Sunday, February 20, 2011

Hari Air Sedunia Teknologi Baru Tambah Pasokan Air Tanah

Teknologi bioretensi diaplikasikan dalam bentuk sumur resapan sedalam 2,7 meter. 
Saat ini air bersih bagi sebagian orang masih menjadi barang mewah dan sulit untuk didapat. Bukan saja masyarakat di desa-desa yang mengalami kesulitan air bersih, masyarakat kota besar seperti Jakarta pun mengalaminya.

Hal itu karena masyarakat tidak menyadari bahwa ketersediaan air bersih semakin menipis. Untuk mengatasinya, pemerintah DKI Jakarta memperkenal teknologi baru untuk menambah cadangan air tanah. Teknologi itu dinamakan Bioretensi.

Teknologi Bioretensi merupakan gabungan unsur tanaman, green water, dan blue water, yang diharapkan mampu menyerap 1,6 juta meter kubik per hari. Jumlah tersebut, cukup untuk memenuhi keperluan domestik sekitar 7,9 juta masyarakat perkotaan.

Teknologi bioretensi diaplikasikan dalam bentuk sumur resapan sedalam
2,7 meter. Cara pembuatan sumur cukup sederhana, yaitu dengan menggali tanah seluas minimal satu meter persegi dengan kedalaman 2,7 meter.

Bagian dasar sumur diisi dengan batu kali dan ijuk setinggi 1,7 meter untuk menahan pondasi. Kemudian di tiap-tiap sisi dinding sumur bagian atas dipasang buis (cetakan beton satu meter persegi dengan empat lubang).

Dalam lubang buis tersebut dimasukkan batu kali dan ijuk untuk menghindari masuknya sedimen tanah ke dalam sumur. Kemudian lubang sumur ditutup dengan cetakan beton dan ditutup lagi dengan tanah.

Sumur bioretensi bisa dibuat di halaman rumah, selokan, trotoar, taman, lahan parkir dan gang-gang sempit yang padat penduduk. Teknologi bioretensi ini merupakan upaya mengendalikan air limpahan sekaligus memanen air hujan pada saat musim kemarau.

Dengan rata-rata curah hujan di DKI Jakarta 2.000 milimeter per tahun, pemanfaatan teknologi bioretensi pada lahan tersebut mampu menyimpan
578,34 juta meter kubik air per tahun atau 1,6 juta meter kubik per hari. Daya tampung itu cukup untuk memenuhi keperluan domestik sekitar
7,9 juta masyarakat perkotaan.

Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo, mengatakan program ini diawali dengan penelitian yang dilakukan Institut Pertanian Bogor (IPB). IPB memperkenalkan teknologi bioretensi sebagai salah satu alternatif teknologi untuk mengatasi banjir di wilayah Jakarta dan sekitarnya dengan mengendalikan air serta memanen air hujan pada saat musim kemarau.

"Kita lakukan upaya ini untuk mengembalikan air permukaan itu ke tanah.
Saya kira juga sangat efektif dengan metode yang diterapkan ini sebagai salah satu program penanganan banjir,” kata Fauzi Bowo, di Balaikota DKI, Jumat (20/3).

Menurut dosen Fakultas Kehutanan IPB, Nana M Arifjaya, sekitar 44,91 persen atau 28.902 hektar lahan di DKI Jakarta mampu meresap air dengan baik. "Bisa dikatakan, wilayah ini menjadi busa raksasa yang siap menyimpan air. Masalahnya, luasan lahan tersebut sudah tertutup bangunan maupun aspal,” kata Nana di Jakarta, Jumat (20/3).

Pembuatan sumur bioretensi dapat berhasil mengurangi banjir dan meningkatkan kualitas air tanah, jika seluruh masyarakat turut berpartisipasi dan mendukung penerapan di lingkungannya. Oleh karena itu, Fauzi Bowo mengimbau masyarakat Jakarta untuk bersama-sama membuat sumur bioretensi.

“Kami mengajak masyarakat untuk mendukung kegiatan ini. Pembuatan sumur bioretensi tidak hanya dikerjakan pemerintah saja tetapi harus melibatkan masyarakat,” kata Fauzi Bowo.

No comments:

Post a Comment