Wednesday, March 24, 2010

Teror Begu Ganjang Marelan-Belawan Memanas, G Sinaga Sekeluarga Dipaksa Angkat Kaki




Warga memadati Polsek Labuhan.


LABUHAN-Rumor begu ganjang terus menghantui warga Lk IX, Kel Labuhan Deli, Kec Marelan dan Lk XIII, Kel Belawan Bahari, Kec Medan Belawan. Buntutnya, Selasa (23/3) pagi, Polsek Labuhan dimassa omak-omak yang keberatan rekan mereka, Nauli br Pardede (45), ditahan lantaran meributi kasus itu.

Massa memaksa polisi segera melepas Nauli br Pardede. Alasannya, mereka kini justru sebagai korban pasca gemparnya begu ganjang yang diklaim menewaskan 6 warga meski tanpa sebab.

Kedatangan warga dari dua lingkungan itu bahkan bersikukuh, G Sinaga yang melaporkan rekan mereka, Nauli br Pardede, memelihara begu ganjang. “Kami tak mau pulang, sebelum teman kami pulang. Kami datang sama–sama, jadi pulang juga harus sama,” kecam omak–omak ini kepada petugas yang memeriksa Nauli Pardede dalam perkara perbuatan tak menyenangkan.

Puluhan kaum hawa yang umumnya berdarah batak itu, berulang kali mendesak agar rekan mereka tak ditahan. “Jangan tahan teman kami. Kami tak akan pulang. Kami yang resah dengan begu ganjang, kenapa malah kami yang dilaporkan? Berapa rupanya kalian dibayar?” teriak omak–omak itu.

Cuma Diperiksa, Bukan Ditahan

Keramaian massa, tak membuat Kapolsek Labuhan, AKP Ruruh Wicaksono SH gentar. Mantan Kasat Reskrim Polres Deliserdang ini, menghadapi puluhan massa ibu-ibu itu. Katanya, Nauli Pardede hanya diperiksa, bukan ditahan.

“Ibu–ibu tenang. Kita hanya melakukan pemeriksaan, bukan menahannya. Jadi tidak ada yang perlu diributi di sini,” ujar Ruruh kepada massa yang sejak awal datang, terlihat emosi.

Mendengar penjelasan itu, kemarahan massa pun mulai reda. Tapi kericuhan kembali terjadi, saat Nauli br Paredede memasuki ruang pemeriksaan. Puluhan omak–omak itu menyusul masuk ke dalam polsek dan menuju ruang Juper. “Kami mau dia (Nauli) pulang. Tak ada tahanan luar. Dia (Nauli) tak salah, jadi tak ada yang perlu ditahan,” kecam massa di hadapan petugas.

Situasi itu membuat petugas sigap dan bersiaga mencoba menghadang massa hingga perdebatan tak terhindarkan. “Wo..wo.. kami tak mau tahu. Kami sudah resah dengan begu ganjang. Jadi kami minta keluarga Sinaga keluar dari kampong kami,” kata massa kepada petugas.

Kali ini, giliran Kanit Reskrim Polsekta Labuhan Iptu Antoni Rajagukguk yang terjun menenangkan massa. “Masalah begu ganjang silahkan adukan ke kantor lurah. Kita hanya menerima laporan keberatan karena difitnah. Lagian kita hanya memeriksa, bukan menahan,” jelas Antoni.

Penjelasan itu, agaknya berhasil menenangkan warga. Dengan tertib, massa keluar dari areal polsek dan berkumpul di ruang pintu masuk Sentra Pelayanan Kepolisian (SPK).

Di ruang itu, massa memberikan surat keberatan yang ditandangani wargaq dari dua lingkungan dan terdiri dari 7 Serikat Tolong Menolong (STM). Dalam pernyataan itu, warga merasa keberatan dengan adanya begu ganjang di lingkungan mereka. Karena itu, massa meminta agar keluarga G Sinaga angkat kaki dari kampung mereka.

Dituding PSK

Dalam kesempatan itu, Nauli Br Pardede yang disambangi POSMETRO MEDAN mengatakan, laporan yang dituduhkan kepadanya berawal dari perselisihan dengan keluarga G Sinaga soal tudingan asusila.

“Masak Saya dibilang kasih makan anak–anak dari melonte? Makanya Saya ribut dengan Rohani Br Siregar, istri G Sinaga itu,” kata ibu anak 7 itu seraya melanjutkan, sebelum dilaporkan, antara mereka terjadi perkelahian.

“Dia selalu bilang Saya lonte. Jadi Aku bilang, Kau (Rohani Siregar-red) itu pelihara begu kata orang–orang. Makanya dilaporkannya saya. Hanya gara–gara itu,” kesal Nauli Br Pardede di hadapan omak–omak yang mendukungnya.

Usai pemeriksaan kemarin, Nauli Br Pardede dipersilahkan pulang. Suara mereka saat meninggalkan polsek itu pun terdengar riuh. “Mari kita ke kantor lurah untuk mengusir yang membuat resah kampong kita,” teriak massa meninggalkan Polsek Labuhan menuju Kantor Lurah Labuhan Deli.

Iptu Antoni Rajagukguk mengatakan, selain kepada Nauli, pihaknya akan memanggil G Sinaga yang saling lapor dengan Nauli sejak sepekan lalu. “Dua–duanya akan kita periksa. Hari ini Nauli dulu kita periksa,” katanya.

Tiap Malam Ronda

Begu ganjang yang diyakini warga menguasai di dua lingkungan, belum juga musnah. “Sejak Februari 2010, kami tiap malam ronda. Karena kami terus resah dengan adanya begu di kampong kami,” kata seorang ibu Br Nainggolan.

Disebutkannya, sejak Desember 2009 hingga Februari 2010, setidaknya sudah 6 warga yang meninggal tak wajar. Di antaranya, ada 3 anak–anak dan 3 orang dewasa. “Yang meninggal itu jelas–jelas tak ada sakitnya. Masak gara-gara panas sedikit saja, langsung meninggal?” herannya.

Apa dasar menuduh keluarga G Sinaga memeliharanya? “Pernah ada orang kesurupan di kampong ini. Ketika ditanya kepada mahluk halus yang masuk, katanya dia (begu-red) datang dari gang rumah G Sinaga. Makanya kami curiga dengan mereka,” bebernya.

Karena kondisi itu, warga menggelar ronda malam dengan berkeliling kampung. “Tiap malam kami pasang api depan rumah. Lalu kami keliling,” katanya seraya mengaku makhluk halus itu bisa tiba-tiba terbang dan menghilang saat dipergoki. (fachril)

No comments:

Post a Comment