Saturday, December 11, 2010

Berbak Berpotensi Lepaskan 20 Juta Ton Karbon

Berbak Berpotensi Lepaskan 20 Juta Ton Karbon


GREENPEACE
Lahan gambut di wilayah Riau tetap mudah terbakar meski sudah beralih fungsi menjadi kebun kelapa sawit. Foto sebuah perusahaan perkebunan kelapa sawit di Riau, pekan lalu, oleh Greenpeace, yang disampaikan pada konferensi pers di Jakarta, Senin (15/6).


JAMBI, - Taman Nasional Berbak, Jambi, berpotensi mengeluarkan 20 juta ton karbon, apabila tidak segera memperoleh perlindungan kawasan. Untuk itu, Pemerintah Inggris mendanai 2,4 juta dollar AS untuk menjaga ekosistem Berbak dari kerusakan hutan.

Duta Besar Inggris Martin Hatfull mengatakan pihaknya berkomitmen mendukung upaya perlindungan Taman Nasional Berbak (TNB) dan sekitarnya, melalui proyek Reduced Emissions from Deforestation and Degradation .

"Kami akan ikut mendorong konservasi hutan dan satwa di dalamnya, serta memberdayakan ekonomi masyarakat sekitar hutan," ujarnya, Sabtu (27/3/2010).

Program ini, lanjut Martin, akan dilaksanakan oleh lembaga konservasi satwa asal Inggris, Zoological Society of London (ZSL). Kegiatan konservasinya akan terus berlangsung hingga tahun 2012.

Koordinator ZSL Indonesia Tom Maddox mengatakan TNB merupakan hutan gambut yang menyimpan dan menyerap karbon lebih besar dibanding hutan alam biasa. Namun, hutan ini juga berpotensi mengeluarkan sangat banyak karbon apabila mengalami kerusakan, baik berupa pengeringan lahan maupun pembakaran hutan.

"Potensi karbon yang dapat dilepaskan Berbak sebanyak 20 juta ton," ujar Tom.

Melalui program ini, pihaknya akan mengembangkan kesadaran masyarakat untuk ikut serta dalam konservasi hutan. Pihaknya juga tengah mengukur volume karbon yang masih dapat diserap melalui pemulihan lahan gambut yang telah rusak.

Sejauh ini, sudah dua negara berminat mendanai program penyerapan karbon untuk hutan-hutan di Jambi. Sebelumnya, Pemerintah Australia bermaksud mengucurkan 30 juta dollar AS untuk program kemitraan mengurangi emisi gas rumah kaca akibat deforestasi dan degradasi hutan. Jambi dipilih menjadi proyek percontohan kerjasama ini, karena pemerintah daerah setempat dinilai memiliki inisiatif membangun tata ruang, serta mengembangkan hutan kemasyarakatan guna menjaga kelestarian hutan sebagai upaya penyerapan karbon. Provinsi ini juga memiliki empat taman nasional yang memiliki keanekaragaman hayati.

Akan tetapi, kesadaran pemerintah kabupaten untuk menekan deforestasi dan degradasi hutan, masih rendah. Mereka umumnya mau memperoleh hasilnya saja, tetapi tidak memahami aturan mainnya, ujar Budidaya, dari Dinas Kehutanan Provinsi Jambi.

No comments:

Post a Comment