Tuesday, February 9, 2010

5 Tahun 36 Kali Konflik, 11 Ekor Harimau dan 5 Manusia Tewas di Riau

Sabtu, 6 Pebruari 2010
Sepanjang tahun 2005 hingga 2009 telah terjadi 36 kasus konflik antara harimau-manusia. Dalam konflik tersebut, 11 harimau dan 5 nyawa manusia melayang.

PEKANBARU-Dalam rangka memperingati hari harimau se-dunia (Tigers Day) yang jatuh pada 14 February nanti, Direktur Program World Wide Fund (WWF) Riau, Suhandri dalam eksposnya menyatakan bahwa dalam kurun waktu 5 tahun terakhir ini, (2005-2009) telah terjadi 36 kasus konflik antara harimau dengan manusia.

“Dari 36 konflik yang terjadi telah menewaskan sebanyak 11 ekor harimau dan 5 nyawa manusia melayang dan 13 manusia luka-luka,” ungkapnya pada Riauterkini Jum’at (5/2/10).

Data WWF menyebutkan bahwa tahun 2005 terjadi 11 kasus konflik. Dalam konflik yang terjadi di sepanjang tahun 2005 tersebut, 2 orang manusia tewas, 2 ekor harimau mati dan 9 orang luka-luka. Tahun 2006 terjadi 15 kasus konflik harimau-manusia dengan membawa korban 7 ekor harimau meregang nyawa, 3 orang manusia tewas dan 3 orang lainnya luka-luka.

Tahun 2007 tercatat 8 kasus konflik harimau-manusia dengan korban 2 ekor harimau mati. Tidak ada manusia yang tewas maupun terluka. Tahun 2008 terjadi 5 kasus konflik dengan korban 1 ekor harimau mati. Tahun 2009 lalu, terjadi 3 kasus konflik antara harimau-manusia dengan korban 4 ekor harimau mati dan 4 orang mengalami luka-luka.

“Tingginya konflik antara manusia dengan harimau sumatera (Phantera Tigris Sumatrae) disebabkan karena rusaknya habitat harimau oleh aktivitas penebangan hutan. Menyempitnya ruang gerak harimau dan menurunnya kuantitas makanan harimau membuat ‘sang datuk’ harus berburu mangsa di luar habitatnya. Yaitu habitat manusia (perkampungan manusia).” Terangnya.

Jumlah Menipis, Harimau Sumatera Bisa Punah

Diantara jenis harimau yang ada didunia ini, seperti harimau Bali, Harimau Jawa, Harimau Africa dan harimau jenis lainnya, harimau Sumatera merupakan species harimau yang paling cantik warnanya. Hal itu dikatakan oleh Koordinator Bidang Pengawasan dan Penyelamatan Satwa Harimau Sumatera WWF Riau, Osmantri.

Menurutnya, Phantera Tigris Sumatrae memiliki warna kuning-orange keemasan yang sangat terang. Sangat kontras dengan loreng hitamnya. Badannya sangat ramping dengan berat harimau dewasa antara 80-120 Kg. Dibandingkan dengan harimau Bali maupun harimau Jawa, warnanya kurang terang dan agak kekuningan. Badannya lebih besar dengan bobot harimau dewasa lebih dari 150-an Kg.

“Jumlah harimau Sumatera pada tahun 2007 lalu sebanyak 300 ekor. Untuk wilayah Riau sendiri dari hasil bidikan kamera trap diperkirakan sebanyak 60-an ekor. Jumlah tersebut sangat menipis. Karena pada tahun 1978 jumlah harimau sumatera diperkirakan sebanyak 1.000 ekor. Tahun 1987 menurun menjadi 800-an ekor. Tahun 1992 jumlah Harimau Sumatera kembali turun menjadi 400-500-an ekor. Tahun 2007 kembali turun menjadi 300 ekor. Jika tidak dijaga kelestariannya, maka jumlah Harimau Sumatera akan kembali turun dan bisa-bisa punah,” terangnya.

Untuk itu, tambahnya, WWF bersama dengan BKSDA Riau telah membentuk satuan unit perlindungan harimau (Tigers Protection Unit/TPU) di Rimbang Baling. Hasilnya, 171 jerat harimau berhasil ditemukan dan dimusnahkan. Tim juga melaksanakan program pemantauan perburuan dan perdagangan satwa liar yang dilindungi (harimau). Juga programpenelitian dan usaha penyadaran pentingnya konservasi satwa liar terhadap masyarakat.***(H-we)

No comments:

Post a Comment