Tuesday, July 27, 2010

Satu Tuhan Satu Pemimpin Satu Pemerintahan dan Satu Perkampungan Global

Satu Tuhan Satu Pemimpin Satu Pemerintahan dan Satu Perkampungan Global
Bagika
08 Juli 2010
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. [4:59]

Sebelum masyarakat bumi abad ini mencita-citakan era globalisasi sebagai landasan hidup bermasyarakat, ternyata Al Qur’an menjelaskan bahwa Allah lebih dulu telah menyarankan konsep tersebut, bahkan sudah pula direalisasikan jauh sebelum masyarakat bumi hari ini.
Mengutus utusanNya adalah cara Allah untuk merealisasikan konsep tersebut, diawali di masa para malaikat Allah meminta Ajazil agar memimpin seluruh malaikat untuk beribadah kepadaNya. Sekian lama kegiatan itu berlangsung kemudian Allah menciptakan seorang manusia yang dinamai Adam, untuk kembali memimpin seluruh masyarakat malaikat, termasuk Ajazil pemimpin para malaikat yang sebelumnya.
Disinilah pertama sekali Allah menciptakan nalar politik, melalui ketakutan Ajazil jatuh dari tampuk kepemimpinan. Disini juga pertama sekali kegiatan unjukrasa dilakukan, berdasarkan ketakutannya Ajazil mempropokasi masyarakat malaikat untuk melakukan aksi protes kepada Allah, dengan staeckman, meragukan penciptaan manusia (Adam) karena dianggap akan menimbulkan masalah besar dalam bentuk pertumpahan darah.

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." [2:30]

Dengan kebijaksanaan Allah menerima aksi mereka dan menanggapi staecman itu dengan syarat, meminta para malikat agar menjelaskan tentang nama-nama. Karena para malaikat tidak dapat melakukannya Allah pun meminta manusia (Adam) untuk menjelaskannya. Dengan ijin Allah dihadapan masyarakat malaikat Adam menjelasan dengan terang nama-nama itu, kemudian Allah meminta masyarakat malaikat agar mengikuti dan mematuhi Adam sebagai pemimpin baru.
Ajazil yang membuktikan kekalahnnya menjadi bersikap aneh, ia menyombongkan diri takabur dengan tidak mematuhi perintah Allah, beliau tak mau mengikuti manusia (Adam), sebab itu ia berganti nama menjadi Iblis dan terusir menjadi golongan lain.

Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, Kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!” [2:31]

Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang Telah Engkau ajarkan kepada Kami; Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.” [2:32]

Allah berfirman: "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini." Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman: "Bukankah sudah Ku katakan kepadamu, bahwa Sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?” [2:33]

Dan (Ingatlah) ketika kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam," Maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir. [2:34]

Kisah diatas menunjukan bahwa selain sebagai pemilik konsep Allah juga memiliki skenario yang akan dan telah berlansung hingga artikel ini muncul. Penciptaan Adam sebagai pemimpin adalah awal dimana Allah menjadikan Iblis sebagai lawan main bagi Adam untuk merealisasikan konsep tersebut dimuka bumi.
Pengusiran Adam dari surga kebumi merupakan pemutlakan penuh kepada Adam atas tugas mewujudkan konsep globalisasi ketuhanan sebagai landasan menata masyarakat bumi. Sebagai tandingan yang baik Iblis dengan berbagai strategi dan propagandanya senantiasa meyertai, berupaya menggagalkan Adam dalam mewujudkan masyarakat agar terkordinasi kedalam konsep globalisasi ketuhanan.

