Thursday, March 18, 2010

Pengakuan CM yang Rela Ditiduri Demi Pembebasan Ibunya





Kamis, 18 Maret 2010
Aku Tidak Ingat Warna Celana Dalam Kapolsek

P.BRANDAN-CM (21) gadis cantik yang mengaku rela ditiduri Kapolsek Pangkalan Brandan, AKP M Sofyan Sinaga demi pembebasan ibunya, semakin menarik untuk diikuti. Inilah hasil wawancara POSMETRO MEDAN dengan CM yang akhirnya mengungsi bersama ibunya ke Kota Pangkalan Brandan, Kamis (18/3) malam.

CM dan ibunya mengungsi pascamerebaknya pemberitaan seputar pengakuannya yang rela ditiduri Kapolsek Brandan, AKP M Sofyan Sinaga. Dan kata wanita berparas manis, berkulit putih, berambut panjang ini, peristiwa bermula dari hari ke lima ibunya meringkuk di balik penjara. Katanya, Puput datang menemuinya. Puput adalah orang yang mengadukan ibunya hingga dijebloskan ke penjara.

“Dek, ayo ke polsek. Kapolsek menunggu,” kata CM membuka pembicaraan, mengulangi ucapan Puput, lawan ibunya berperkara itu.

Berbalut baju daster terusan merah putih, CM melangkah bersama Puput ke Polsek Pangkalan Brandan. Setiba di sana, Puput memberitahu kedatangan mereka dari pintu ruangan kerja AKP Sofyan. Tapi karena masih ada tamu, kapolsek menyuruh menunggu. Puput pun pergi entah ke mana, sedang CM menemui ibunya di balik sel sembari menunggu panggilan.

Tak lama bercengkrama dengan ibunya, CM dipanggil Oga, ajudan AKP Sofyan Sinaga. CM lalu diantar menemui kapolsek. Waktu itu, kata CM, di meja penjagaan tepat berada di depan pintu ruangan kapolsek, hanya ada petugas bernama Surasdianto. Begitu menghadap kapolsek, Oga keluar dari ruangan. “Kapolsek langsung menutup pintu dan menguncinya,” kata cewek yang selalu melempar senyum selama kedatangan POSMETRO MEDAN.

Waktu itu, CM duduk di kursi tamu di depan meja kerja AKP Sofyan Sinaga. Sedang kapolsek duduk di kursinya. “Kapolsek langsung nanya, siapa deking kami dalam kasus mamak,” katanya.

Inilah beberapa pertanyaan yang diajukan POSMETRO MEDAN kepada CM.

PM: Pakaian apa yang dikenakan kapolsek waktu itu?

“Celana coklat,” jawab CM.

PM: Bukan pakaian dinas polisi?

“Bukan. Celananya yang ada kantong di samping itu,” katanya sedikit bingung menerangkan.

PM: Apakah pakaian yang sering dikenakan Brimob?

(CM tak langsung menjawab. Kepalanya menengadah ke atas seperti berfikir mengingat-ingat. Tapi tak bisa menjawab pasti)

PM: Kalau begitu, apa baju yang dipakai?

“Baju kaos oblong,” jawabnya lagi-lagi sangat singkat.

PM: Warna bajunya?

(CM juga tak langsung menjawab. Dia mengaku tak ingat pasti)

PM: Warna gelap atau terang?

“Nggak gelap, tapi nggak terang juga,” jawabnya dengan penuh ragu.

“Abis sudah tiga bulan lalu kejadiannya,” tambah wanita yang memiliki beberapa tahi lalat di wajahnya itu.

PM: Setelah bertanya soal deking, apalagi yang terjadi?

“Aku disuruh memijit,” jawabnya.

PM: Anda mau memijitnya?

“Tadinya Aku nggak mau. Tapi kata kapolsek, kalau mau mamak Aku keluar, Aku harus menurutinya. Makanya aku jadi mau memijitnya.

Padahal sudah aku bilang, aku bukan tukang pijit.’

PM: Anda yang mendatangi atau didatangi?

