BP Migas Catat Terjadi 225 Kasus Pencurian BBM
Juni 2012 ,
Deputi Umum BP Migas J Widjonarko mengatakan, gangguan keamanan pada fasilitas industri hulu migas akan langsung berdampak pada kegiatan eksplorasi dan eksploitasi migas di Indonesia. Kondisi itu menyebabkan kehilangan pendapatan negara ribuan dolar AS per harinya.
Dia mengatakan, gangguan non teknis itu bisa berupa pencurian (minyak bumi, pipa besi, valve), sabotase (pemblokiran jalan), premanisme (ancaman, penyerangan) dan demonstrasi. Hal tersebut merupakan kendala utama tercapainya target produksi nasional.
Bahkan, dia mencatat, selama selama tiga tahun terakhir gangguan non teknis telah meningkat 160 persen, yaitu dari 471 kejadian tahun 2009 menjadi 1.234 kejadian pada tahun 2011.
“Gangguan non teknis yang selama ini terjadi telah mengakibatkan terhambatnya kegiatan eksplorasi dan eksploitasi di beberapa wilayah, yang pada akhirnya akan memberikan kerugian materil terhadap investor dan negara,” kata Widjonarko.
Jika kondisi ini dibiarkan terus menerus, tentu akan memberikan dampak jangka panjang terhadap kestabilan perekonomian. Apalagi, pemerintah tahun ini menargetkan pendapatan dari sektor migas 2012 sebesar Rp 240 triliun.
Kepala Divisi Humas Sekuriti dan Formalitas BP Migas Gde Pradnyana mencatat, dari Januari sampai April 2012 sudah ada 225 kasus pencurian minyak. Sedangkan2011 kasus pencurian minyak mentah produksi kontraktor kontrak kerja sama (KKS) mencapai 420 kasus.
Gde mengatakan, kasus pencurian tersebut banyak terjadi di jalur-jalur pipa distribusi minyak mentah di daerah Tempino Kabupaten Batanghari, Jambi sampai di daerah Plaju, Sumatera.
“Modus yang umum dilakukan para pencuri minyak tersebut, yakni sengaja melubangi pipa minyak lalu mentransfernya ke drum-drum lalu dibawa kabur,” jelasnya.
Perusahaan minyak yang sering melaporkan terjadinya pencurian minyak antara lain Pertamina EP, Medco E&P (Rimau), ConocoPhillips (Grissik) dan UBEP Jambi. “Kehilangan minyak yang tercatat di 2011 sekitar 3.000 barel, tapi kami yakin jumlahnya jauh lebih besar dari angka itu,” kata Gde.
Dia mengakui, gangguan operasional berkontribusi pada penurunan produksi migas. Faktor non teknis menyumbang 60 persen penyebab turunnya produksi. Oleh karena itu, BP Migas mengajak semua pihak terkait bekerja sama mengurangi gangguan operasional yang dihadapi kontraktor di lapangan.
Direktur Reforminer Institute Pri Agung Rachmanto mengatakan, BP Migas sebagai penanggungjawab produksi minyak (lifting) harus mengambil langkah tegas menghadapi pencurian minyak itu.
Pasalnya, setiap kehilangan minyak mentah berarti berkurangnya pendapatan negara dari sektor migas. Karena itu, responsnya harus cepat dalam menindaklanjuti temuan tersebut. “Garong (pencuri) minyak bisa bikin target produksi seret,” ujarnya.
Kalau penyebab hilangnya minyak karena kebocoran pipa yang disengaja, BP Migas dan pihak terkait harus segera menindaklanjuti. Kalau penyebab kehilangan akibat kebocoran pipa yang sudah aus dimakan usia, itu juga harus segera diperbaiki, termasuk opsi mengganti pipa.
Untuk diketahui, tahun ini pemerintah menargetkan produksi minyak nasional mencapai 930 ribu barel per hari. Namun, hingga kini angka produksinya masih di rata-rata 900 ribu per barel. Untuk 2013 disepakti lifting minyak dan gas sebesar 2.215-2.320 ribu barel oil equivalen per day (BOEPD), terdiri dari lifting minyak bumi sebesar 890-930 ribu barel per hari dan lifting gas bumi 1.325-1.390 ribu BOEPD.
No comments:
Post a Comment