KA Siantar Ekspress (KA Sireks)
KA Siantar Ekspress merupakan satu rangkaian KA penumpang kelas ekonomi (K3) yang menguhubungkan Kota Medan dengan Kota Pematang Siantar yang berjarak tempuh sekitar 127 km via Lubuk Pakam dan Tebing Tinggi.
Pada tanggal 11 September 2009 PT KA Divre 1 secara resmi menambah jumlah pemberangkatan KA Sireks menjadi 2 kali PP dari sebelumnya yang hanya sekali saja sebagai antisipasi meningkatnya jumlah penumpang pada musim libur lebaran tahun 2009 ini. Waktu pemberangkatan dari Siantar adalah jam 06.30 dan 15.30, sedangkan pemberangkatan dari Medan jam 11.00 dan 20.00 WIB. Dengan harga tiket Rp. 12.000 untuk orang dewasa dan Rp.10.000 untuk anak-anak. Harga tiket ini jelas lebih murah dibandingkan dengan harga tiket bus antar kota yang bisa mencapai Rp.30.000 sekali jalan. KA Sireks lebaran memiliki stamformasi rangkaian 3 K3 dan 1 BP yang ditarik oleh sebuah lokomotif BB 303.
Sebelum musim lebaran ini, KA Sireks hanya diberangkatkan satu kali saja yakni jam 06.45 dari Stasiun KA Siantar dan jam 17.00 dari Medan. Rangkaian KA Sireks saat itu hanya terdiri atas 2 kereta penumpang kelas 3 atau K3 yang ditarik oleh satu buah loko. Uniknya, begitu mencapai Stasiun KA Tebing Tinggi rangkaian ini akan dilepas dari lokomotifnya dan dilangsir untuk digabungkan dengan rangkaian KA Putri Deli relasi Tanjung Balai/Kisaran – Medan. Rangkaian yang sama-sama akan menuju Stasiun Medan ini digabungkan supaya lebih hemat biaya operasionalnya. Sebaliknya pun begitu, ketika diberangkatkan dari Medan “diikutkan” dengan rangkaian KA Puteri Deli dan kemudian dilepas di Tebing Tinggi untuk ditarik dengan loko-nya sendiri menuju Pematang Siantar.
Sekitar tiga tahun lalu relasi Siantar – Medan dilayani oleh rangkaian KA Dolok Martimbang yang merupakan rangkaian KA Bisnis. KA ini banyak digunakan oleh para pelaku bisnis dan mahasiswa yang memiliki kesibukan di Kota Medan. Namun seiring berjalannya waktu, KA ni terpaksa dihapus dari jadwal perjalanan karena terus merugi, hingga akhirnya tidak ada lagi KA kelas bisnis yang melayani petak Siantar – Medan.
Perjalanan naik KA disepanjang Medan – Siantar akan diwarnai oleh pemandangan-pemandangan khas sumatera utara yakni pemandangan sawah padi sepanjang daerah Lubuk Pakam, kebun sawit di daerah sekitar Tebing Tinggi dan kebun karet di daerah sekitar jalur Tebing Tinggi – Siantar. Hal ini disebabkan karena jalur-jalur KA Sumatera Utara memang melintasi banyak perkebunan-perkebunan yang sejak dulu merupakan andalan potensi sumber daya alam Sumatera Utara.
Selain KA Sireks, KA yang melewati jalur ke Siantar ini adalah KA pengangkut BBM dari Stasiun Labuan di Jalur Medan – Belawan. KA BBM ini mengisi ketel di Depot Pertamina Labuan untuk didistribusikan ke daerah pemasaran Pertamina di Depot Pematang Siantar. Selama musim libur lebaran ini frekwensi KA Barang harus dikurangi sehingga untuk menyiasatinya PT KA menggunakan dobel traksi lokomotif supaya tetap bisa menarik rangkaian ketel BBM dengan jumlah yang banyak.
Stasiun yang dilewati oleh KA Siantar Ekspress
Dari Stasiun Medan, KA Sireks akan melalui beberapa stasiun sebelum sampai ke Pematang Siantar. Terdapat cukup banyak stasiun-stasiun yang dilalui, baik yang masih aktif maupun yang sudah mati (atau dimatikan)…nah dalam tulisan ini gw masukin aja semuanya untuk dijadikan bagian II dari tulisan gw sebelumnya tentang stasiun KA di Divre 1 yakni tentang stasiun di jalur KA Medan – Belawan.
Stasiun-stasiun yang berada di jalur KA Medan – Siantar gw tulis dibawah ini. Bercetak tebal maksudnya adalah stasiun yang masih aktif, sedangkan yang bercetak miring adalah stasiun yang udah nggak lagi aktif .
Stasiun Besar MEDAN – Medan Pasar - Kebon Pisang – Bandar Khalifah – Batang Kuis – Serdang – Araskabu – LUBUK PAKAM – Perbaungan – Dei Muda – Lidah Tanah – Sei Bulu (Sungai Bulu) – Teluk Mengkudu – Rampah – Bamban – Rambutan – Rantau Halaban – TEBING TINGGI – Pabatu – Naga Kasiangan – Gunung Kataran – Kalemba – Bajalingge – Dolok Merangir - Sinaksak – Martoba - SIANTAR.
