Saturday, January 16, 2010

Rolesta, Bayi Berkepala Besar di RSU Raden Mattaher



Sering Menangis dan Tubuh Kejang-kejang
Alpadli Monas, Telanipura
Kamis, 14 Januari 2010


Malang nasib Rolesta. Bayi laki-laki berusia tiga bulan itu terpaksa berbaring di ranjang ruang perawatan anak RSU Raden Mattaher sejak sebulan lalu. Kepalanya membesar, matanya mengecil, tubuhnya kurus. Kondisinya memprihatinkan.


Rolis, sapaan Rolesta, divonis mengidap penyakit hydrochepalus oleh dokter yang bertugas di RSU Raden Mattaher Jambi. Pembesaran kepala akibat cairan otak tak tersalur itu sudah diidap Rolis sejak tiga bulan lalu. Mulanya hanya berbentuk benjolan kecil di kanan kepala, lama-lama kian membesar hingga sebesar bola basket.

Oleh Roy Marteen (30) dan Darti (20), ayah dan ibu Rolis, dia langsung dilarikan ke RSU Raden Mattaher pada Desember 2009 lalu. Rolis mendapat penanganan medis. Cuma sudah sebulan menginap di rumah sakit, Rolis belum belum juga dioperasi, sebagai satu-satunya upaya medis yang bisa dilakukan atas penyakit hydrochepalus.

Dalam kasus penyakit seperti itu, pasien biasanya dioperasi sampai beberapa kali, walau usai operasi si penderita tidak akan kembali normal. Kepalanya tetap akan besar dibanding kepala orang normal. “Tapi tidak apalah daripada sebesar sekarang,” ungkap Darti (20), ibu Rolis, dengan nada pelan, kemarin (13/1).

Darti tampak mengelus-elus kepala anak pertamanya itu. Sejumlah wartawan memotret. Blitz kamera wartawan membangunkan Rolis yang sedang terpejam. Tiba-tiba dia mulai menangis. Mulanya pelan, lama-lama kian keras. Suaranya serak dan pecah. Bola mata bocah malang itu terlihat berputar-putar di bawah kening yang menonjol. Dia berusaha melihat orang di sekitarnya, tapi tak berhasil. Yang terlihat hanya bagian putih pada bola mata Rolis.

Sakitkah yang dirasakan bocah yang belum bisa bicara itu sehingga dia sering menangis? Menurut Darti, kemungkinan besar anaknya merasa sakit. Soalnya, dalam satu hari Rolis sering menangis. Malah tak jarang bocah itu tiba-tiba kejang. Jemarinya mengeras, suaranya tertahan. Sungguh pemandangan yang memilukan.

Darti berharap anaknya cepat sembuh. Kalaupun tak bisa kembali ke ukuran kepala normal, setidaknya bisa berkurang. Karena itu dia rela menemani anaknya sampai sebulan di rumah sakit. Suaminya yang bekerja sebagai pedagang tekwan sesekali menemaninya di rumah sakit.

“Abang (suami, red) baru balek. Kalau di sini terus, siapa nak nyari makan. Kami lah dak berduit, anak sakit pula,” ungkap Darti ramah. Senyumnya masih mengambang walau kondisi Rolis kian memprihatinkan.

Darti dan Roy merasa beruntung. Soalnya, sampai saat ini mereka masih ditanggung fasilitas jaminan kesehatan masyarakat miskin (jamkesmas). Mulai dari perawatan medis, obat-obatan, sampai rencana operasi nanti, semua ditanggung pemerintah. Tak ada keluhan macam-macam dari kedua orangtua yang malang itu.

“Operasi kagek katonyo ditanggung jugo. Tapi dak tahu sampai kapan operasinya,” beber Darti lagi.

Berapa diameter kepala Rolis saat ini? Darti mengaku tidak tahu pasti. Namun gara-gara pembesaran pada kepala, berat tubuh Rolis jadi bertambah. Dari timbangan terakhir, bobot Rolis mencapai 8 kilogram.

Tubuh bayi itu untungnya tak menyusut drastis. Apalagi nafsu makan Rolis masih ada. “Kalau makan masih mau, tiap hari dak ada masalah,” tandasnya.(*)

No comments:

Post a Comment