“Aku yang datang ke tempat duduknya. Baru Aku pijit pundak sebelah kanannya, Aku langsung dipeluk dan didudukkan di pangkuannya. Tapi Aku langsung berdiri. Aku bilang nggak mau.’

PM: Selanjutnya apa yang terjadi?

“Kapolsek langsung berdiri dan merangkul bahuku. Aku dibawanya ke tempat duduk sofa. Di situ, Aku ditidurkannya. Aku disuruhnya diam kalau mau mamak ke luar.’

PM: Anda tak berontak?

“Nggak bisa. Badannya besar. Aku cuma bisa nangis dan tutup mata.”

PM: Apa yang dilakukan kapolsek?

“Aku langsung digituinya.”

PM: Loh! bukannya kapolsek masih pakai celana?

“Ya dibukanya dululah bang,” katanya tersenyum.

PM: Waktu dibukanya, warna apa celana dalam si kapolsek?

“Nggak tahu. Nggak ingat Aku. Karena ‘anunya’ dikeluarkan dari samping sempaknya,” jawabnya sedikit membingungkan.

PM: Selanjutnya apa lagi yang terjadi?

“Celana dalam aku dilepaskannya. Kakiku dikangkangkan.”

PM: Memangnya anu kapolsek langsung hidup?

“Nggak bang. Setengah hidup.”

PM: Nembak dalam atau luar?

“Nembak dalam bang.”

PM: Loh, jangan-jangan Anda sudah hamil?

“Nggak. Soalnya langsung disuntik anti hamil sama mamak.”

PM: Oh. Lalu apa lagi yang terjadi?

“Aku disuruhnya jongkok di lantai, biar spermanya keluar. Begitu

keluar, Aku disuruh membersihkan pakai tisu. Kapolsek juga membersihkan kemaluannya pakai tisu yang dibasahi. Lalu Aku disuruh membuang ke tong sampah.”

PM: Oh yah, maaf sebelumnya, kata kapolsek Anda wanita murahan?

“Nggak bang. Dia yang justru melacurkan aku karena perbuatannya.

Lagian aku kan punya suami. Namanya Zakaria, orang padang yang buka usaha di Malaysia. Umurnya 49 tahun. Aku sudah menikah sejak tahun 2007

lalu. Tapi sudah setahun ini suamiku merajuk karena cemburu.’

PM: Ketemu di mana dengan suami?

“Ketemu waktu aku kerja di Malaysia dulu.”

PM: Dengar kabar, Anda sering dugem ke Medan?

“Yah itu dengan suami.”

PM: Bukan melacur?

“Nggaklah bang. Kami sering ke Medan kalau dia pulang dari Malaysia.

Di Medan kami enjoy.”

PM: Maksudnya dugem?

“Ia. Kami sering ke Tobasa. Kami juga sering nginap di hotel.”

PM: Informasinya, anda juga sering masuk dan enjoy di diskotik Lee Garden?

“Nggak pernah.”

PM: Tapi itu yang disebut beberapa orang pada kami. Benar atau tidak?

“Aku sering ke situ kalau sudah ketinggian. Jadi nyambungnya ke situ.”

PM: Berarti benar Anda pemakai narkoba?

“Ia bang. Tapi kan sama suami. Makanya Aku juga ditakut-takuti

gara-gara itu. Kayaknya Aku mau dijebak. Soalnya ada BeDe (bandar

sabu-red) yang menelepon Aku pakai nomor lain. Tapi Aku kenal betul

suaranya.”

PM: Apa kata BeDe itu?

“Dia mincing-mancing Aku ngajak pompa (nyabu-red). Tapi mana mungkin Aku mau.”

Mendengar CM sangat fasih dengan istilah para pengguna sabu-sabu,

pertanyaan selanjutnya mengarah ke soal penggunaan barang haram itu.

PM: Jangan-jangan ngajak CK (patungan uang-red)?

“Mana mau kami CK. Kami sering beli sendiri kok,” jawabnya. (tim)

No comments:

Post a Comment