Ilustrasi
Jakarta  - Sebagian lapisan es Kutub Selatan dibentuk oleh air yang membeku lagi di bawah bukan cuma oleh salju yang jatuh di atasnya sebagaimana perkiraan tradisional, demikian temuan yang diperlihatkan Kamis (3/3) yang akan membantu ilmuwan memproyeksikan dampak perubahan iklim.

Para ahli berusaha memahami benua beku itu sebab sekalipun cuma sedikit saja pencairan di sana dapat merendam daeran pantai dataran rendah dan banyak kota besar. Antartika berisi cukup banyak es untuk menaikkan permukaan air laut setinggi 57 meter kalau saja terjadi pencairan.

Studi enam negara mengenai gugusan gunung bergerigi setinggi pegunungan Alpen yang terbenam di bawah es di Antartika Timur mendapati bahwa hampir seperempat lapisan es di daerah itu terbentuk oleh pencairan dan pembekuan-kembali air dari bawah.

Jauh di bawah permukaan, es mengalir kedalam lembah sempit yang terbenam dan seringkali mencair akibat panas dan tekanan tinggi dari bawah Bumi dan membeku lagi ketika dipaksa untuk naik lagi.

Temuan tersebut, yang disiarkan di jurnal Science, membantah pandangan tradisional bahwa lapisan es hampir pasti dibentuk oleh salju yang mendarat di atas, terkompres jadi es dan mengalir secara perlahan ke arah samudar akibat daya tarik Bumi.

"Kita biasannya mengira lapisan es seperti kue --satu lapis pada satu saat ditambahkan dari atas. Ini seperti seseorang menyuntik satu lapisan pembeku ke bawah-- lapisan yang benar-benar tebal," kata Robin Bell, pemimpin penulis di Columbia University di New York, dalam satu pernyataan yang disiarkan oleh Reuters dan dipantau ANTARA di Jakarta.

Kubah

Para ilmuwan itu mengatakan, sebanyak 24 persen es di satu daerah di sekitar Kubah A, dataran setinggi 4.206 meter dengan ukuran seluas California yang mebentuk bagian atas Antartika Timur, terbentuk oleh es yang membeku kembali.

"Di beberapa tempat sampai separuh ketebalan es telah bertambah dari bawah," mereka menulis mengenai es di atas gugusan Gamburtsev Mountain.

Temuan tersebut dapat membantu memahami aliran lapisan es di Kutub Selatan dan Greenland, dan menjadi tanggapan yang mungkin terhadap pemanasan global.

British Antartctic Survey (BAS), yang ikut dalam studi itu, menyatakan itu memberi "pemahaman baru mengenai gerakan dan pertumbuhan lapisan es yang mendasar untuk meramalkan bagaimana lapisan es mungkin berubah sementara iklim Bumi menghangat."

Radar menemukan tonjolan di dalam es --salah satunya memiliki ketinggian 1 kilometer dari dasar lapisan es. "Kami hampir mengira peralatan itu rusak," kata penulis bersama studi tersebut Tom Jordan dari BAS kepada koresponden Reuters Alister Doyle.

Panel ahli iklim PBB memproyeksikan di dalam laporan pada 2007 bahwa permukaan air laut mungkin naik sekitar 18-59 centimer, atau lebih kalau pencairan di Greenland atau Kutub Selatan meningkat.

Pencairan dan pembekuan kembali tersebut juga mungkin mempengaruhi peluang untuk menemukan es yang tak diketahui di danau sub-gletser di Antartika seperti Vostok, tempat para ilmuwan Rusia telah melakukan pengeboran.

Semua danau itu mungkin telah terkucil selama waktu yang lebih pendek dibandingkan perkiraan sebelumnya.

Lapisan es Antartika terbentuk sekitar 32 juta tahun lalu tapi Jordan mengatakan para ahli sekarang percaya es tertua cuma berumur 1,4 juta tahun.