Sunday, July 1, 2012

 BPMIGAS Efisienkan Cost Recovery Untuk Maksimalkan Pendapatan Negara

Jakarta – Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BPMIGAS) berhasil melakukan efisiensi biaya operasi dan investasi (cost recovery) yang akan ditagihkan ke Negara oleh Kontraktor Kontrak KerjaSama (KKS) tahun 2012 menjadi hanya US$15,1 miliar dari usulan Kontraktor KKS sebesar US$17,4 miliar untuk menghasilkan minyak dan gas sebesar 2,25 juta barel minyak ekuivalen.
Angka cost recovery tahun ini juga lebih rendah dibandingkan realisasi cost recovery pada tahun 2011 sebesar US$15,5 miliar. Hal ini menunjukkan upaya BPMIGAS yang berhasil melakukan efisiensi pengelolaan industri hulu migas untuk memaksimalkan penerimaan Negara.
Semula Kontraktor KKS mengajukan usulan anggaran sebesar US$17,4 miliar untuk menghasilkan total pendapatan kotor kegiatan hulu migas sebesar US$53,7 miliar dengan porsi penerimaan Negara sebesar US$28 miliar dan bagian Kontraktor KKS sebesar US$8,3 miliar.
Namun setelah melalui pembahasan, BPMIGAS berhasil memaksimalkan total pendapatan kotor menjadi US$56,3 miliar dari usulan US$53,7 miliar.
Dengan penambahan pendapatan kotor ini maka porsi penerimaan Negara meningkat menjadi US$32,2 miliar dari semula sebesar US$28 miliar.
Bagian Kontraktor KKS juga sedikit meningkat menjadi US$8,9 miliar dari usulan US$8,3 miliar. Sementara cost recovery yang diajukan Kontraktor KKS tersebut menjadi hanya US$15,1 miliar dengan meningkatkan efisiensi di sejumlah anggaran yang diajukan Kontraktor KKS yang dinilai tidak akan mempengaruhi pencapaian produksi minyak dan gas.
“Pada dasarnya kami memandang cost recovery itu sebagai investasi untuk menghasilkan penerimaan negara yang maksimal,” ujar Kepala Divisi Humas, Sekuriti dan Formalitas BPMIGAS Gde Pradnyana.
Meski demikian, lanjutnya, investasi yang dilakukan juga harus diupayakan agar efisien dengan tetap memberi keuntungan bagi kontraktor maupun bagi pemerintah. Cost recovery ini juga harus sebanyak mungkin dibelanjakan di dalam negeri dalam berbagai bentuk kandungan lokal.
Tahun lalu, lanjutnya, dari belanja kapital sebesar $11 miliar di industri hulu minyak dan gas, BPMIGAS berhasil mendorong tingkat kandungan lokal senilai lebih dari $6miliar.
Investasi ini harus terus dilaksanakan oleh para Kontraktor dalam berbagai bentuk kegiatan operasi hulu minyak dan gas untuk menekan laju penurunan produksi minyak dari 14 persen pertahun menjadi hanya3-4 persen per tahun.
"Tanpa adanya peningkatan investasi yang disebut cost recovery untuk melakukan kegiatan operasi hulu migas maka produksi minyak Indonesia saat ini mungkin akan jauh lebih rendah lagi," katanya.
Dengan adanya investasi tersebut dan upaya menahan laju penurunan seperti dengan upaya
Enhanced Oil Recovery (EOR) maka produksi Indonesia saat ini masih di kisaran 900.000 barel per hari.
Namun perlu diingat, lanjut Gde, bahwa pembelanjaan cost recovery tidak hanya mengasilkan minyak, tetapi juga menghasilkan gas. Sehinga biaya cost recovery sebesar US$15,1 miliar sebenarnya untuk menghasilkan 2,25 juta barel minyak ekuivalen. (Press Release BPMIGAS)

No comments:

Post a Comment