Friday, February 18, 2011

PULUHAN NELAYAN BESITANG DATANGI PT PERTAMINA PANGKALANSUSU

Tuntutan Tidak Ditanggapi Terkait Limbah Minyak Mentah
Pangkalansusu (SIB)Merasa tuntutannya tidak ditanggapi, sekira 60-an nelayan Besitang, Langkat, yang mengaku menderita penyakit kulit akibat limbah minyak mentah (Crud Oil) mendatangi kantor PT Pertamina EP Field Pangkalansusu, Senin (15/11). Para nelayan yang didominasi kaum ibu itu meminta agar manajemen perusahaan Migas tersebut bertanggungjawab atas biaya pengobatan termasuk ganti kerugian selama mereka tidak bekerja karena sampai saat ini sekira 27 orang di antara warga masih menderita sakit akibat limbah minyak tersebut.
Tuntutan warga disampaikan perwakilan nelayan yakni, Ismail IB (Ketua Rukun HNSI Bukit Kubu, Kecamatan Besitang), EP Sembiring dan Buyung diterima Ka.Layanan Operasi (KLO) Tergiah Sembiring didampingi PWS Sekurity, Nasbin Harahap. Pertemuan juga dihadiri Kapolsek Pangkalansusu AKP Warsiman didampingi Kanit Res, Ipda ABD Rachman SH termasuk anggota DPRD Langkat asal pemilihan dari daerah itu, Syahrial Efendi Simanjuntak.
Menurut perwakilan nelayan, puluhan warga nelayan yang menjadi korban limbah minyak mentah PT Pertamina itu telah dilaporkan ke pihak Pertamina sejak akhir Oktober lalu, namun sampai sekarang masalah itu belum dapat diselesaikan.
“Jikalau bukan akibat limbah minyak Pertamina warga nelayan ini menderita penyakit kulit, saya ini siap
dikatakan anak haram jadah. Bayangkan puluhan nelayan ini bukan saja mengalami penyakit kulit di badan, tapi bahkan alat vital para ibu-ibu dan kaum pria itu sampai melepuh,” kata Ismail sembari meminta pihak Pertamina agar serius menyelesaikan masalah itu.
Lebih lanjut Ismail, mereka datang kemari bukan untuk meminta beras atau uang, tapi meminta pertanggungjawaban dari pihak manajemen perusahaan atas terjadinya pencemaran limbah minyak yang mengakibatkan puluhan warga menderita penyakit kulit. “Masalah ini kami minta agar diselesaikan secara kekeluargaan dan tidak bertele-tele sampai harus menempuh jalur hukum,” ujarnya.
Di tempat terpisah, salah seorang nelayan kepada SIB mengatakan, sejak 2 Oktober 2010, pipa minyak mentah PT Pertamina persisnya di lokasi perairan laut Swing Seijanda itu sudah bocor dan mengeluarkan minyak. Dan pada 27 Oktober, setelah kondisi pipa ini dilaporkan warga barulah pihak Pertamina turun ke lokasi untuk memperbaiki pipa saluran minyak yang bocor.”
Sementara itu, Ka Layanan Operasi (KLO) PT Pertamina EP Field Pangkalansusu Tergiah Sembiring menjawab tuntutan nelayan mengatakan, secara kemanusiaan hari ini juga (Senin (15/11)-red), pihaknya siap menurunkan para medis perusahaan untuk melakukan pengobatan terhadap warga nelayan yang masih menderita sakit. Sebelumnya pun, perusahaan telah menurunkan para medis dari RS Pertamina untuk melakukan pertolongan medis.
“Perlu saya sampaikan terhadap puluhan warga nelayan yang menderita penyakit kulit itu belum tentu diakibatkan karena pencemaran limbah minyak Pertamina dan sampai sekarang kita belum bisa membuktikan itu, tapi dari sisi kemanusiaan, perusahaan mau memberi bantuan pengobatan,” ujarnya.
Untuk menindaklanjuti masalah ini, kedua belah pihak sepakat untuk melakukan investigasi ke lokasi saluran pipa minyak, setelah para korban warga nelayan terlebih dahulu secara resmi membuat laporan ke Mapolsek Besitang. “Setelah itu kemudian kita sama-sama bergerak ke TKP,” ujar Tergiah sembari mengajak perwakilan nelayan itu untuk bertemu kembali bersama Muspika setempat untuk menyelesaikan masalah tersebut pada waktu yang akan ditentukan.
Pantauan SIB di kantor KLO PT Pertamina EP Field Pangkalansusu, aksi para nelayan berjalan dengan tertib, dan sebelum aksi berjalan sekira 40-an petugas keamanan dari perusahaan ’plat merah’ itu termasuk TNI AD anggota Koramil 15 dan kepolisian setempat berseragam lengkap telah siap siaga di pintu gerbang Sekurity untuk mengantisipasi aksi puluhan nelayan tersebut.

No comments:

Post a Comment