Saturday, July 28, 2012

Gangguan Keamanan Hulu Migas Meningkat Tajam

Deputi Umum Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas) A.S. Rizal Asir mengungkapkan, gangguan keamanan pada kegiatan operasi hulu migas meningkat tajam. Yakni dari 471 kasus pada 2009, menjadi 1.153 kasus pada 2010.
Semakin maraknya gangguan ini, menurutnya telah menghambat pencapaian target produksi migas. Diantaranya akibat ditutupnya sejumlah fasilitas produksi, dan hilangnya ratusan barel minyak setiap hari. Sebagian besar gangguan keamanan itu terjadi di wilayah Sumatera Selatan (Sumsel).
Berbicara dalam “Security Outlook 2011” di Palembang, Sumsel, Rabu, 2 Maret 2011, Rizal merinci 471 kasus gangguan keamanan operasi hulu migas pada 2009 terdiri dari 355 kejadian pencurian peralatan, dan 116 kasus gangguan operasi lainnya.
Sedangkan pada 2010, terjadi peningkatan menjadi 1.153 kasus. Terdiri dari kejadian pencurian peralatan migas sebanyak 667 kasus, dan 486 kasus lainnya berupa unjuk rasa, sabotase, penghentian kegiatan operasi, dan ancaman.
Memasuki 2011, berbagai gangguan ternyata tak kunjung reda. Rizal mencontohkan, ditutupnya fasilitas produksi di lapangan Suban, Jambi, yang dioperasikan ConocoPhillips pada awal Februari 2011 hingga saat ini.
Penutupan itu akibat adanya tekanan dari masyarakat setempat. Akibat kejadian itu, potensi kehilangan produksi mencapai 120 juta kaki kubik gas bumi per hari.
Kejadian lain adalah pencurian minyak mentah Pertamina EP yang terjadi di jalur pipa Tempino dan Plaju. Terhitung Januari-Maret 2011, terjadi 43 kasus pencurian dengan kerugian produksi sekitar 400 barel minyak per hari.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Dinas Sekuriti BP Migas, Harrymawan BG menyebutkan, Sumatera bagian selatan menyumbang lebih dari 50 persen gangguan keamanan migas secara nasional.
Dengan alasan tersebut, pihaknya melakukan komunikasi intensif dengan Kepolisian Daerah (Polda), khususnya Polda Sumsel dan Jambi, untuk meminimalisasi ancaman dan gangguan, serta melakukan optimalisasi pengamanan di industri hulu migas. Peningkatan koordinasi dengan TNI dan pemerintah daerah juga dilakukan.
Selain itu, BP Migas juga meminta kontraktor kontrak kerjasama (KKKS) migas lebih menggiatkan pengamanan berbasis masyarakat. Hal ini guna menumbuhkan rasa memiliki masyarakat terhadap fasilitas industri hulu migas.
“Dengan rasa memiliki, masyarakat akan ikut menjaga dan mendukung pelaksanaan kegiatan eksplorasi dan eksploitasi,” jelasnya.
Security Outlook 2011 yang digelar selama dua hari di Palembang, dibuka pada Rabu, 2 Maret 2011 oleh Gubernur Sumsel, Alex Noerdin, disaksikan Wakapolda Sumsel, Brigadir Jenderal Torkis Panangian Siahaan.
Mengambil tajuk “Optimalisasi Pengamanan Objek Vital Nasional di Sektor Hulu Migas guna Mencapai Target Produksi 2011”, kegiatan itu dihadiri 250 peserta yang berasal dari BP Migas, KKKS, Polri, TNI, dan jajaran pemerintah daerah.

No comments:

Post a Comment