Thursday, December 3, 2009

Kunker Komisi D DPRD Sumut Percepat Pembangunan Dam Lau Simeme

Kunker Komisi D DPRD Sumut Percepat Pembangunan Dam Lau Simeme
Written by Isvan Wahyudi
Thursday, 03 December 2009 12:03
Sulawesi Selatan dan Sumatera Utara ternyata memiliki hubungan emosional sehingga menjadi dasar dan semangat untuk memperkuat kerja sama di berbagai bidang di antara kedua propinsi yang berjauhan itu. "Istri Pak Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo adalah boru Harahap, yang berasal dari Sumut, sehingga ini menjadi spirit membangun kedua propinsi ini," kata Asisten III Kesejahteraan Rakyat, Amal Nasir, mewakili Gubernur Sulsel ketika menerima kunjungan kerja Komisi D DPRD Sumut, dipimpin ketuanya, H Ajib Shah di kantor gubernur Sulsel, Makassar, Selasa (2/12).

Hadir dalam pertemuan itu di antaranya Wakil Ketua DPRDSU H M Affan selaku kordinator, Sekretaris Komisi D John Hugo Silalahi, Wakil Ketua Tagor Simangunsong, serta para anggota Jamaluddin Hasibuan, Tunggul Siagian, M Yusuf Siregar, Biller Pasaribu, Jeffry Pribadi, Analisman Zaluhu, Zulkarnaen ST, Andy Arba, Imam B Nasution, Marasutan Siregar, Hammamisul Bahsin, Tones Sianturi, Restu Kurniawan Sarumaha, Fadly Nurzal SAg, dan Kepala Dinas Pemberdayaan Sumber Daya Air (PSDA) Sumut Ruslan Effendi, dan mewakili Bappeda Sumut Lauren Marbun, dan Posma Samosir mewakili Kepala Balai Sungai Sumatera II.

Menurut Amal Nasir, persamaan antara Sulsel-Sumut antaralain warganya sama-sama pekerja keras untuk membangun daerahnya. "Dengan adanya persamaan ini, 'anytime, anywhere, there is no problem' jadi spirit membangun kedua propinsi," kata Amal Nasir.

Kunjungan Komisi D DPRD Sumut selain untuk melihat langsung lebih dekat bendungan Bili-Bili, juga diharapkan menjadi bahan dasar dan masukan untuk mempercepat dimulainya pembangunan Lau Simeme, di Kecamatan Biru-biru, Kabupaten Deli Serdang.

Dukungan

Dalam pertemuan tersebut, Kepala Balai Besar Pompengan Ir Isprasetyo MSc yang bertanggungjawab dalam pembangunan bendungan Billi Bill, menyatakan dukungan pemerintah dan kabupaten/kota merupakan modal awal terwujudnya pembangunan proyek seluas 234 hektar dan menelan biaya Rp500 miliar, yang bersumber dari dana loan Japan International Corporation Agency (JICA) dari Jepang.

Dia melihat, ada persamaan antara bendungan Lau Simeme dengan Bili-bili, karena memiliki multifungsi, mencakup penanggulangan banjir, irigasi dan mampu mengatasi krisis listrik. Kendati demikian, Isprasetyo mengakui, Lau Simeme bisa menjadi proyek yang memberi manfaat besar bagi pemerintah Sumatera Utara, karena mampu menyimpan ketersediaan air selama lebih 50 tahun. "Untuk mewujudkan hal itu, perlu diupayakan lagi sertifikat detail desain sebagai syarat readiness criteria, mengingat proyek berbiaya Rp1,9 triliun itu diajukan sejak tahun 1992, sehingga perlu diajukan kembali," katanya.

Jika tidak diantisipasi, maka kemungkinan besar proyek tersebut harus menunggu giliran karena JICA selaku penyedia dana loan tahun 2010 hanya mampu memenuhi maksimal 2 megaproyek.

Terhadap hal ini, Ketua Komisi D DPRD Sumut H Ajib Shah Al Haj yang bulan Nopember lalu sudah mengunjungi dam Lau Simeme, meminta Pempropsu dan kabupaten/kota untuk bekerja sama dalam upaya percepatan dimulainya pembangunan bendungan prestisius Sumatera Utara itu. "Sejauh ini, bendungan tersebut sedang dalam studi dan masih terkendala dalam hal ganti rugi lahan terhadap sekitar 22 kk, di tiga desa di Sibiru-biru, sehingga perlu disiapkan dana talangan oleh pempropsu sebagai sharing dalam pembebasan lahan dan relokasi," kata Ajib Shah.

ISVAN WAHYUDI | GLOBAL | MEDAN

No comments:

Post a Comment