang mengalami krisis air bersih. Ditjen SDA bersama  dengan  BNPB  juga melaksanakan  koordinasi  dengan sektor  lainnya yang terkait dalam rangka antisipasi bencana dan anomali iklim serta melaksanakan   Teknologi   Modifikasi   Cuaca   (TMC)  bekerjasama dengan instansi lain (BPPT, BMKG, LIPI).
Menurut data Ditjen SDA per tanggal 16 September 2011 yang disampaikan kepada Pusat Komunikasi Publik (Puskom), saat ini terdapat 284 bendungan besar di Indonesia dengan total tampungan saat kondisi normal  sebesar  12,4  miliar  m3.  Dari jumlah tersebut,  257  bendungan  di antaranya  merupakan  milik Kementerian PU dengan total tampungan dalam kondisi normal 6,1 miliar m3.
Sementara itu, kondisi  ketersediaan  air berdasarkan  pemantauan  31  Juli  2011  s/d  16 September  2011 adalah sebagai berikut : 10 waduk utama dalam kondisi normal, 6 waduk dalam kondisi waspada, 40 waduk lainnya dan 56 embung dalam kondisi normal. Selain itu, 7 waduk dan 18 embung dalam kondisi waspada, sementara 8 waduk dan 8 embung dalam kondisi kering

No comments:

Post a Comment