Ni sedikit deskripsi dan foto dari stasiun-stasiun tersebut…
Stasiun Besar MEDAN — dapat dilihat disini
Stasiun Medan Pasar
Stasiun Medan Pasar terletak di Jalan Thamrin Medan, persis disamping Thamrin Plaza. Posisi stasiun yang cukup tertutup oleh kepungan bangunan besar dan jalan yang tak pernah sepi membuatnya nyaris tak kelihatan. Stasiun ini lebih mirip halte dibanding stasiun, karena hanya terdapat 1 spoor lurus saja sehingga untuk kereta-kereta yang mau bersilang harus dilakukan di Stasiun Besar Medan atau Stasiun Bandar Khalifah. Kereta yang berhenti disini hanyalah kereta-kereta kelas ekonomi yakni KA Siantar Ekspress dan KA Puteri Deli.
Stasiun ini merupakan tempat favorit para pedagang asongan untuk naik dan jualan diatas kereta. Begitu KA datang Pedagang minuman-akwa-mijon, pedagang mi instan cup dan kopi panas, pedagang sate-satean, pedagang mie campur pecal dan pedagang koran langsung memenuhi kereta.
Kebon Pisang — Stasiun mati
Stasiun Bandar Khalifah
Stasiun Batang Kuis
Stasiun ini teletak di daerah Tanjung Morawa, sebuah daerah industri dan sentra pabrik-pabrik kelapa sawit di pinggiran kota antara Medan dan Lubuk Pakam.
Serdang — Stasiun mati
Stasiun Araskabu
Stasiun kecil yang terletak di tengah-tengah persawahan dan kebun penduduk antara Batang Kuis dan Lubuk Pakam ini nantinya akan menjadi stasiun yang lebih ramai dari saat ini. Hal ini dikarenakan nantinya Araskabu akan menjadi stasiun yang akan menjadi persimpangan jalur menuju bandar udara Medan yang baru yakni Bandara Kuala Namu. Bandara yang direncanakan sebagai pengganti Bandara Polonia ini rencananya akan dilayani oleh jalur KA sebagai salah satu sarana intermoda transportasi. Rencananya di tahun 2010 nanti pembangunan jalur KA Araskabu – Kuala Namu sepanjang +/- 3.5 km sudah bisa selesai. GW sih berharap semoga nantinya KA yang melayani jalur ini sejatinya merupakan KA komuter… mau KRD MCW oke, KRDI apalagi… hahahaha… ngarep mode: on…yang penting jalurnya hidup dan waktunya tepat, soale lumayan jauh dibandingkan dengan posisi Bandara Polonia saat ini. Pasti akan agak ribet ngatur jam berangkat dari rumah kalo mau terbang lewat Kuala Namu.
Stasiun Araskabu pada saat ini memiliki 2 spoor, yakni 1 spoor lurus dan 1 spoor belok untuk persilangan antar KA.
STASIUN LUBUK PAKAM
Stasiun Lubuk Pakam adalah sebuah stasiun yang bentuknya cukup berbeda dengan stasiun lainnya di Sumut. Stasiun ini memiliki atap datar dan memiliki ruang tunggu terbuka yang menjadi pusat perhatiannya. Stasiun ini juga merupakan tempat penimbunan kricak atau batu-batu ballast untuk digunakan di jalur-jalur KA Sumatera Utara, oleh karena itu disekitar stasiun ini terdapat banyak gerbong-gerbong TTW, YYU dan TTRW yang digunakan sebagai pengangkut kricak. Sebagai tambahan, silakan klik disini.
Stasiun Perbaungan
Stasiun Perbaungan terletak di Kota Kecamatan Perbaungan. Di stasiun ini masih terdapat reruntuhan bekas-bekas water tower, loco shed dan pancuran air untuk loko-loko uap di zaman DSM. Persilangan kereta pun sering dilakukan di stasiun ini. Sebagai tambahan, silakan klik disini.
Deli Muda — Stasiun mati
Stasiun Lidah Tanah
Stasiun Lidah Tanah terletak di daerah Desa bengkel. Desa Bengkel ini merupakan sentra penjualan oleh-oleh dan makanan kecil di Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai. Makanan khas yang sangat terkenal dari tempat ini adalah dodol-nya dengan variasi rasa yakni dodol rasa asli, rasa pandan dan rasa durian…. lho, kok malah ngomongin makanan… kwkwkwk… back to topic…
Stasiun Lidah Tanah ini buat gw sangat menarik, selain karena tempatnya yang lumayan terpencil dipojok keramaian desa bengkel, stasiun ini juga punya arsitektur yang keren banget… Belanda abis! dengan pintu-pintu besar, langit-langit yang tinggi dan tembok yang keliatan banget masif dan kokohnya… Stasiun ini punya 2 spoor, 1 spoor lurus dan 1 spoor belok untuk persilangan. Uniknya, bantalan di spoor beloknya masih pake bantalan besi jadul yang dibuat agak melengkung ditengah (hampir setengah lingkaran keknya malah)… dan kalo diliat masih ada yang berangka tahun lama… antik!
