Sunday, February 6, 2011

Dampak Resesi Global


Sutrisno dan istri, warga Desa Medangara, Karangbaru, Aceh Tamiang, memanen padi. Hasil panen padi kali ini lebih rendah dibanding sebelumnya karena kekurangan air.

BERBAGAI analisa ekonomi menyebutkan bahwa perekonomian dunia tahun ini akan merosot menyusul konstraksi atau pertumbuhan negatif Negara Amerika Serikat. Perekonomian AS tahun ini diperkirakan hanya akan tumbuh 2,8 persen. Dana Moneter Internasional (IMF), memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia 2008 dari 4,8 menjadi 4,1 persen.

Bagaimana dengan perekonomian Indonesia ?

Kendati para pejabat ekonomi pemerintah menyebutkan fundamental ekonomi nasional cukup kuat, harga-harga berbagai kebutuhan pokok terus meroket. Ukuran fundamental ekonomi nasional, antara lain besarnya cadangan devisa yang saat ini sudah mencapai sekitar 50 miliar dollar AS. Kurs rupiah juga cenderung stabil pada kisaran rata-rata Rp 9.100 per dollar AS.

Namun, masyarakat awam umumnya tidak peduli dengan indikator makro ekonomi. Yang mereka persoalkan adalah melambungnya harga beras, minyak goreng, dan lain sebagainya.

Meski secara politik saat ini masyarakat memiliki kebebasan untuk berbicara, mengemukakan pendapat serta menyampaikan aspirasi kepada lembaga resmi maupun berdemonstrasi di jalanan, secara ekonomi tingkat kesejahteraan masyarakat belum menunjukkan peningkatan secara signifikan. Timbulnya berbagai masalah sosial kemasyarakatan akhir-akhir ini justru berpangkal pada problem kemiskinan dan pengangguran.

Oleh karena itu, kini masyarakat akan terus mencari dan menentukan calon pemimpin alternatif yang bisa mengatasi masalah kemiskinan dan pengangguran. Masyarakat sudah bosan dengan berbagai wacana dari para elite politik, yang dibutuhkan mereka sekarang adalah aksi konkret untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Era reformasi yang sudah berlangsung sepuluh tahun, baru memasuki pada tahapan transisi dari sistem otoritarian yang dikembangkan rezim Orde Baru ke era demokrasi. Para analis politik menyebut keadaan ini dengan, democracy in the making.

Namun, perubahan ke alam demokrasi ini belum diikuti dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Memang ada dilema antara pengutamaan kemajuan di bidang politik atau ekonomi.

Dalam realitanya, tidak ada negara yang bisa mengembangkan keduanya. China misalnya, kinerja ekonominya luar biasa bagus namun aspirasi politik dan kebebasan warganya untuk berpolitik dibatasi. Cadangan devisa negara berpenduduk 1,3 miliar jiwa itu adalah 1 triliun dollar AS. Berbagai produk dari Negeri Tirai Bambu itu masuk ke berbagai belahan bumi termasuk Indonesia. Kegiatan ekonomi dan bisnis di China, berlangsung dengan marak baik di sektor keuangan hingga aktivitas di industri rumahan. China juga tidak gampang untuk dikendalikan oleh kepentingan ekonomi Amerika Serikat.

Di satu sisi, perekonomian China mengesankan tetapi di sisi lain kehidupan politik di negara tersebut kurang menggembirakan. Aksi represi terhadap masyarakat Tibet menu njukkan aspirasi politik masyarakat China masih dikebiri.

Jika kita kembali kepada kekayaan dan keunggulan negara kita, sejatinya Indonesia bisa berdaulat dan bisa tahan terhadap resesi ekonomi global. Indonesia dengan penduduk sebanyak 230 juta jiwa, memiliki sumber daya alam yang dapat diandalkan. Namun, karena kita sudah terlanjur terjebak pada propaganda lembaga keuangan internasional ditambah tekanan kepentingan negara maju yang mengintroduksi tentang liberalisme dan perdagangan bebas, masyarakat Indonesia tidak bisa menikmati kenaikan harga-harga komoditas seperti minyak sawit mentah (CPO), dan batu bara. Bahkan kenaikan harga beras pun kita tidak bisa menikmatinya.

Keadaan sebaliknya justru diderita oleh petani dan masyarakat golongan bawah lainnya. Petani kita selain sebagai produsen juga sebagai konsumen beras. Saat menjual gabah, petani menerima harga yang relatif rendah sebaliknya saat membeli beras di pasar umum, harganya sangat tinggi. Selain itu, petani kita sekarang umumnya memiiki lahan di bawah 0,25 hektar bahkan sebagian hanya sebagai buruh tani saja.

Tanpa bantuan pemerintah atau belas kasihan dari orang-orang kaya, sebenarnya masyarakat sudah mampu untuk bertahan dari berbagai tekanan hidup, termasuk dampak dari resesi global. Jadi sekarang sebaiknya para elite politik bisa menghentikan usaha untuk “menjual” kemiskinan dan pengangguran dalam perdagangan politik menjelang Pemilu Tahun 2009.

No comments:

Post a Comment