Lalu keduanya digelincirkan oleh syaitan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan kami berfirman: "Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan." [2:36]

Kami berfirman: "Turunlah kamu semuanya dari surga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, Maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati". [2:38]

Misi Iblis untuk menggagalkan konsep globalisasi ketuhanan itu tidak berakhir ketika posisi Adam digantikan oleh Nuh atau penerusnya. Dalam kompetisinya konsep ini selalu mencapai kemenangan, begitu pun fungsi Iblis tidak pernah mengalami masa statis. Berpindahnya wewenang pelaksanaan konsep ketuhanan ini selalu disesuaikan dengan kondisi dan situasi masa, dimana jarak waktu antara Adam dengan Nuh berselang transisi yang cukup panjang. Muatan dalam transisi panjang itu adalah beragam motif persoalan sosial yang berpotensi menggeser pandangan religiuistik dari bentuk originalnya, propanganda seperti ini biasanya dilakukan oleh kader-kader Iblis.
Akhirnya dapat dipahami bahwa tidak hanya Adam, tapi Iblis juga diberi kesempatan untuk melahirkan regenerasi untuk melaksanakan idiologinya. Sebab itu Nuh akan berhadapan dengan lawan mainnya, begitu pun Idris, Soleh, Zulkarnain, Yusuf, Ibrahim, Musa, serta banyak lagi utusan Allah yang tak dapat disebutkan hingga sampai kepada Isa dan Muhammad.
Program globalisasi yang digulirkan untuk masyarakat bumi abad ini belum dapat diketahui apakah kelanjutan dari utusan Allah ataukah lawan mainnya, karena tidak jelas siapa vigur utama yang memotorinya. Segala bangsa dan Negara termasuk Indonesia terkesan sangat proaktif atas keberhasilan program ini, akan tetapi informasi seputar tujuan serta sumber keberangkatannya tidak disertakan, sehingga program globalisasi tersebut seolah hanya sekedar bujuk rayu yang dipaksakan. Belum lagi ketika berbagai bangsa yang mendukung keras program tersebut tidak dapat menemukan materi solusi atas konflik klasik religiuistik abad ini, seperti pertikaian Israel dan Palestina.
Lain hal dengan globalisasi ketuhanan, tidak hanya tujuan atau sumber keberangakatan, tapi vigur utama pelaksananya mudah dikenali. Kitab Suci sebagai pedoman tata tertib pelaksanaannya pun sejak lama telah beredar, bahkan sebelum kita hadir dimuka bumi ini.
Setelah menelusuri nilai transparatifnya maka kelihatanlah beda motivasi dari kedua konsep tersebut, dan dapat pula mengenali originalitas otentik antar keduanya. Kemudian dengan bukti itu dapat diketahui bahwa satu diantaranya adalah rekomendasi dari musuh Adam.
Artinya konsep globalisasi yang digembar-gemborkan pada masyarakat bumi saat ini adalah propaganda atau produk palsu yang dikeluarkan Iblis untuk dilaksanakan oleh kader-kadernya. Selain bertujuan menggagalkan misi utusan Allah juga berupaya menguasai dunia dengan satu pemerintahan zolim tanpa mengantongi legalitas dari Allah.

Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha Melihat. [4:58]

Baiknya bagi kita saat ini adalah berupaya mengenali konsep globalisasi yang sesungguhnya, yaitu globalisasi ketuhanan. Langkah awalnya adalah mencari siapa sosok vigur atau motor yang diutus Allah untuk melaksanakan konsep tersebut pada hari ini. Sebab dengan ijin Allah vigur yang dimaksud mengusai pedoman tata tertib pelaksanaan konsep tersebut (Kitab Suci), sebgaimana Adam yang mampu menjelaskan tentang nama-nama.

Kami tidak mengutus seorang rasulpun, melainkan dengan bahasa kaumnya, supaya ia dapat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka. Maka Allah menyesatkan siapa yang dia kehendaki, dan memberi petunjuk kepada siapa yang dia kehendaki. dan Dia-lah Tuhan yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana. [14:4]

Dengan begitu mutlak kita dapat tau dan memahami bahwa, berdasarkan ketetapan siapakah globalisasi itu harus diwujudkan, sipa pipinan pelaksananya, bagaimana bentuk pemerintahannya, dan bagaimana ending yang menjadi orientasinya. Salam.***

No comments:

Post a Comment