Saturday, February 20, 2010

Banjir Genangi RS Pirngadi, Tinja Ngapung di Ruangan Pasien Miskin

Sabtu, 20 Februari 2010
MEDAN-Hujan yang mengguyur Kota Medan, Jumat (19/2) siang langsung membanjiri ruang kelas III RSU Dr Pirngadi Medan. Kamar istirahat yang menampung pasien miskin itu semakin tampak kumuh dan memprihatinkan. Terlebih saat wc yang tumpat meluap, tinja pun mengapung di ruangan.

Puluhan pasien yang tengah menderita sakit tak mampu berbuat banyak saat air hujan menggenangi bawah ranjang mereka. Meski genangan air tak sampai naik ke bangsal, kecemasan tergambar di wajah pasien miskin yang mendiami ruangan XVIII, XXI, III anak, dan ruangan XIV.

Kondisi terparah terlihat di ruang XVIII, tempat pasien paru dirawat. Di dua ruangan ini, air membanjiri semua lantai. Apalagi air juga masuk dari atap berasbes yang sudah bolong. Ruangan tersebut semakin basah karena kiriman air dari lantai ruang XIV. Parahnya lagi, kotoran manusia keluar dari kamar mandi dan mengapung di ruangan tersebut hingga menyebar ke jalan umum.

Beberapa pasien dan keluarganya memilih keluar dari ruangan, namun ada pula yang bertahan di atas tempat tidur karena tidak bisa bergerak. Seorang pasien di Ruang XVIII yang enggan namanya dikorankan mengaku terkejut saat ingin buang air kecil. Kamar mandi telah digenangi tinja yang keluar dari wc.

“Saya mau buang air kecil, begitu masuk kamar mandi sudah parah saya lihat. Lantas saya laporkan sama perawat dan petugas medis di luar. Dan saya memilih keluar,” ujarnya.

“Dari pada di dalam lihat pemandangan begitu, mending keluar. Nggak tahan saya baunya,” imbuh pria yang sudah 12 hari dirawat di ruang XVIII tersebut. Hingga pukul 13.30 WIB, ruangan tersebut belum juga dibersihkan.

Roslita (55), keluarga pasien yang sedang menunggu anaknya di ruang III mengaku miris dengan kondisi genangan air. “Ginilah pasien miskin dirawat ruangan miskin. Tak terawat, tak diperhatikan,” ujarnya saat melintas di genangan air menuju ruang III, yang bersebelahan dengan ruang XXI.

Warga Jalan Gurila ini mengatakan jika banjir di luar ruangan bisa dimaklumi, tapi kalau banjir di dalam ruangan itu yang luar biasa. “Inilah luar biasanya, banjir luar dalam,” tukasnya.

Sementara itu, Dirut RSU dr Pirngadi Medan, dr Dewi Fauziah Syahnan Sp.THT mengatakan sejatinya pihak rumah sakit sudah menugaskan petugas mengangkut kotoran dari riol. “Padahal sudah ada orang yang saya suruh membersihkan riol dan mengangat kotoran dengan ember, tapi ternyata masih ada ya,” ungkapnya.

Dewi yang baru saja dilantik sebagai direktur defenitif, Jumat (19/2) pagi, mengatakan,” Dalam beberapa hari ini, tapi saya belum tahu pastinya. Saya hanya standbye saja. Kalau nanti sudah ada kepastian, dalam waktu dekat pasien kelas III akan segera dipindahkan ke gedung baru,” ungkapnya.

Kabag Hukum dan Humas RSU dr Pirngadi Medan, Edison Perangin-angin yang meninjau lokasi malah berkilah kalau kejadian itu disebabkan tingginya curah hujan. “Kalau selama ini cuaca panas terus, jadi begitu hujan tumpah semua airnya yang selama ini tertahan,” kilahnya.

Dirut Bukan Boneka

Menanggapi parahnya kondisi rumah sakit milik Pemko Medan itu, Anggota Komisi B DPRD Medan, Bahrumsyah mencium sebuah ketidak wajaran. Pasalnya, meski bangunan baru yang diperuntukkan bagi pasien miskin rampung, Direktur RSU dr Pirngadi tak juga memanfaatkannya.

“Sebenarnya kita sudah minta supaya ini diusut. Apa yang membuat Dirut menerima sementara bangunan itu belum itu selesai,” ujar Bahrumsyah.

Lebih lanjut, ia mengatakan, ada sesuatu yang tidak beres dibalik serah terima bangunan yang belum selesai tersebut. “Kejadian ini sudah luar biasa. Untuk itu harus dilakukan investigasi. Sudah capek kita bilang ke mereka. Tampaknya Dirut ini pun tidak bisa berbuat apa-apa. Sepertinya dia berada di bawah tekanan saat serah terima. Kita tidak mau Dirut hanya dijadikan boneka disitu,” beber Bahrum.

Karena bangunan gedung baru kelas III telah menghabiskan APBD sebesar Rp20 miliar. Karenanya, Bahrum mendesak agar RSU Pirngadi segera diaudit. (Widya)

No comments:

Post a Comment