Tuesday, December 14, 2010

Hutan Gambut Rusak, Rakyat Riau Makin Miskin


Hutan Riau
Pekanbaru - Greenpeace dan Jikalahari, LSM yang berbasis di Riau, mengungkapkan bahwa kerusakan hutan gambut di Provinsi Riau berdampak pada kehidupan dan ketahanan pangan masyarakat di sunga-sungai Riau.

Hal ini dipaparkan dua organisasi pencinta lingkungan itu dalam perbincangan tentang kelestarian hutan tropis Riau di Pekanbaru, Jumat (3/4).

Dalam perbincangan itu, peneliti dari Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau Deni Efizon menyoroti kerusakan hutan rawa gambut yang telah berdampak pada menurunnya populasi udang air tawar (udang galah).

"Berdasarkan penelitian kami pada tahun 2008, ini jelas bahwa pengaliran air gambut ke sungai dan pembuatan kanal-kanal di lahan gambut berdampak pada spesies udang galah di sungai," katanya.

Penelitian di Desa Kuala Cinaku, Kabupaten Indragiri Hulu yang menjadi sentra udang galah di Riau menunjukkan, tidak ada lagi udang dan ikan air tawar yang bisa diambil warga sekitar yang menjadi rezeki mereka.

Sebelumnya nelayan bisa mendapatkan udang galah dan ikan air tawar 10 kilogram per hari, namun kini tidak lebih dari dua kilogram per hari.

"Masyarakat yang menggantungkan hidup sebagai nelayan menjadi semakin miskin," katanya.

Sementara itu, Koordinator Jikalahari, Susanto Kurniawan menyayangkan sikap Pemerintah Provinsi Riau yang hingga kini belum jelas komitmennya dalam melakukan wacana jeda tebang hutan di Riau.

Susanto Kurniawan menilai pemerintah terlalu memperhatikan atau mengakomodasi kepentingan sektor usaha dan investasi yang sayangnya tidak ramah lingkungan.

"Mustahil kesejahteraan masyarakat terwujud juga keselamatan dan ketahanan pangan masyarakat terancam akibat penghancuran kawasan bergambut dan hutan alam," ujarnya.

No comments:

Post a Comment