Monday, January 18, 2010

Ribuan Hektare Sawah Sarolangun Tadah Hujan



Selasa, 19 Januari 2010 Sawah/ilustrasi. (ANTARA/Ricka)




Jambi (ANTARA News) - Lebih dari 2.000 hektare lahan sawah di Kabupaten Sarolangun, Jambi, mengalami kesulitan dalam penggarapan, karena bergantung kepada air hujan, sehingga sebagian petani mengalihkan lahan mereka menjadi perkebunan sawit dan karet.

Menurut Kepala Dinas Pertanian Sarolangun Ir Hardiono ketika dikonfirmasi di Sarolangun, Senin, sawah yang sulit mendapatkan air untuk mengolahnya terdapat di Desa Pelawan, Desa Monti dan sebagian desa yang ada di Kecamatan Limun.

Oleh karena itu, pihaknya pada 2010 ini mengupayakan pada Dinas Pertanian Provinsi Jambi untuk memperbaiki dan memungsikan kembali dam (bendungan) Jernih, yang saat ini tidak optimal mengaliri air untuk sawah petani.

Dam Jernih yang dibangun pada tahun 1972, kini tidak berfungsi lagi sehingga berdampak pada produktivitas sawah masyarakat.

Ia menjelaskan, pada 2009, berdasarkan hasil statistik, produksi beras di Sarolangun cukup baik, dengan adanya angka tersebut, Dinas Pertanian Sarolangun akan terus mengupayakan agar produksi padi di daerah ini terus meningkat, baik kualtitas maupun kuantitasnya.

Kebutuhan beras perkapita Sarolangun mencapai 27.734 ton setahun, jika berdasarkan angka statistik pada 2009 kebutuhan beras di Sarolangun mengalami kelebihan 3.136 ton perkapita.

Ia juga mengatakan, penyaluran beras ke Sarolangun melalui Bulog, pada tahun 2009 menurun jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, hal ini menunjukkan kebutuhan di Sarolangun sudah mencukupi.

Ketika ditanya, Hadrdiono mengatakan, pemasaran beras Sarolangun belum bisa bersaing di pasaran karena kualitasnya tidak bisa bersaing daerah lain.

Selain itu, masyarakat Sarolangun enggan memasarkan atau menjual produksi beras mereka, dan lebih memilih untuk menyimpan sebagai stok makanan minimal dalam kurun waktu setahun.

Oleh karena itu, Dinas Pertanian pada 2010 akan menerapkan program untuk meningkatkan mutu beras masyarakat, baik dari segi perawatan, penjemuran maupun penggilingan.

"Beras masyarakat saat ini cenderung patah-patah setelah digiling, hal ini juga sulit untuk dipasarkan, bahkan ada yang hitam setelah digiling. Jika beras dipaksakan untuk dipasarkan, akan kalah saing dengan beras Sumatra Barat atau Kabupaten Kerinci, tambahnya.(*)

No comments:

Post a Comment