Thursday, December 31, 2009

Pemerintah Berencana Utang Rp233 Triliun Pada 2010



Selasa, 15 Desember 2009
Dirjen Pengelolaan Utang Depkeu, Rahmat Waluyanto (ANTARA/Ujang Zaelani)


Jakarta (ANTARA News) - Direktur Jenderal Pengelolaan Utang Rahmat Waluyanto mengatakan pada 2010 pemerintah merencanakan untuk berutang sebesar Rp233,666 triliun guna menutup pembiayaan yang dibutuhkan guna membayar utang luar negeri dan surat berharga yang jatuh tempo, pembelian kembali (buyback) surat berharga negara, penerusan pinjaman (two step loan) dan defisit APBN 2010 yang totalnya mencapai Rp236,129 triliun.

"Nah dengan kebutuhan pembiayaan sebesar Rp236,129 triliun dan rencana tambahan utang sebesar Rp233,666 triliun, pemerintah berencana menutup sisa kebutuhan pembiayaan dari sumber non utang seperti saldo kas sebesar Rp2,426 triliun," katanya.

Menurut dia, pembiayaan akan diusahakan semaksimal mungkin untuk meminimalkan biaya dan resiko sehingga pembiayaan anggaran tetap berkelanjutan.

Ia menambahkan, pihaknya akn mengoptimalkan sumber pembiayaan dalam negeri untuk merealisasikan seluruh rencana utang baru tersebut.

"Intinya kami akan meminimalisasi biaya dan resiko untuk biaya anggaran yang berkelanjutan," katanya.

Berdasar Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Departemen Keuangan, utang baru sebesar Rp233,666 triliun tersebut direncanakan berasal dari penerbitan surat utang bruto sebesar Rp175,061 triliun.

Penerbitan surat utang tersebut akan diterbitkan dalam denominasi rupiah sebesar 70 persen dan 30 persen lainnya dalam bentuk valuta asing.

Kemudian dari pinjaman program yang telah memperoleh komitmen lembaga keuangan multilateral sebesar Rp24,4 triliun.

Pinjaman program tersebut diantaranya berasal dari Bank Dunia sebesar 14,4 triliun, Asin Development Bank sebesar Rp2 triliun, Japan International Corporation Agency sebesar Rp3 triliun dan Agence Francaise de Development sebesar Rp2 triliun.

Pinjaman proyek direncankan sebesar Rp33,162 triliun, sedangkan Rp1 triliun akan diusahakan dari pinjaman dalam negeri.

Menurut Rahmat, pinjaman dalam negeri tersebut bisa berasal dari perbankan dalam negeri.

Sementara itu, pembiayaan yang dibutuhkan pada 2010 adalah untuk menutup defisit sebesar Rp98 triliun, utang luar negeri jatuh tempo Rp58,843 triliun, surat utang pemerintah yang jatuh tempo dan yang akan dibeli kembali (buyback) Rp70,632 triliun dan penerusan pinjaman sebesar Rp8,643 triliun.(*)

No comments:

Post a Comment