Kebetulan pas gw ke stasiun ini ada satu unit Ballast Regulator PBR 202 milik Dipo Mekanik Tebing Tinggi yang lagi stabling di spoor 1 stasiun ini.
Sei Bulu (Sungai Bulu) — Stasiun mati
Stasiun Teluk Mengkudu
Stasiun Rampah
Stasiun KA Rampah terletak di Kecamatan Sei Rampah, ibukota Kabupaten Serdang Bedagai. Di bagian belakang stasiun ini banyak terdapat ruko-ruko berlantai 4 – 5 yang dibuat untuk memelihara burung-burung walet… Stasiun ini punya ukuran yang relatif cukup besar dibanding stasiun-stasiun lain di lintas ini, namun masih tetap menunjukkan arsitektur era kolonialnya… Stasiun ini juga memiliki 2 spoor, 1 spoor lurus dan 1 spoor belok buat persilangan. Didepan stasiun ini juga masih terdapat sisa menara air kuno untuk loko uap jaman dulu…
Stasiun Bamban
Rambutan — Stasiun mati
Rantau Halaban — Stasiun mati
TEBING TINGGI
Stasiun Tebing Tinggi merupakan stasiun persimpangan antara jalur KA Medan ke jalur KA ke Siantar dan jalur KA ke Kisaran. Stasiun ini merupakan stasiun yang cukup besar degan jumlah spoor yang cukup banyak. Di stasiun inilah terdapat Dipo Mekanik Tebing Tinggi, tempat dimana semua peralatan dan kereta mekanik seperti kereta MTT, PBR dan NR Divre 1 bermarkas. Selain itu, di Stasiun Tebing Tinggi ini juga terdapat satu-satunya turntable yang tersisa di Divre 1 Sumatera Utara selain Medan dan Kisaran. Uniknya, turntable ini dioperasikan dengan cara diengkol, bukan didorong… Disebelah turntable ini juga masi terdapat sebuah roundhouse 8 pintu yang juga merupakan sisa peninggalan jaman DSM.
Stasiun Tebing Tinggi pada saat zaman DSM dulu memiliki kompleks perumahan pegawai yang sangat luas. Perumahan ini dibagi-bagi dalam asrama-asrama untuk pegawai dan rumah-rumah mewah untuk para pembesar-pembesar Belanda. Mengenai kompleks perumahan kereta api ini nanti akan gw tulis dalam sebuah postingan tersendiri…
Pabatu — Stasiun mati
Naga Kasiangan — Stasiun mati
Gunung Kataran — Stasiun mati
Kalemba — Stasiun mati
Stasiun Bajalingge
Stasiun Bajalingge merupakan satu dari dua stasiun selain Dolok Merangir yang masih aktif di petak Tebing Tinggi – Siantar. Terdapat dua spoor yang masih digunakan untuk persilangan antara KA penumpang dan KA BBM yang aktif di petak ini.
Stasiun Dolok Merangir
Stasiun Dolok Merangir terletak di Kabupaten Simalungun, terletak diantara perkebunan-perkebunan karet dan sawit. Di Stasiun ini masih terdapat sisa-sisa water tower untuk loko uap dengan perumahan DSM disekitarnya. Suasana antiknya masih kerasa banget disini. Stasiun Dolok Merangir ini memiliki ukuran yang cukup besar dibanding lainnya di petak Tebing Tinggi – Siantar.
Sinaksak — Stasiun mati
Martoba — Stasiun mati
STASIUN SIANTAR
Stasiun terakhir di jalur Tebing Tinggi – Pematang Siantar. Stasiun yang merupakan salah satu end of the line yang ada di Sumatera Utara selain Rantau Prapat, Tanjung Balai, Belawan dan Besitang. Uniknya dibanding ujung jalur KA di sumut yang lain, ujung rel yang biasanya hanya merupakan spoor badug saja, di Siantar ini spoor badugnya merupakan tempat bongkar muat ketel BBM milik Pertamina. Uniknya lagi, antara ujung rel ini dengan depot BBM Pertamina terpisahkan oleh sebuah jalan raya yang melintang persis diatas pipa-pipa bawah tanah.
Stasiun ini masih memiliki nuansa arsitektur kolonial yang kental, diwarnai deretan gudang-gudang tua milik PT KA yang sebagian besar sudah beralih fungsi menjadi tempat-tempat usaha warga masyarakat sekitar. Terdapat 3 spoor di stasiun ini, hanya spoor lurusnya saja yang sudah berbantalan beton dan menggunakan rel R42, sedangkan 2 spoor belok masih berbantalan kayu. Dari 3 spoor tersebut hanya spoor 1 – 2 saja yang masih dipakai untuk emplasemen kereta karena spoor 3 sudah keriting berat dan gak mungkin lagi digunakan.
Kereta yang berangkat dari stasiun ini adalah KA Siantar Ekspres dan KA BBM (kosong) tujuan Tebing Tinggi lanjut ke Medan.
No comments:
Post a Comment