Wednesday, March 2, 2011

Membudayakan Kembali Penggunaan Pupuk Hayati

Mari hentikan kerusakan lahan pertanian dengan kembali menggunakan pupuk hayati. Dengan pupuk hayati, diharapkan akan terbentuk agroekosistem yang stabil, pertumbuhan tanaman menjadi lebih baik, dan hasil tanaman meningkat tanpa merusak lingkungan.
pupuk-hayati-04Pupuk merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan keberhasilan budidaya tanaman pertanian. Sungguhpun begitu, pemakaian pupuk buatan yang tidak rasional dan secara terus menerus dapat menyebabkan ketidakseimbangan hara tanah, kerusakan struktur tanah, penurunan populasi dan keanekaragaman hayati tanah, serta penurunan efisiensi pemupukan. Keadaan ini tentu saja dapat mengancam keberlangsungan fungsi tanah sebagai media tumbuh tanaman, dengan kata lain terjadi penurunan produktivitas tanah. Hal ini telah banyak dirasakan para petani, kebutuhan pupuk buatan terus meningkat tetapi tidak diimbangi hasil tanaman yang memadai, ditambah pula dengan kelangkaan pupuk pada waktu para petani membutuhkannya menjadi persoalan tersendiri.
Sebenarnya Allah SWT telah menciptakan beraneka ragam mahkluk, termasuk yang mendiami (berada di dalam) tanah, tidak sia-sia. Setiap jenis mahkluk / hayati tanah mempunyai fungsi khusus yang secara keseluruhan berperan sebagai pendaurulang hara, sehingga selalu terjadi proses-proses siklus hara di dalam tanah yang berkesinambungan dan mengakibatkan produktivitas tanah tetap terjaga. Berbagai aktivitas mikroba, mikroflora, dan fauna tanah saling mendukung bagi keberlangsungan proses siklus hara tersebut, membentuk biogenic soil structure yang mengatur terjadinya proses-proses fisik, kimia, dan hayati tanah. Berbagai mikroorganisme dapat meningkatkan kesu­buran tanah, melalui produksi ber­bagai senyawa penting seperti zat organik pelarut hara, fitohormon, dan antipatogen. Beberapa mikroba endofitik (mikroba yang hidup di dalam jaringan tanaman) dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman dan melindungi tanaman terhadap gangguan biotik (hama dan penyakit) maupun abiotik (suhu, kelembaban, dan hara yang terlalu tinggi atau terlalu rendah) melalui metabolisme zat tumbuh alami, meningkatkan ketersediaan hara dan bahan organik tanah, sekresi senyawa antipatogen dan antihama.
Demikian pula fauna (hewan) tanah seperti Oligochaeta (cacing), Collembola dan Acarina (tungau) berperan dalam pengu­raian bahan organik, penyebaran hara, pencampuran tanah dan pembentukan agregat tanah. Cacing tanah yang dalam siklus hidupnya dapat membuat lubang dalam tanah akan mencegah pemadatan tanah, mempertebal tanah lapisan atas dan meningkatkan ketersediaan hara.
Namun kemampuan berbagai mikroba dan fauna tanah tersebut dalam membantu pertumbuhan dan perkembangan tanaman sangat dipengaruhi olah faktor abiotik (pH, pori, kelembaban, ketersediaan hara, komposisi ion, kadar C, pestisida) dan faktor-fator biotik (organisme pemangsa, pesaing, konsorsia, komplementer) tanah. Penggunaan pupuk kimia buatan berdosis tinggi yang tidak rasional secara terus menerus akan menghilangkan peranan hayati tanah sehingga perlu dihindari.pupuk-hayati-5
Berdasarkan pengetahuan tersebut maka usaha ke arah penggunaan kemampuan berbagai jenis hayati tanah untuk budidaya tanaman secara lebih intensif telah dilakukan. Berbagai mikroba tanah yang menguntungkan telah berhasil diisolasi, dikembang-biakkan, ditanam di dalam bahan pembawa, dan digunakan kembali sebagai pupuk hayati. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa pupuk hayati merupakan bahan biologis yang dapat tumbuh dan berkembang, diformulasikan dalam bentuk inokulan untuk menyediakan unsur hara, memberi fasilitasi penyerapan unsur hara tertentu atau penghasil zat pengatur tumbuh bagi tanaman. Bahan biologis yang banyak digunakan dewasa ini sebagai pupuk hayati adalah mikroba tanah.
Agar penggunaan pupuk hayati berdampak pada peningkatan pendapatan petani, maka pupuk hayati yang dimanfaatkan dan beredar secara komersial harus sudah teruji dengan tingkat efisiensi yang tinggi. Semua pupuk hayati yang diperdagangkan harus lebih dahulu lolos uji mutu dan uji efektifitas sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 28/Permentan/SR.130/5/2009 tentang PUPUK ORGANIK, PUPUK HAYATI DAN PEMBENAH TANAH pada saat didaftarkan di Pusat Perizinan Investasi (PPI).
Sekurang-kurangnya ada enam syarat yang menentukan mutu pupuk hayati:
a). Mikroba dalam inokulan haruslah mikroba pilihan dari hasil seleksi dan pe­ngujian yang dilakukan secara sistematis;
b). Jumlah populasi minimal mikroba hidup di dalam inokulan harus terpenuhi;
c). Bahan pembawa (carrier) untuk formulasi pupuk hayati harus dapat memberikan lingkungan hidup yang baik bagi satu jenis mikroba atau campuran ber­bagai jenis mikroba selama produksi, transportasi, dan penyimpanan sebelum pupuk hayati tersebut digunakan;
d). Masa kadaluwarsa pupuk hayati harus jelas sehingga keefektifan penggunaannya terjamin;
e). Pupuk hayati tidak mengandung logam berat maupun kontaminan mikroba yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba pupuk hayati yang bersangkutan; dan
f). Pupuk hayati tidak mengandung organisme yang bersifat pathogen (dapat menyebabkan timbulnya penyakit) terhadap tanaman, hewan atau manusia.
Permentan Nomor 28/Permentan/SR.130/5/2009, menggolongkan pupuk hayati menjadi pupuk hayati penambat N2, pelarut P, pemacu tumbuh, dan perombak bahan organik. Pupuk-pupuk hayati tersebut mengandung mikroba dekomposer, penambat nitrogen, pelarut fosfat, dan penyedia hara lainnya dalam bentuk cair, tepung, maupun butiran.
Beberapa tahun terakhir jumlah dan macam pupuk hayati akan bertambah. Hal ini disebabkan harga pupuk kimia semakin mahal, meningkatnya permintaan konsumen terhadap produk pertanian organik, meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pencemaran lingkungan khususnya yang diakibatkan dari penggunaan pupuk kimia, dan semakin majunya perkembangan teknologi produksi pupuk hayati.
Sumberdaya hayati tanah yang merupakan salah satu komponen ekosistem berperan dalam pendauran dan pengka­yaan hara tanah serta perbaikan sifat fisik tanah perlu didayagunakan. Pengelolaan tanah diarahkan pada perbaikan struktur fisik, komposisi kimia dan aktivitas biota tanah yang optimum sehingga interaksi antara abiotik dan biotik tanah memberikan keseimba­ngan yang optimal bagi keberlangsungan produktivitas tanah. Pada sistem tersebut diharapkan akan terbentuk agroekosistem yang stabil, pertumbuhan tanaman menjadi lebih baik, dan hasil tanaman meningkat tanpa merusak lingkungan.

No comments:

Post a Comment